Lemahabang. SC – Berawal dari adanya Laporan salah seorang
Warga Desa Lemahabang Kulon, yang merasa terganggu dengan adanya Pedagang
Musiman Lebaran, yang menutup Jalanan. Menyikapi hal tersebut, Kapolsek
Lemahabang, AKP. Santoso Sembiring. SH. Beserta beberapa Anggota melakukan
pengecekan langsung, dan didapat beberapa Pedagang Lebaran musiman yang
mendirikan Lapak dagangannya ditengah jalan antara Desa Lemahabang dan Desa
Lemahabang Kulon, Kecamatan Lemahabang, Kabupaten Cirebon. Dirasa hal tersebut
mengganggu kelancaran Lalulintas, maka dirinya menghimbau kepada seluruh
Pedagang untuk segera melakukan Pembongkaran Lapak yang menutup ruas jalan
tersebut. “ kami bukannya melarang para
pedagang untuk berjualan, tetapi bukan berarti harus mendirikan Lapak jualannya
ditengah jalan, karena hal ini berakibat kemacetan Lalulintas. Dan sebelumnya
kami telah melakukan koordinasi dengan Pihak terkait, termasuk Camat Lemahabang
dan dua Kepala Desa yang bertanggung jawab dengan adanya pemanfaatan pasar
tersebut “ ungkapnya. Merasa dirugikan, beberapa Pedagang Musiman
sempat menolak keinginan pihak Kepolisian untuk membongkar Lapak tersbut, hal
tersebut disampaikan Yati, salah seorang Pedagang yang mendirikan Lapak
ditengah jalan tersebut “ kami tahu ini
melanggar aturan, tetapi kami juga meminta kepada pihak terkait untuk melakukan
kebijakan, karena keberadaan lapak ditengah jalan ini sudah menjadi tradisi
Tahunan tiap kali menjelang Lebaran. Jika kami dilarang, bagaimana nasib
dagangan kami “ ungkapnya. Akhirnya Kapolsek
AKP Santoso Sembiring, melakukan mediasi dengan beberapa perwakilan pedagang
dan mencari solusi terbaik. Dalam mediasi tersebut, diperoleh kesepakatan
bersama, bahwa para pedagang bersedia memenuhi keinginan Kapolsek, untuk
mendirikan Lapaknya satu Hari menjelang Lebaran ( Rabu Malam Kamis-Red ) dengan
kesepakatan tersebut, maka Lapak yang telah berdiri kembali dibongkar oleh
pemiliknya masing-masing. Dan kapolsek menegaskan, jika kesepakatan tersebut
dilanggar, maka dengan terpaksa pihaknya akan melakukan Pembongkaran “ para Pedagang sepakat, untuk memulai
mendidikan lapaknya satu hari menjelang lebaran, atau tepatnya Hari Rabu malam
Kamis, jika didapat ada pedagang yang melanggar kesepakatan tersebut, maka
terpaksa kami akan melakukan Pembongkaran “ tegas AKP. Santoso Sembiring. Dari Pantauwan
SC,di TKP, Selasa, 12/06/2018. Akibat kejadian tersebut, sempat menimbulkan
kemacetan panjang, akibat dari banyaknya Pihak Pengendara yang memperlambat
laju kendaraannya hanya untuk melihat ketegangan yang dilakukan oleh para Pedagang
musiman tersebut . sayangnya, tidak ada satupun Perangkat Desa maupun Kuwu dari
Kedua Desa yang ada dilokasi kejadian. (
Ags )
12 Jun 2018
11 Jun 2018
Kuwu Desa Citemu Berikan santunan Anak Yatim dan Duafa
Mundu. SC –
Usai pelaksanaan Sholat Tarawih, Puluhan Anak Yatim dan Duafa berkumpul
dikediaman Kuwu Desa Citemu,Kecamatan Mundu, Kabupaten Cirebon, Supriyadi.
Keberadaan Anak Yatim dan Duafa ini, mendapat perhatian khusus dari Kuwu yang
akrab disapa Yusuf, tersebut. Hal ini
terbukti dengan digelarnya Acara santunan terhadap 70 Anak Yatim dan 160 Duafa. Sebelum Acara santunan dilaksanakan, Ratusan
Warga mengikuti tauziyah yang disampaikan oleh Ustadz Sunani, yang menjabarkan
betapa pentingnya kepedulian terhadap sesama, khusunya terhadap Anak Yatim dan
Duafa. Dalam sambutannya, Kuwu Desa
Citemu berharap, agar kita sebagai Manusia harus saling peduli akan sesama, dan
jangan pernah melupakan apalagi mengenyampingkan Anak Yatim “ Saya sangat berterimakasih kepada semua
Warga Masyarakat Desa Citemu yang sangat peduli akan sesama, sementara santunan
yang kami berikan, merupakan sebuah kewajiban yang harus kami lakukan. Itu
adalah Hak mereka,dan kami hanya sebagai perantara saja, semoga apa yang kami
berikan ini, walaupun nilainya tidak seberapa, tetapi minimalnya dapat
merasakan kebahagiyaan secara bersama-sama. Apalagi ini merupakan Bulan yang
sangat baik, yaitu Bulan Ramadhan, Bulan Penuh Magfiroh dan lipatan pahala “
tutur Supriyadi. Acara santunan
tersebut, dihadiri oleh seluruh Perangkat Desa. Lembaga Desa, tokoh agama dan
anggota dari Kepolisian juga TNI. Salah
seorang penerima santunan yang tidak bersedia identitasnya dipublikasikan,
menuturkan “Kami Masyarakat Desa Citemu
sangat berterimakasih atas santunan yang diberikan oleh Pak Kuwu, semoga beliau
senantiasa dilimpahkan Rizki dan diberikan kesehatan juga umur panjang. Bukan
nilainya yang kami bicarakan, tetapi niat tulusnya dan pedulinya terhadap Warga
diatas segalanya “ungkapnya. Senada hal tersebut disampaikan oleh seorang
Anggota Koramil Astanajapura, Karso, yang memberikan Apresiasi terhadap Kuwu
Yusuf “ Kami sangat terharu melihat Anak
Yatim dan Kaum Duafa yang menerima santunan tersebut. Sorot mata mereka
mengisaratkan rasa kebahagiyaan yang tak terhingga. Semoga ini benar-benar
dapat bermanfaat bagi yang menerimanya . dan kami sangat mengapresiasi niat
baik Kuwu dalam memberikan santunan “ ungkapnya. Acara Santunan dan pengajian Umum yang
digelar pada Minggu. 10/06/2018 tersebut, diakhiri dengan acara ramah tamah dan
santap bersama. ( Ags )
Gebyar Ramadhan Warga Masyarakat Desa Kanci
03.54
No comments
Foto : Ratusan Warga Masyarakat Desa Kanci memadati Area Acara Pengajian Umum
Astanajapura. SC – Ratusan Warga Masyarakat Desa Kanci, Kecamatan Astanajapura, Kabupaten Cirebon, usai melaksanakan Solat Tarawih, berkumpul dihalaman Kantor Desa setempat, dalam Rangka Memeriahkan Bulan Ramadhan dengan Menggelar Acara Gebyar Ramadhan yang diisi Lomba Hadroh dan Pengajian umum. Acara tersebut atas kerjasama Remaja Masjid, Tokoh Agama, Tokoh Masyarakat, Lembaga Desa dan Pemerintahan Desa setempat, menghadirkan Penceramah, KH. Jamaludin Kahfi. Dalam keterangan yang disampaikan Kuwu Desa Kanci, Lilis, S, Kepada Harian Suara Cirebon, Minggu, 10/06/2018, Bahawa Acara yabg digagas oleh Ikatan Remaja Masjid terseut merupakan salah satu Acara yang sangat positif dalam mengisi kegiatan Ramadhan “Kami dari Pemerintahan Desa dan Lembaga Desa Kanci, tentunya sangat mengapresiasi apa yang dilakukan Oleh Remaja Masjid, yang begitu peduli dengan peningkatan Ahklak dan prilaku yang Islami, hal ini merupakan bukti, bahwa Warga Masyarakat Kanci, khususnya kaum muda, sangat menjunjung tinggi nilai-nilai keisalaman “ungkapnya. Sementara itu, salah seorang Remaja Masjid, Juned, sangat berterimakasih atas peran serta dan dukungan dari Pemerintahan Desa Kanci, hingga Acara Gebyar Ramadhan tersebut dapat berjalan dengan baik “ Kami dari Remaja Masjid, sangat berterimakasih atas dukungan dari semua pihak, khususnya Pemerintahan Desa. Dan harapan kami selaku Pemuda Kanci, tentunya dengan dilaksanakannya Gebyar Romadhan ini, semoga dapat semakin mempererat Silaturahmi, persatuan dan toleransi antar Warga. Karena tanpa adanya persatuan dan kepedulian antar sesama, maka apa yang kita harapkan dalam membangun Desa dan Masyarakat yang berakhlakhul karimah tidak akan dapat tercapai “tuturnya. Acara yang menghadirkan Penceramah Kondang tersebut, diharapkan sebagai tolak ukur Kultur Masyarakat Desa Kanci yang menjunjung tinggi nilai-nilai keIslaman ( Ags )
10 Jun 2018
Tradisi Mudik Bukan Semata Pamer Kemewahan
19.10
No comments
R.Agus
Syaefuddin ( Wartawan Suara Cirebon )
sebagian
besar umat Islam, mudik di penghujung Ramadaan merupakan sebuah ritual penting
nan sakral. Terutama bagi mereka yang berada nun jauh di perantauan. Setelah
lama berpisah dengan sanak keluarga dan handai tolan, tentunya ada kerinduan
yang mengusik untuk bisa kembali berkumpul dengan sanak keluarga. Pertemuan
jiwa dan raga yang penuh emosional antara anak dengan kedua orang tua dan
anggota keluarga lainnya, diyakini bukan hanya pertemuan biasa. Namun merupakan
bagian dari keasadaran diri seseorang dalam mengimplementasikan makna mudik
bagi kehidupan yang penuh dengan dinamika ini. Sejauh manapun burung terbang,
sekali waktu ia pasti kembali rumahnya.
Demikian
sakralnya berlebaran bersama keluarga lewat tradisi mudik ini, sehingga para
perantau telah jauh-jauh hari mempersiapkan bekal dan oleh-oleh untuk dibawa
pulang ke kampung halaman. Mudik juga bisa dimaknai sebagai kerinduan mencipi
penganan tradisional seumpama geukarah dan thimpan, atau berziarah ke makam
orangtua yang telah tiada. Bisa juga sebagai wadah merenda kembali tali
silaturrahmi yang sempat terputus dengan saudara dan orang sekampung.
Meski
untuk mudik dibutuhkan banyak pengorbanan, mulai dari mempersiapkan tiket moda
angkutan yang harganya melonjak tinggi saat menjelang lebaran. Atau pun
padatnya arus mudik jika pulang dengan kendaraan pribadi. Namun semua
pengorbanan itu terbayar lunas dan tidak bisa tergantikan harganya dengan nilai
dengan apa pun --bila telah bersua kembali dengan orang-orang tercinta di
kampong halaman.
Aroma
desa yang khas dengan kekentalan kekerabatan yang masih alami dibandingkan
kehidupan urban masyarakat kota yang penuh individualistik. Apalagi kala disambut tangis haru dan peluk cium dari
sanak keluarga. Sejatinya mudik Idul Fitri sebagai implementasi dari
kegembiraan dan jangan pula dirayakan secara berlebih-lebihan dan terkesan
sombong. Sebab ada juga sebagian para pemudik yang ketika pulang sengaja
memamerkan kemewahan seperti mobil baru dan barang-barang bawaan lainnya yang
terkadang bisa menimbulkan kecemburuan sosial dari warga desa.
Rasulullah selalu mengingatkan kita untuk mengulurkan
tangan terhadap para anak yatim dan para fakir miskin yang ada di sekitar kita.
Memang kaum duafa di pengujung Ramadhan
berhak atas zakat fitrah. Namun terasa tak adil, jika kita yang berpunya ini
hanya cukup merasa puas karena telah membayar zakat fitrah menjelang hari raya
tiba. Sementara di sekitar kita banyak anak-anak yatim yang butuh uluran tangan
di hari raya. Rasulullah saw bersabda, “Dekatilah mereka yang miskin, dan
cintailah mereka, niscaya Allah akan dekat dengan kamu.”
Rasul bahkan memungut seorang anak yatim yang
dilihatnya sedang beruraikan air mata di tengah-tengah sekumpulan anak-anak
lainnya yang berpakaian baru dengan mainan di tangan. Sementara si anak yatim
terlihat dekil dan kurus karena tak ada belaian kasih sayang dari kedua orang
tuanya. Lalu Rasul mendekatinya dan membawa pulang anak yatim itu ke rumah
baliau. Membelikannya pakaian baru, dan mengasihinya selayaknya anak sendiri.
Sehingga si anak merasa bergembira, tersanjung dan tertinggikan kembali
derajatnya.
Marilah sedapat mungkin untuk bisa membasuh air mata
para anak yatim dan fakir miskin di hari nan fitri ini. Membuat mereka tertawa
dan gembira, sesungguhnya itulah esensi mudik yang sesungguhnya. Bagi para
pemudik yang punya lebih rezeki akan sangat mulia rasanya, jika sebelum mudik
Idul Fitri, menanyakan terlebih dahulu kepada keluarga di kampung, berapa orang
ada anak yatim yang perlu disantuni. Berapa orang fakir miskin yang butuh
uluran tangan kita. Seperti firman Allah Swt, “Bila kamu bersyukur, pasti akan
menambah nikmat bagimu.” (QS. Ibrahim: 7). Para mukmin sejati wajib bersyukur atas
limpahan rahmat yang diberikan Sang Khalik.
Seyogyanya,
ketika pintu Ramadhan telah tertutup, sebenarnya masih ada pintu lainnya yang
disuruh buka oleh Allah dan Rasul, yaitu dengan menjenguk mereka yang papa.
Jadi mudik Idul Fitri bukan sekadar pamer hasil kekayaan pada orang kampung.
Namun menjadikan mudik lebih bermakna lagi dengan mencontoh perilaku
Rasullullah dengan menyayangi anak yatim tanpa pamrih.
29 Mei 2018
Nusantara Surganya ASN Nestafanya Kaum Jelata
19.49
No comments
R.Agus Syaefuddin (
Wartawan Suara Cirebon )
Negeri kita Nusantara yang begitu Indah dan penuh dengan
limpahan Sumber Daya Alam dan Aneka ragam Budaya pun Adat Istiadat, merupakan Anugrah dari Tuhan
yang Maha Kuasa. Bahkan Nusantara yang
terkenal dengan Istilah Jambrut katulistiwa, dimana Tongkat Kayu dan Batu bisa
jadi Tanaman, semakin memperindah dan memperkaya Bumi Nusantara kita. Namun sayangnya, keindahan dan Kekayaan Alam
hanya dapat dirasakan oleh sebagian Orang saja. Pejabat, Pengusaha, si Kaya dan
Bahkan Golongan Manusia yang memiliki kedudukan dalam kepemerintahan, yang
dikenal dengan sebutan Aparatur Sipil Negara.
Betapa Rasa keadilan kita seakan telah dirampas dan dikoyak hingga tidak
sedikit Anak Negeri yang hanya bisa memandang dan berharap tanpa tau kapan akan
merasakan nikmatnya hidup di Negeri yang bernama Nusantara. Betapa tidak, Masih
banyak Anak Negeri yang mengais rupiah hingga harus bercucuran Keringat dan
bahkan mentaruhkan nyawa dan gengsinya hanya untuk memperoleh Lembaran Rupiah
yang tidak seberapa besarnya. Sementara, ASN yang sama-sama hidup di Negeri
yang bernama Nusantara, seakan dimanjakan dengan berbagai kebijakan dan
kemudahan untuk meraup Rupiah tanpa harus bercucuran peluh. Inilah Nusantara
yang diwariskan oleh para leluhur. Betapa hati kita menjerit dan menangis,
manakala mendengar dan menyaksikan seorang Ayah yang harus mendapatkan Rupiah
dengan cara mencuri, karena keterbatasan lahan pekerjaan, hingga memaksanya
melakukan kesalahan demi membelikan sekaleng Susu untuk Buah hatinya.. Bahkan
seorang Ibu yang rela menjual kehormatannya demi memberikan kebahagiyaan kepada
Buah hatinya. Sementara disebelahnya yang bernama ASN, dengan begitu mudahnya
mendapatkan apa yang diinginkannya tanpa harus berjuang dan bahkan cukup dengan
duduk manis dalam pekerjaannya yang tidak sedikitpun beresiko. Hingga Akhirnya,
tidak sedikit dari kita yang rela menggelontorkan Puluhan Juta demi menjadi
seorang ASN. Inilah sebuah kenyataan, Enak dan nikmatnya menjadi ASN. Kerja
hanya Lima Hari dalam seminggu, duduk dan bekerja didalam Ruangan yang sangat
sejuk dengan Seragam yang memang patutu untuk dibanggakan. Betapa keadilan
semakin jauh dirasakan oleh sebagian besar Anak Negeri. Gajih Seorang ASN diatas
Rata-rata yang kita kenal dengan Istilah UMR/UMK, semakin memanjakan kedudukan
seorang ASN yang beberapa waktu lalu dikenal dengan nama PNS atau Pegawai
Negeri Sipil. Yang membuat hati miris, tidak sedikit perilaku ASN atau PNS yang
masih mau menjerat Leher Masyarakat bawah, khususnya dalam memberikan Pelayanan
yang semestinya Gratis tetapi pada kenyataannya jauh api dari panggang. Mereka
ASN/PNS yang melakukan tindakan tidak sesuai biasanya dinamakan Oknum, tetapi
berapa Jumlah Oknum ini jika mereka tetap dibiarkan dan terkesan apa yang
mereka lakukan adalah sebuah kebenaran yang berdalih jasa dan memberikan
bantuan kepada Rakyat Bawah. Sadarkah mereka, bahwa gajih yang mereka peroleh
adalah berasal dari kita Rakyat bawah. Sadarkah mereka, bahwa pekerjaan mereka
tidak seberat pekerjaan kaum Bawah yang bercucuran keringat bahkan hingga harus
meneteskan air mata. Lantas dimana Rasa keadilan yang ada di Nusantara ini,
jika keadilan hanya dapat dirasakan oleh sebagian golongan saja. Air mata
Rakyat Bawah tak hentinya menyaksikan kenyataan yang terjadi di atas Bumi
dimana tempatnya berpijak. Sesak dan sakit dada kita melihat kenyataan yang
terjadi. Kesedihan kita seakan bertambah, manakala Bulan-bulan tertentu menjadi
primadona, seperti salah satu contohnya adalah menjelang Bulan penuh Agung dan
Ampunan, yang kita sebut dengan nama Lebaran. Kita kaum bawah harus berpacu
dengan waktu demi menggapai mimpi menikmati Hari yang bernama Lebaran atau Idul
Fitri, sementara mereka para ASN/PNS, dengan tenangnya menanti Bulan Ampunan
tersebut karena akan memperoleh berbagai penghargaan dan limpahan Rupiah, dari
mulai THR, Gajih full satu Bulan hingga Gajih 13 yang Masyarakat bawah tidak
mengerti apa maknanya. Yang lebih ironis lagi, mereka para ASN/ PNS telah
dimanjakan sejak Bulan Ramadhan tiba, Jam Kerja mereka telah dikurangi namun
Gajih mereka tetap utuh. Inikah sebuah keadilan ? lantas ada sebuah pertanyaan, masihkah ada
ASN/ PNS yang Jujur dan bertanggung jawab dalam kinerjanya, jawabannya tentu
masih. Tetapi persoalannya bukan masih ada atau tiada, tetapi rasa keadilan
yang telah direnggut dari Rakyat Jelata demi memberikan kesejahteraan kepada
Mereka kaum ASN/PNS. Semoga tulisan ini mampu membuka mata kita semua, Bahwa
Nusantara ini bukan hanya milik sebagian Orang saja, tetapi milik semua Anak
Negeri yang sama-sama memiliki keinginan untuk hidup nyaman dan bersahaja,
hingga bisa menjalani kehidupannya selayaknya Anak Negeri, yang mampu menikmati
Empat sehat Lima sempurna dan tidak mesti melakukan kesalahan demi sekaleng
susu.
Warga Desa Kanci Kulon Pertanyakan Nasib Tanah Desa
Foto : Masyarakat Desa Kanci Kulon menuntut kejelasan Tanah |
Astanajapura.
SC- Perwakilan Warga Masyarakat Desa Kanci Kulon, Kecamatan Astanajapura,
Kabupaten Cirebon, mendatangi Kantor
Desa setempat, Senin, 28/05/2018. Menurut keterangan yang disampaikan oleh salah
seorang perwakilan tersebut, Yosu Subadra, menuturkan kepada Suara Cirebon,
bahwa Warga Masyarakat mempertanyakan adanya dugaan terkait Tanah Desa yang
dipakai oleh pihak PT. MIP ( Multi Inti
Parahiangan-Red ) “ Kami ingin
mengetahui keberadaan Tanah Desa berupa irigasi atau pengairan yang saat ini
keberadaannya tidak jelas. Jika memang Tanah tersebut disewa atau dijual kepada
pihak pengusaha, kami ingin mengetahuinya secara rinci, karena tanah yang kami
duga terpakai oleh pihak Perusahaan tersebut harus jelas keberadaannya “
ungkapnya. Namun dalam pertemuan
tersebut, perwakilan Masyarakat menyayangkan ketidakhadiran Kuwu Desa
Kancikulon, Laksanawati, dan hanya diwakilkan kepada Kaur Umum. Sementara itu, Kaur Umum Desa Kanci Kulon,
Robet Alamsyah, berjanji akan menindaklanjuti hal tersebut dan akan
membicarakannya dengan Kuwu Laksanawati “
pada prinsipnya, kami akan memenuhi tuntutan Warga untuk mencari Tahu
keberadaan Tanah tersebut, walaupun Tanah yang diduga terpakai oleh pihak
Perusahaan terjadi pada saat sebelum Pemerintahan dibawah kepemimpinan Kuwu
Laksanawati. Tetapi kami tetap akan menelusuri tanah tersebut “ungkapnya. Dengan
ketidakhadiran Kuwu Laksanawati, sedikit membuat kecewa Warga tersebut “ sebenarnya kami sangat berharap Kuwu bisa
hadir di Desa. Karena sebelumnya kami telah memberitahukan kepada Kuwu, bahwa
Hari ini akan diadakan pertemuan antar Warga dan Kuwu, tetapi nyatanya hanya
diwakilkan kepada Kaur Umum. Tetapi tetap
kami menghargai ketidak hadiran Kuwu tersebut, dengan catatan, Masyarakat
memberikan batas waktu kepada Pemdes untuk segera melakukan pengecekan
lapangan, dan mencari tau nasib Tanah Desa tersebut “ lanjut Yosu yang diamini
Warga lainnya. Bahkan lebih lanjut,
warga lainnya yang tidak bersedia dicantumkan identitasnya menuturkan kepada
Suara Cirebon “ Keberadaan PT. Multi Inti Parahiangan, di Desa Kanci tidak
memberikan dampak apapun terhadap Masyarakat sekitar, karena mereka tidak ada
kontribusinya terhadap Desa Kanci Kulon “ tuturnya. ( Ags )