Hanya saja, keinginan yang telah diraih tidak dibarengi dengan sesuatu sesuai dengan keinginan semula.
Hal tersebut terlihat nyata saat seseorang menduduki jabatan dari mulai tingkat kepala Desa sampai pejabat negara.
Bahkan yang terlihat nyata adalah tidak sedikit para Kepala Desa yang telah terpilih sangat jarang berada di Kantor Desa dengan berbagai dalih, padahal sebelumnya sangat menggebu untuk menduduki jabatan sebagai kepala Desa.
Walaupun banyak pula para Kepala Desa yang melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya dengan baik dan secara rutin berada di Kantor Desa sesuai jam kerja.
Sudah seharusnya memang seorang kepala Desa berada di kantor sesuai jam kerja, termasuk.para jajarannya, walaupun memang pada hakekatnya tugas atau kinerja jajaran Desa bekerja 24 jam dalam memberikan pelayanan terhadap warga Masyarakat, namun bukan berarti masuk kantor sesuka hati.
Ini sebuah realita yang kerap dikeluhkan warga, karena warga berharap pimpinannya selalu ada di Desa agar pelayanan tidak terhambat, walaupun tugas dan tanggung jawab dalam memberikan pelayanan sudah ada poskonya masing-masing.
Itu jika kita bicara tentang banyaknya jajaran Desa yang bekerja seakan sesuka hati.
Namun kita juga harus maklum, mengapa hal ini bisa terjadi, ada beberapa hal yang mungkin satu diantaranya menjadi penyebab.
1.Kurang atau tidak adanya sangsi tegas bagi yang masuk kantor sesuka hati.
2.tidak sesuainya antara penghasilan dan tanggung jawab kerja, ditambah lagi sering terjadi keterlambatan dalam penyaluran upah atau honor atau penghasilan tetap yang semestinya diterima sesuai kedudukan maupun jabatan.
3.tuntutan kinerja yang harus dilaksanakan walaupun sudah diluar jam kerja.
4.masih minimnya kesejahteraan yang tidak seimbang dengan kewajiban .
Diatas merupakan salah satu persoalan yang hingga saat ini seakan sulit untuk dirubah.bahkan seolah menjadi sebuah tradisi yang dianggap lumrah.
Padahal sudah kita maklum, posisi kuwu dan perangkat Desa saat ini sudah jauh berbeda jika dibandingkan beberapa puluh tahun kebelakang.
Betapa tidak, jika puluhan tahun kebelakang masih jarang orang yang mau bekerja menjadi perangkat Desa, karena tidak ada yang patut dibanggakan, hanya sebatas pengabdian.
Namun saat ini semuanya sudah jauh berbeda.
Kedudukan Kuwu ataupun perangkat Desa tak jauh berbeda dengan pegawai pemerintahan lainnya, mereka berseragam lengkap dam memperoleh penghasilan tetap dalam setiap bulannya.
Bahkan tidak sedikit para sarjana atau seseorang yang memiliki titel berlomba untuk bekerja sebagai perangkat Desa, ini adalah realita yang tidak bisa untuk dinafsikan.
Selain mendapat penghasilan tetap, perangkat Desa pun mendapatkan bengkok dan penghasilan lainnya sesuai ketentuan.
Lantas pertanyaannya, mengapa tidak bisa dibarengi dengan tanggung jawab yang maksimal walaupun tidak dapat dipungkiri masih banyak persoalan yang harus ditanggung oleh para Kuwu dan jajarannya.
Yang pasti Masyarakat menuntut adanya kinerja dan pelayanan prima tanpa mau tahu ada persoalan apa dalam pemerintahan Desa, termasuk Pemerintah Pusat maupun Daerah.