25 Jun 2018

Diduga Gelapkan Anggaran Dana Desa Lembaga Desa Tuntut Kuwu Sarajaya Mundur

Foto : Kayim ( Ketua LPM Desa Sarajaya )
Lemahabang. SC – Kekecewaan dan kemarahan yang telah terpendam sekian lama, akhirnya meledak juga, hal ini dikarenakan adanya dugaan telah terjadi penyalahgunaan Wewenang dan Penggelapan Anggaran Dana Desa yang mencapai nilai Ratusan Juta Rupiah. Seperti yang disampaikan oleh Ketua LPM Desa Sarajaya, Kecamatan Lemahabang, Kabupaten Cirebon, Kayim, kepada Harian Suara Cirebon, Jum’at. 22/06/2018 ‘’ Kami sangat kecewa dengan prilaku Kuwu Sarajaya, yang telah menggelapkan Dana Desa maupun lainnya yang nilainya mencapai Rp. 300.000.000 lebih. Dari mulai DD Tahap satu Tahun 2017 hingga Banprov dan Dana lainnya. Bukti Penggelapan tersebut sudah dilaporkan kepada Pihak Kecamatan dan bahkan Ispektorat, dari Data yang kami miliki tersebut, akhirnya seluruh Lembaga Desa termasuk RT/RW menginginkan agar Kuwu Latif segera Lengser, tetapi tetap harus mempertanggungjawabkan Dana yang terpakai untuk kepentingan peribadi dihadapan Hukum ‘’ ungkapnya.  Bahkan lebih lanjut dirinya sangat menyayangkan Prilaku Korup kuwu yang sangat diluar batas kewajaran  ‘’ Kuwu Latif ini sudah sangat keterlaluan, hingga Anggaran untuk Pembuatan Keranda dengan bahan stenlis pun masih diembatnya juga, dan saya sudah seringkali memperingatkan dia ( Kuwu Latif-Red ) untuk segera memperbaiki Perilakukanya, namun nasehat kami tidak pernah digubris ‘’ tegas Kayim.  Beberapa waktu yang lalu, SC sempat mempertanyakan hal tersebut kepada Ketua BPD Sarajaya, Muh. Najib, terkait adanya dugaan penggelapan Anggaran Dana Desa, dan dirinya membenarkan  ‘’ Kami sudah melaporkan adanya dugaan Penyalahgunaan Anggaran tersebut kepada Camat Lemahabang , dan semua datanya ada dipihak Kecamatan, kini kami sedang menunggu tindakan dari penegak Hukum ‘’ tuturnya. Sementara saat SC akan melakukan konfirmasi kepada Camat Lemahabang, Edi Prayitno, dirinya sedang tidak ada ditempat  ‘’ Bapak sedang ada Acara diluar Kang ‘’ Ungkap Dadang, Pegawai Kecamatan Lemahabang.  Berdasarkan Data dan Informasi dari berbagai pihak,bahwa Dana untuk pembangunan dan perkembangan Desa  yang digunakan untuk kepentingan Kuwu Pribadi meliputi :  Penggelapan Anggaran Dana Desa Tahap I Tahun 2017 Sebesar Rp. 113.000.000
Penggelapan Dana Bangub Tahun 2017  Sebesar Rp. 150.000.000
Penggelapan Anggaran Dana Desa Tahun 2017 Sebesar Rp. 30.000.000
Penggelapan PAD Tahun 2017 Sebesar Rp. 100.000.000
Penggelapan Anggaran PNPM dan Bumdes diperkirakan Sebesar Rp. 80.000.000

Penggelapan 1 Unit Mobil Siaga Desa ( Telah disita Bank ) saat SC akan melakukan konfirmasi kepada Kuwu yang bersangkutan ( A. Latif-Red ) dirinya tidak berada ditempat. Bahkan hingga berita ini diturunkan, Honor RT/RW maupun Lembaga Desa belum diterima oleh yang berhak. ( Ags )

12 Jun 2018

Kapolsek Lemahabang Tertibkan Pedagang Musiman

Lemahabang. SC – Berawal dari adanya Laporan salah seorang Warga Desa Lemahabang Kulon, yang merasa terganggu dengan adanya Pedagang Musiman Lebaran, yang menutup Jalanan. Menyikapi hal tersebut, Kapolsek Lemahabang, AKP. Santoso Sembiring. SH. Beserta beberapa Anggota melakukan pengecekan langsung, dan didapat beberapa Pedagang Lebaran musiman yang mendirikan Lapak dagangannya ditengah jalan antara Desa Lemahabang dan Desa Lemahabang Kulon, Kecamatan Lemahabang, Kabupaten Cirebon. Dirasa hal tersebut mengganggu kelancaran Lalulintas, maka dirinya menghimbau kepada seluruh Pedagang untuk segera melakukan Pembongkaran Lapak yang menutup ruas jalan tersebut.  “ kami bukannya melarang para pedagang untuk berjualan, tetapi bukan berarti harus mendirikan Lapak jualannya ditengah jalan, karena hal ini berakibat kemacetan Lalulintas. Dan sebelumnya kami telah melakukan koordinasi dengan Pihak terkait, termasuk Camat Lemahabang dan dua Kepala Desa yang bertanggung jawab dengan adanya pemanfaatan pasar tersebut  “ ungkapnya.  Merasa dirugikan, beberapa Pedagang Musiman sempat menolak keinginan pihak Kepolisian untuk membongkar Lapak tersbut, hal tersebut disampaikan Yati, salah seorang Pedagang yang mendirikan Lapak ditengah jalan tersebut  “ kami tahu ini melanggar aturan, tetapi kami juga meminta kepada pihak terkait untuk melakukan kebijakan, karena keberadaan lapak ditengah jalan ini sudah menjadi tradisi Tahunan tiap kali menjelang Lebaran. Jika kami dilarang, bagaimana nasib dagangan kami “ ungkapnya.  Akhirnya Kapolsek AKP Santoso Sembiring, melakukan mediasi dengan beberapa perwakilan pedagang dan mencari solusi terbaik. Dalam mediasi tersebut, diperoleh kesepakatan bersama, bahwa para pedagang bersedia memenuhi keinginan Kapolsek, untuk mendirikan Lapaknya satu Hari menjelang Lebaran ( Rabu Malam Kamis-Red ) dengan kesepakatan tersebut, maka Lapak yang telah berdiri kembali dibongkar oleh pemiliknya masing-masing. Dan kapolsek menegaskan, jika kesepakatan tersebut dilanggar, maka dengan terpaksa pihaknya akan melakukan Pembongkaran  “ para Pedagang sepakat, untuk memulai mendidikan lapaknya satu hari menjelang lebaran, atau tepatnya Hari Rabu malam Kamis, jika didapat ada pedagang yang melanggar kesepakatan tersebut, maka terpaksa kami akan melakukan Pembongkaran “ tegas AKP. Santoso Sembiring. Dari Pantauwan SC,di TKP, Selasa, 12/06/2018. Akibat kejadian tersebut, sempat menimbulkan kemacetan panjang, akibat dari banyaknya Pihak Pengendara yang memperlambat laju kendaraannya hanya untuk melihat ketegangan yang dilakukan oleh para Pedagang musiman tersebut . sayangnya, tidak ada satupun Perangkat Desa maupun Kuwu dari Kedua Desa yang ada dilokasi kejadian.  ( Ags )

11 Jun 2018

Kuwu Desa Citemu Berikan santunan Anak Yatim dan Duafa

Mundu. SC – Usai pelaksanaan Sholat Tarawih, Puluhan Anak Yatim dan Duafa berkumpul dikediaman Kuwu Desa Citemu,Kecamatan Mundu, Kabupaten Cirebon, Supriyadi. Keberadaan Anak Yatim dan Duafa ini, mendapat perhatian khusus dari Kuwu yang akrab disapa Yusuf, tersebut.  Hal ini terbukti dengan digelarnya Acara santunan terhadap 70 Anak Yatim dan 160 Duafa.  Sebelum Acara santunan dilaksanakan, Ratusan Warga mengikuti tauziyah yang disampaikan oleh Ustadz Sunani, yang menjabarkan betapa pentingnya kepedulian terhadap sesama, khusunya terhadap Anak Yatim dan Duafa.  Dalam sambutannya, Kuwu Desa Citemu berharap, agar kita sebagai Manusia harus saling peduli akan sesama, dan jangan pernah melupakan apalagi mengenyampingkan Anak Yatim  “ Saya sangat berterimakasih kepada semua Warga Masyarakat Desa Citemu yang sangat peduli akan sesama, sementara santunan yang kami berikan, merupakan sebuah kewajiban yang harus kami lakukan. Itu adalah Hak mereka,dan kami hanya sebagai perantara saja, semoga apa yang kami berikan ini, walaupun nilainya tidak seberapa, tetapi minimalnya dapat merasakan kebahagiyaan secara bersama-sama. Apalagi ini merupakan Bulan yang sangat baik, yaitu Bulan Ramadhan, Bulan Penuh Magfiroh dan lipatan pahala “ tutur Supriyadi.  Acara santunan tersebut, dihadiri oleh seluruh Perangkat Desa. Lembaga Desa, tokoh agama dan anggota dari Kepolisian juga TNI.  Salah seorang penerima santunan yang tidak bersedia identitasnya dipublikasikan, menuturkan  “Kami Masyarakat Desa Citemu sangat berterimakasih atas santunan yang diberikan oleh Pak Kuwu, semoga beliau senantiasa dilimpahkan Rizki dan diberikan kesehatan juga umur panjang. Bukan nilainya yang kami bicarakan, tetapi niat tulusnya dan pedulinya terhadap Warga diatas segalanya “ungkapnya. Senada hal tersebut disampaikan oleh seorang Anggota Koramil Astanajapura, Karso, yang memberikan Apresiasi terhadap Kuwu Yusuf  “ Kami sangat terharu melihat Anak Yatim dan Kaum Duafa yang menerima santunan tersebut. Sorot mata mereka mengisaratkan rasa kebahagiyaan yang tak terhingga. Semoga ini benar-benar dapat bermanfaat bagi yang menerimanya . dan kami sangat mengapresiasi niat baik Kuwu dalam memberikan santunan “ ungkapnya.  Acara Santunan dan pengajian Umum yang digelar pada Minggu. 10/06/2018 tersebut, diakhiri dengan acara ramah tamah dan santap bersama.  ( Ags )

Gebyar Ramadhan Warga Masyarakat Desa Kanci


Foto : Ratusan Warga Masyarakat Desa Kanci memadati Area Acara Pengajian Umum
Astanajapura. SC – Ratusan Warga Masyarakat Desa Kanci, Kecamatan Astanajapura, Kabupaten Cirebon, usai melaksanakan Solat Tarawih, berkumpul dihalaman Kantor Desa setempat, dalam Rangka Memeriahkan Bulan Ramadhan dengan Menggelar Acara Gebyar Ramadhan yang diisi Lomba Hadroh dan Pengajian umum. Acara tersebut atas kerjasama Remaja Masjid, Tokoh Agama, Tokoh Masyarakat, Lembaga Desa dan Pemerintahan Desa setempat, menghadirkan Penceramah, KH. Jamaludin Kahfi. Dalam keterangan yang disampaikan Kuwu Desa Kanci, Lilis, S,  Kepada Harian Suara Cirebon, Minggu, 10/06/2018, Bahawa Acara yabg digagas oleh Ikatan Remaja Masjid terseut merupakan salah satu Acara yang sangat positif dalam mengisi kegiatan Ramadhan  “Kami dari Pemerintahan Desa dan Lembaga Desa Kanci, tentunya sangat mengapresiasi apa yang dilakukan Oleh Remaja Masjid, yang begitu peduli dengan peningkatan Ahklak dan prilaku yang Islami, hal ini merupakan bukti, bahwa Warga Masyarakat Kanci, khususnya kaum muda, sangat menjunjung tinggi nilai-nilai keisalaman “ungkapnya. Sementara itu, salah seorang Remaja Masjid, Juned, sangat berterimakasih atas peran serta dan dukungan dari Pemerintahan Desa Kanci, hingga Acara Gebyar Ramadhan tersebut dapat berjalan dengan baik  “ Kami dari Remaja Masjid, sangat berterimakasih atas dukungan dari semua pihak, khususnya Pemerintahan Desa. Dan harapan kami selaku Pemuda Kanci, tentunya dengan dilaksanakannya Gebyar Romadhan ini, semoga dapat semakin mempererat Silaturahmi, persatuan dan toleransi antar Warga. Karena tanpa adanya persatuan dan kepedulian antar sesama, maka apa yang kita harapkan dalam membangun Desa dan Masyarakat yang berakhlakhul karimah tidak akan dapat tercapai “tuturnya. Acara yang menghadirkan Penceramah Kondang tersebut, diharapkan sebagai tolak ukur Kultur Masyarakat Desa Kanci yang menjunjung tinggi nilai-nilai keIslaman  ( Ags )

10 Jun 2018

Tradisi Mudik Bukan Semata Pamer Kemewahan


R.Agus Syaefuddin ( Wartawan Suara Cirebon )

sebagian besar umat Islam, mudik di penghujung Ramadaan merupakan sebuah ritual penting nan sakral. Terutama bagi mereka yang berada nun jauh di perantauan. Setelah lama berpisah dengan sanak keluarga dan handai tolan, tentunya ada kerinduan yang mengusik untuk bisa kembali berkumpul dengan sanak keluarga. Pertemuan jiwa dan raga yang penuh emosional antara anak dengan kedua orang tua dan anggota keluarga lainnya, diyakini bukan hanya pertemuan biasa. Namun merupakan bagian dari keasadaran diri seseorang dalam mengimplementasikan makna mudik bagi kehidupan yang penuh dengan dinamika ini. Sejauh manapun burung terbang, sekali waktu ia pasti kembali rumahnya.
Demikian sakralnya berlebaran bersama keluarga lewat tradisi mudik ini, sehingga para perantau telah jauh-jauh hari mempersiapkan bekal dan oleh-oleh untuk dibawa pulang ke kampung halaman. Mudik juga bisa dimaknai sebagai kerinduan mencipi penganan tradisional seumpama geukarah dan thimpan, atau berziarah ke makam orangtua yang telah tiada. Bisa juga sebagai wadah merenda kembali tali silaturrahmi yang sempat terputus dengan saudara dan orang sekampung.

Meski untuk mudik dibutuhkan banyak pengorbanan, mulai dari mempersiapkan tiket moda angkutan yang harganya melonjak tinggi saat menjelang lebaran. Atau pun padatnya arus mudik jika pulang dengan kendaraan pribadi. Namun semua pengorbanan itu terbayar lunas dan tidak bisa tergantikan harganya dengan nilai dengan apa pun --bila telah bersua kembali dengan orang-orang tercinta di kampong halaman.
Aroma desa yang khas dengan kekentalan kekerabatan yang masih alami dibandingkan kehidupan urban masyarakat kota yang penuh individualistik. Apalagi kala disambut tangis haru dan peluk cium dari sanak keluarga. Sejatinya mudik Idul Fitri sebagai implementasi dari kegembiraan dan jangan pula dirayakan secara berlebih-lebihan dan terkesan sombong. Sebab ada juga sebagian para pemudik yang ketika pulang sengaja memamerkan kemewahan seperti mobil baru dan barang-barang bawaan lainnya yang terkadang bisa menimbulkan kecemburuan sosial dari warga desa.
Rasulullah selalu mengingatkan kita untuk mengulurkan tangan terhadap para anak yatim dan para fakir miskin yang ada di sekitar kita. Memang kaum duafa di pengujung Ramadhan berhak atas zakat fitrah. Namun terasa tak adil, jika kita yang berpunya ini hanya cukup merasa puas karena telah membayar zakat fitrah menjelang hari raya tiba. Sementara di sekitar kita banyak anak-anak yatim yang butuh uluran tangan di hari raya. Rasulullah saw bersabda, “Dekatilah mereka yang miskin, dan cintailah mereka, niscaya Allah akan dekat dengan kamu.”
Rasul bahkan memungut seorang anak yatim yang dilihatnya sedang beruraikan air mata di tengah-tengah sekumpulan anak-anak lainnya yang berpakaian baru dengan mainan di tangan. Sementara si anak yatim terlihat dekil dan kurus karena tak ada belaian kasih sayang dari kedua orang tuanya. Lalu Rasul mendekatinya dan membawa pulang anak yatim itu ke rumah baliau. Membelikannya pakaian baru, dan mengasihinya selayaknya anak sendiri. Sehingga si anak merasa bergembira, tersanjung dan tertinggikan kembali derajatnya.
Marilah sedapat mungkin untuk bisa membasuh air mata para anak yatim dan fakir miskin di hari nan fitri ini. Membuat mereka tertawa dan gembira, sesungguhnya itulah esensi mudik yang sesungguhnya. Bagi para pemudik yang punya lebih rezeki akan sangat mulia rasanya, jika sebelum mudik Idul Fitri, menanyakan terlebih dahulu kepada keluarga di kampung, berapa orang ada anak yatim yang perlu disantuni. Berapa orang fakir miskin yang butuh uluran tangan kita. Seperti firman Allah Swt, “Bila kamu bersyukur, pasti akan menambah nikmat bagimu.” (QS. Ibrahim: 7). Para mukmin sejati wajib bersyukur atas limpahan rahmat yang diberikan Sang Khalik.
Seyogyanya, ketika pintu Ramadhan telah tertutup, sebenarnya masih ada pintu lainnya yang disuruh buka oleh Allah dan Rasul, yaitu dengan menjenguk mereka yang papa. Jadi mudik Idul Fitri bukan sekadar pamer hasil kekayaan pada orang kampung. Namun menjadikan mudik lebih bermakna lagi dengan mencontoh perilaku Rasullullah dengan menyayangi anak yatim tanpa pamrih.



29 Mei 2018

Nusantara Surganya ASN Nestafanya Kaum Jelata


R.Agus Syaefuddin  ( Wartawan Suara Cirebon )


Negeri kita Nusantara yang begitu Indah dan penuh dengan limpahan Sumber Daya Alam dan Aneka ragam Budaya pun  Adat Istiadat, merupakan Anugrah dari Tuhan yang Maha Kuasa.  Bahkan Nusantara yang terkenal dengan Istilah Jambrut katulistiwa, dimana Tongkat Kayu dan Batu bisa jadi Tanaman, semakin memperindah dan memperkaya Bumi Nusantara kita.  Namun sayangnya, keindahan dan Kekayaan Alam hanya dapat dirasakan oleh sebagian Orang saja. Pejabat, Pengusaha, si Kaya dan Bahkan Golongan Manusia yang memiliki kedudukan dalam kepemerintahan, yang dikenal dengan sebutan Aparatur Sipil Negara.  Betapa Rasa keadilan kita seakan telah dirampas dan dikoyak hingga tidak sedikit Anak Negeri yang hanya bisa memandang dan berharap tanpa tau kapan akan merasakan nikmatnya hidup di Negeri yang bernama Nusantara. Betapa tidak, Masih banyak Anak Negeri yang mengais rupiah hingga harus bercucuran Keringat dan bahkan mentaruhkan nyawa dan gengsinya hanya untuk memperoleh Lembaran Rupiah yang tidak seberapa besarnya. Sementara, ASN yang sama-sama hidup di Negeri yang bernama Nusantara, seakan dimanjakan dengan berbagai kebijakan dan kemudahan untuk meraup Rupiah tanpa harus bercucuran peluh. Inilah Nusantara yang diwariskan oleh para leluhur. Betapa hati kita menjerit dan menangis, manakala mendengar dan menyaksikan seorang Ayah yang harus mendapatkan Rupiah dengan cara mencuri, karena keterbatasan lahan pekerjaan, hingga memaksanya melakukan kesalahan demi membelikan sekaleng Susu untuk Buah hatinya.. Bahkan seorang Ibu yang rela menjual kehormatannya demi memberikan kebahagiyaan kepada Buah hatinya. Sementara disebelahnya yang bernama ASN, dengan begitu mudahnya mendapatkan apa yang diinginkannya tanpa harus berjuang dan bahkan cukup dengan duduk manis dalam pekerjaannya yang tidak sedikitpun beresiko. Hingga Akhirnya, tidak sedikit dari kita yang rela menggelontorkan Puluhan Juta demi menjadi seorang ASN. Inilah sebuah kenyataan, Enak dan nikmatnya menjadi ASN. Kerja hanya Lima Hari dalam seminggu, duduk dan bekerja didalam Ruangan yang sangat sejuk dengan Seragam yang memang patutu untuk dibanggakan. Betapa keadilan semakin jauh dirasakan oleh sebagian besar Anak Negeri. Gajih Seorang ASN diatas Rata-rata yang kita kenal dengan Istilah UMR/UMK, semakin memanjakan kedudukan seorang ASN yang beberapa waktu lalu dikenal dengan nama PNS atau Pegawai Negeri Sipil. Yang membuat hati miris, tidak sedikit perilaku ASN atau PNS yang masih mau menjerat Leher Masyarakat bawah, khususnya dalam memberikan Pelayanan yang semestinya Gratis tetapi pada kenyataannya jauh api dari panggang. Mereka ASN/PNS yang melakukan tindakan tidak sesuai biasanya dinamakan Oknum, tetapi berapa Jumlah Oknum ini jika mereka tetap dibiarkan dan terkesan apa yang mereka lakukan adalah sebuah kebenaran yang berdalih jasa dan memberikan bantuan kepada Rakyat Bawah. Sadarkah mereka, bahwa gajih yang mereka peroleh adalah berasal dari kita Rakyat bawah. Sadarkah mereka, bahwa pekerjaan mereka tidak seberat pekerjaan kaum Bawah yang bercucuran keringat bahkan hingga harus meneteskan air mata. Lantas dimana Rasa keadilan yang ada di Nusantara ini, jika keadilan hanya dapat dirasakan oleh sebagian golongan saja. Air mata Rakyat Bawah tak hentinya menyaksikan kenyataan yang terjadi di atas Bumi dimana tempatnya berpijak. Sesak dan sakit dada kita melihat kenyataan yang terjadi. Kesedihan kita seakan bertambah, manakala Bulan-bulan tertentu menjadi primadona, seperti salah satu contohnya adalah menjelang Bulan penuh Agung dan Ampunan, yang kita sebut dengan nama Lebaran. Kita kaum bawah harus berpacu dengan waktu demi menggapai mimpi menikmati Hari yang bernama Lebaran atau Idul Fitri, sementara mereka para ASN/PNS, dengan tenangnya menanti Bulan Ampunan tersebut karena akan memperoleh berbagai penghargaan dan limpahan Rupiah, dari mulai THR, Gajih full satu Bulan hingga Gajih 13 yang Masyarakat bawah tidak mengerti apa maknanya. Yang lebih ironis lagi, mereka para ASN/ PNS telah dimanjakan sejak Bulan Ramadhan tiba, Jam Kerja mereka telah dikurangi namun Gajih mereka tetap utuh. Inikah sebuah keadilan ?  lantas ada sebuah pertanyaan, masihkah ada ASN/ PNS yang Jujur dan bertanggung jawab dalam kinerjanya, jawabannya tentu masih. Tetapi persoalannya bukan masih ada atau tiada, tetapi rasa keadilan yang telah direnggut dari Rakyat Jelata demi memberikan kesejahteraan kepada Mereka kaum ASN/PNS. Semoga tulisan ini mampu membuka mata kita semua, Bahwa Nusantara ini bukan hanya milik sebagian Orang saja, tetapi milik semua Anak Negeri yang sama-sama memiliki keinginan untuk hidup nyaman dan bersahaja, hingga bisa menjalani kehidupannya selayaknya Anak Negeri, yang mampu menikmati Empat sehat Lima sempurna dan tidak mesti melakukan kesalahan demi sekaleng susu.