24 Nov 2024
ASC dukung penuh pasangan WALI
26 Nov 2023
Bebarik Kanci Kulon " warga berebut gunungan"
19 Jun 2023
Sosok Dibalik Lestarinya seni “SINTREN” Cirebon- Jawa Barat
14 Okt 2022
Bebarik Desa Buntet " Tradisi adi luhung"
24 Sep 2022
Ikuti Pojok Dolanan "Anak SD Tidak Kenal Congklak dan Patok Lele "
10 Jun 2022
Dalang Wadon Golek Cepak " Sosok generasi muda berprestasi"
13 Sep 2021
Bupati Cirebon " Jaga Budaya dengan baik"
11 Sep 2021
Noka Miliki Peran Penting untuk Majukan Sektor Pariwisata di Kabupaten Cirebon
4 Sep 2021
Lemahabang Expo 2021 " tingkatkan wisata Daerah"
27 Jul 2021
Seniman Cirebon tuntut keadilan
20 Jun 2021
Kecamatan Astanajapura Gelar pentas seni dengan tetap laksanakan Prokes
25 Mei 2021
Halalbihalal Padepokan Puser Bumi Nusantara dan pengembangan Situs Sumur Keramat Mbah Muqoyyim
29 Apr 2021
Tradisi bangun sahur dengan suguhan "Seni Reog" Desa Curugwetan
16 Apr 2021
Situs makam panjang Belawa " Acapkali ada penampakan harimau "
11 Okt 2020
Kuwu Dedi Setiawan Memberikan Bantuan Alat Seni Hadroh
1 Okt 2020
Secara resmi Acara mauludan ditiadakan
21 Sep 2020
Sejarah Pesantren Buntet. KH.Soleh Zuhdi teruskan peninggalan Mbah Muqoyyim
Mbah Muqoyyim memiliki hubungan yang sangat dekat dengan keraton. Jika merunut kebelakang, Ayah dari Muqoyyim yaitu Abdul Hadi, merupakan putra dari pasangan Pangeran Cirebon dan Anjasmoro, putri dari Lebe Mangku Warbita Mangkunegara. Abdul Hadi tinggal di keraton dan mendapatkan pendidikan ketatanegaraan dan juga pelajaran Islam.
Mbah Muqoyyim juga sempat tinggal di keraton. Hidup bersama kedua orang tuanya, Muqoyyim mendapatkan pendidikan yang cukup baik dari guru maupun orang tuanya. Bukan hanya pendidikan agama Islam dan ketatanegaraan saja, melainkan ilmu kedigdayaan juga dia pelajari. Melalui proses itulah, selain memiliki kemampuan dalam segi ilmu pengetahuan, Muqoyyim juga dikenal dengan Kiai sakti mandraguna.
Perpisahan Muqoyyim dengan keraton berawal saat adanya upaya Devide et impera (Politik Memecah Belah) yang dilakukan oleh Belanda kepada Keraton Kanoman.
Selain itu, Kekecewaan Mbah Muqoyim menjadi cukup memuncak setelah melihat bangsawan keraton terjebak dalam aturan Belanda. Banyak diantara mereka malah berprilaku bertentangan dengan syariat Islam dan malah meniru hal.-hal. jelek yang dilakukan oleh bangsa Belanda, seperti dansa dan mabuk-mabukan
Mbah Muqoyyim awalnya mendirikan Pesantren Buntet di kampung Kedung Malang Desa Buntet Kecamatan Astanajapura Cirebon. Beliau membangun rumah yang sangat sederhana dan juga langgar (Musholla) dan beberapa kamar santri. Saat beliau memberikan pengajian, ternyata banyak menarik masyarakat untuk bergabung belajar mengaji kepada beliau.
Belanda yang mengetahui kegiatan dan keberadaan Muqoyyim, langsung melakukan serangan dan percobaan penangkapan. Karena informasi tersebut sudah bocor, Mbah Muqoyyim akhirnya bisa menyelamatkan diri bersama sahabat dekatnya yaitu Kiai Ardi Sela menuju Desa Pesawahan Sindanglaut yang letaknya ± 10 Km dari Pesantren Buntet. Namun, pesantren yang sudah didirikannya hancur dibombardir oleh belanda. Peristiwa inilah yang menjadikan Mbah Muqoyyim sempat berpetualang ke wilayah pemalang dan akhirnya kembali ke Cirebon untuk membangun lagi pesantren Buntet di wilayah yang berbeda, yaitu di Blok Manis, Depok Pesantren Desa Mertapada Kulon. KH. Soleh Zuhdi adalah turunan ke tujuh dari Mbah Muqoyyim. ( Putra dari K.Zuhdi ) saat ini meneruskan pesantren yang pertamakali didirikan di Buntet, Kecamatan Astanajapura , Kabupaten Cirebon. Saat ini KH. Soleh Zuhdi mendirikan Pesantren yang diberi nama Ponpes Al-Ishlah dibawah Yayasan Ibnu Zuhdi.( Dilansir dari berbagai sumber )
Ponpes Al-Ishlah dan Keraton Kasepuhan peringati Hari Perdamaian Dunia
Dalam perbincangan dengan IM, sesepuh Ponpes Al-Ishlah KH. Soleh Zuhdi , menuturkan. Senin, 21/09/2020 " Sesuai dengan Nama Ponpes kami Al-Ishlah yang artinya perdamaian, maka momen peringatan Hari Perdamaian Dunia inipun kami jadikan sebuah momen perdamaian yang harus kita pertahankan dengan tetap menjunjung tinggi nilai persatuan dan kesatuan ' ujarnya.
Lebih lanjut dirinya menuturkan, Acara ini diikuti oleh beberapa santri dari berbagai Pesantren lainnya. " Kami berharap kepada seluruh elemen masyarakat untuk mencintai kedamaiyan, karena Islam itu Rahmatan lilalamin, yang cinta damai, jangan ada lagi stetmen bahwa santri itu teroris, santri itu radikal, karena kami yakin dibawah pendidikan kami yang Ahlusunnah waljamaah, tidak ada sifat radikal apalagi lebih dari itu, karena itu tadi, Islam adalah Agama yang cinta damai, dan hal itu kami tanamkan kepada seluruh santri " tuturnya.
Disela perbincangan tersebut, KH. Soleh Zuhdi menegaskan bagi generasi muda. " Ciptakan perdamaian dimanapun kalian hidup, karena sebaik baiknya manusia adalah yang memberi manfaat bagi Orang lain, jadilah pelopor perdamaian karena damai itu indah " pungkasnya. (1d)