|
R. Agus Syaefuddin ( Wartawan Suara Cirebon ) |
Kapankah penyebaran virus corona akan berakhir dari Republik ini, mungkin
ini sebuah pertanyaan atau kegelisahan dari seluruh Anak Negeri.
Menyikapi peristiwa meluasnya penyebaran virus corona di tanah air,
para pemangku kebijakan di semua level tengah berusaha keras melakukan
berbagai upaya pencegahan.
Mulai dari menutup tempat rekreasi, menghentikan sementara berbagai kegiatan
yang melibatkan orang banyak, sampai dengan meliburkan kegiatan belajar
mengajar di setiap sekolah selama beberapa pekan.
Ikhtiar yang dilakukan oleh pemerintah pusat dan daerah dalam mencegah
penyebaran wabah penyakit di tengah masyarakat sudah selayaknya kita apresiasi.
Hal tersebut sejalan dengan firman Allah SWT yang berbunyi:
“Sesungguhnya
Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum, sebelum kaum itu sendiri mengubah
apa yang ada pada diri mereka” (TQS. Ar-Ra’d [13]: 11).
Artinya, ikhtiar secara lahiriah untuk melindungi diri dari berbagai ancaman
maupun mengubah keadaan menjadi lebih baik perlu dilakukan oleh kaum muslimin.
Mengajak masyarakat untuk menjaga jarak serta meningkatkan daya tahan tubuhnya
merupakan bentuk ikhtiar yang perlu dilakukan untuk menyelamatkan jutaan nyawa.
Adapun menjalankan pola hidup sehat dengan memperhatikan asupan makanan yang
bergizi merupakan bagian penting dari upaya meningkatkan imunitas. Selain itu
berolahraga secara teratur juga sangat dianjurkan untuk menjaga kondisi tubuh
agar tetap prima. Tak hanya itu, berjemur di bawah sinar matahari pada waktu –
waktu yang dianjurkan terbukti mampu meningkatkan sistem kekebalan tubuh kita.
Dalam hal menjaga daya tahan tubuh, kearifan lokal yang dipegang teguh oleh
generasi terdahulu nampaknya perlu kita jadikan pelajaran. Berbekal bumbu dapur
serta rempah – rempah yang di tanam di sekitar pekarangan rumah, orang tua
zaman dulu nyatanya mampu bertahan di tengah berbagai kondisi yang tidak
menguntungkan.
Tanpa bantuan obat – obatan maupun multivitamin buatan pabrik, rata – rata
usia mereka jauh lebih panjang dibandingkan dengan generasi saat ini.
Padahal, aktivitas yang mereka lakukan jauh lebih berat daripada pekerjaan yang
dilakukan sebagian besar masyarakat di zaman modern sepert saat ini.
Namun demikian, keyakinan bahwa setiap peristiwa yang terjadi di alam dunia ini
merupakan kehendak Allah SWT juga selayaknya dipegang teguh oleh setiap mukmin
Demikian halnya dengan wabah penyakit yang tengah melanda negeri ini. Virus
mematikan yang telah merenggut ribuan nyawa manusia di seluruh dunia tersebut
juga telah tertulis dalam Kitab (Lauh Mahfuz).
Adapun maksud dari
didatangkannya musibah tersebut tak lain agar kita senantiasa bersabar saat
kehilangan sesuatu dan tidak pula terlena dengan apa yang kita miliki (QS.
Al - Hadid [57] : 22 - 23). Dilansir dari berbagai sumber.
Berdasarkan penjelasan di atas, ada dua hal yang perlu dilakukan oleh kaum
muslimin dalam menghadapi wabah penyakit sebagaimana kita hadapi hari ini.
Pertama, meningkatkan keimanan dengan cara memperbaiki kualitas ibadah kepada
Allah SWT serta muamalah kita dengan sesama.
Diakui atau tidak, banyaknya aktvitas yang kita lakukan setiap harinya tak
jarang pada akhirnya melalaikan kewajiban kita sebagai seorang muslim. Menunda
waktu shalat, melewatkan tilawah Al-Qur’an, serta mengabaikan saudara atau
tetangga yang sedang membutuhkan pertolongan merupakan kebiasaan kurang baik
yang masih dilakukan oleh sebagian orang.
Selain itu berbuat curang atau tidak jujur pun masih sering kita lakukan demi
mendapatkan keuntungan pribadi. Jadikan
Keadaan kali ini sebagai momentum untuk lebih mendekatkan diri kepada
Allah SWT.
Melaksanakan shalat wajib secara tepat waktu, membiasakan diri untuk
melaksanakan tilawah Al-Qur’an dan shalat dhuha serta shalat tahajjud, sampai
dengan menjalin (kembali) silaturrahmi dengan sanak keluarga sekalipun dengan
menggunakan gadget merupakan sebagian aktivitas yang dapat kita lakukan hingga
keadaan kembali normal.
meningkatkan daya tahan tubuh (imunitas)
tubuh dengan cara memperhatikan pola makan serta olahraga secara teratur.
Selain itu membatasi interaksi secara langsung juga perlu dilakukan guna
meminimalisir resiko penularan.
Tak berjabat tangan bukan berarti memutus tali silaturahmi, menjaga jarak
dengan sesama bukan berarti adanya trah menak atau jelata…namun semuanya perlu
dijadikan sebagai sebuah ikhtiar yang tetap menggantungkan akhir dari segalanya
kepada Allah Swt.