Pekerjaan Rumah (PR) yang selalu salah dan tidak selesai dikerjakan oleh demokrasi kita selama ini adalah bagaimana menjaga marwah politik pemilu kita agar tidak tersandra oleh berbagai macam kepentingan parsial yang egois dan opertunis yang pada akhirnya selalu dan selalu mengangkangi kepentingan rakyat banyak dengan beragam dalih.
Tujuan politik yang paling primordial sesungguhnya terletak pada pengabdian. Yang bermuara pada kepentingan Rakyat.
cara berpolitik kita yang cenderung tidak bersih karena dimotivasi oleh mental pedagang, yang hanya mau cari keuntungan di dunia politik yang pada akhirya menghalalkan segala cara untuk mendapatkan semua ambisi pribadi dan kelompok.
Pada situasi persaingan seperti ini, politik, rasionalitas dan idealitas bukan menjadi faktor determinan. Kepintaran, pengalaman, loyalitas ke publik, dedikasi, integritas, dan kepemimpinan yang telah teruji tidaklah menjadi jaminan seorang politisi menang. Ini adalah sesat pikir dalam pemilu kita
Pemilu merupakan ruang publik yang suci, tempat bagi warga untuk menentukan pilihannya akan siapa yang akan mewakilinya sekaligus menjalankan Amanah mereka bagi kebaikan mereka dan bersama. Rakyat adalah kata kunci dari setiap politik pemilu.
Kalau memang demikian maka yang menjadi ukuran dalam politik pemilu adalah siapa yang bisa mewakili dan menyuarakan suara rakyat?
Di balik pertanyaan ini, ada pengandaian yang sangat kuat yakni bahwa orang yang bersedia dipilih, dia harus mempunyai kualifikasi yang mumpuni.
Artinya dalam dunia politik yang demokratis, pemilu adalah medium utama bagi rakyat untuk menyampaikan aspirasinya, sekaligus tempat di mana rakyat memilah dan memilih mana yang kompeten dan mana yang tidak.
Masalahnya, interpretasi terhadap kandidat berkualitas (dan juga kinerja yang diinginkan) sangat variatif, mengetahui berbagai faktor sekaligus, seperti preferensi ideologi, informasi kelengkapan, dan faktor kontekstual.
Semoga tersemogakan fenomena perpolitikan di Negeri kita akan berahir kepada kepentingan Rakyat, dan buka kepentingan pribadi maupun golongan. (R.Agus Syaefuddin)
0 $type={blogger}:
Posting Komentar