30 Apr 2021

SATGAS TNI YONIF 756/WMS BERBAGI TAKJIL UNTUK KEBERKAHAN DI BULAN RAMADHAN

Indomedianewsc - Bulan suci Ramadhan merupakan bulan yang sangat dinantikan oleh seluruh umat Islam di penjuru dunia. Karena di bulan penuh Berkah ini, bisa dijadikan sebagai suatu momentum yang tepat untuk berbuat baik bagi sesama. Salah satunya seperti yang dilakukan oleh Satgas Pamrahwan Yonif 756/WMS SSK lll Pos Kotis Kepi yang berada di bawah Kolakops Korem 174/ATW melalui kegiatan berbagi Takjil untuk berbuka puasa pada masyarakat pengguna jalan yang melintasi depan Pos Kepi di Kabupaten Mappi.

Hal tersebut seperti disampaikan Dansatgas Pamrahwan Yonif 756/WMS Letkol Inf Marolop Edison Bala Hutapea, M.Han dalam rilis tertulisnya di Timika, Papua. Kamis (29/04/2021).

"Kegiatan ini bertujuan untuk memberikan Takjil bagi masyarakat yang melewati depan Pos, yang mungkin ketika saat waktu berbuka tiba, mereka belum sampai di rumah untuk menikmati hidangan buka puasa bersama keluarga, atau bagi mereka yang memang masih memiliki kegiatan di luar rumah saat waktu berbuka telah tiba,"Kata Dansatgas.

Lebih lanjut Dansatgas mengungkapkan, disamping untuk berbagi Berkah dengan sesama, kegiatan tersebut merupakan suatu bentuk Kepedulian dan wujud Toleransi serta saling menghargai dan menghormati antar sesama umat Beragama.

"Pembagian Takjil ini dimaksudkan sebagai bentuk ungkapan rasa Syukur kepada Allah SWT atas semua kenikmatan yang diberikan termasuk masih diberikan kesempatan untuk menjalani Ibadah Puasa di Tahun ini. Di sisi lain, hal tersebut juga sebagai suatu upaya untuk mempererat tali silaturahmi dalam kehidupan bermasyarakat dan meningkatkan rasa kepedulian antar umat manusia dalam bentuk rasa tanggung jawab untuk saling peduli dan berbagi dengan sesama,"Ungkap Letkol Hutapea.

"Mari tebarkan kebaikan sebanyak mungkin di bulan Ramadhan yang penuh Berkah ini,"Pungkasnya.

Sementara itu, Lettu Inf Adrian Danki SSK lll dan yang sekaligus memimpin kegiatan tersebut mengatakan,"Pembagian Takjil dilakukan di depan Pos, dengan sasaran warga masyarakat yang melintasi jalan tersebut. Untuk personel yang ikut ambil bagian membagikan Takjil berjumlah dua puluh lima (25) orang. Setelah selesai membagikan Takjil dan sudah waktunya berbuka, maka kami kembali dan melakukan buka puasa bersama di Pos,"Kata Lettu Adrian.

Salah seorang masyarakat yang ikut menerima Takjil, Bapak Yohanes Agawemu mengucapkan Terima kasih dan berharap semoga Personel Satgas Yonif 756/WMS selalu di jaga oleh Tuhan yang Maha Kuasa dan dekat dengan masyarakat.

"Kami mengucapkan Terima kasih pada bapak-bapak TNI yang sudah mau berbagi dengan masyarakat. Semoga bapak-bapak sekalian selalu diberikan Rahmat oleh Tuhan yang Maha Kuasa serta selalu dekat dengan masyarakat,"Harap Bapak Yohanes.

Pensatgas756/1b

29 Apr 2021

Tradisi bangun sahur dengan suguhan "Seni Reog" Desa Curugwetan

Indomedianewsc- Banyak cara dilakukan dalam mengisi kegiatan di Bulan Ramadhan, selain meningkatnya kegiatan keagamaan, seperti Tadarus Al-qur'an, Solat tarawih maupun pengajian umum lainnya .

Yang tidak dapat terlepas dari budaya Ramadhan adalah seni rereogan yang ada di Desa Curugwetan, Kecamatan Susukanlebak, Kabupaten Cirebon.

Dari keterangan yang disampaikan Kuwu Desa Curugwetan, Jaenudin' menuturkan kepada IM , Kamis, 29/04/2021

" Rereogan adalah salah satu tradisi yang ada di Desa Curugwetan, mereka para penggiat seni ini tidak hanya sebatas membangunkan warga disaat menjelang sahur, namun tetap berusaha untuk melestarikan seni reog ini agar tidak pudar ditelan zaman, dan Alkhamdulillah, saat ini sudah mulai regenerasi jadi para pemainnya tidak melulu didominasi oleh mereka yang telah lanjut usia, namun anak mudanyapun turut serta memperagakan beberapa alat seni yang ada, baik itu berupa keningan, gendang reog maupun gong besar" tuturnya.

Lebih lanjut Jaenudin, menjelaskan, bahwa tradisi membangunkan warga melalui seni reog ini berlangsung saat bulan puasa dumulai

" Rereogan ini akan dimainkan disaat memasuki bulan Ranadhan, khususnya menjelang atau membangunkan sahur Warga Masyarakat, mereka ini secara ikhlas berkeliling dari blok ke blok, dari gang ke gang tanpa meminta imbalan, namun demikian, karena ini sudah merupakan tradisi, maka biasanya di pertengahan Bulan Ramadhan para pemain rereogan akan mendatangi setiap rumah dan meminta sumbangsihnya dari para warga, dan biasanya berupa beras dengan tidak ada nilai yang di tentukan dalam arti lain seikhlasnya, dengan adanya seni reog ini kami masyarakat merasa terbantu disaat menjelang sahur, dan yang lebih lagi, seni ini jangan sampai pudar , kita harus melestarikannya secara bersama-sama" pungkas Jaenudin.(1c)

Satgas Pamtas Yonarmed 6/3 Kostrad Terima Satu Pucuk Senjata Api di Pos Oepoli Sungai.

Indomedianewsc- Satgas Pamtas Yonarmed 6/3 Kostrad terima penyerahan senjata rakitan berjenis senapan tumbuk secara sukarela dari Bapak AB (40) warga Desa Honuk Kecamatan Amfoang Barat Kabupate Kupang, NTT. Rabu (28/04/2021).

Senjata tersebut diserahkan kepada Sertu Irwan dan Pratu Uswatun dalam keadaan masih aktif, kejadian bermula pada giat komsos yang dilakukan oleh anggota Pos Oepoli Sungai Sabtu (24/04) di Desa Honuk dengan mengadakan sosialisasi cara hidup sehat dan bercocok tanam yang benar, dalam kegiatan itu pula dibagikan pembagian Alkitab dan Kaos Merah Putih kepada Masyarakat.

Pada kegiatan tersebut diperoleh Informasi tentang kepemilikan senjata api rakitan oleh seorang warga berinisial AB, mendengar Informasi tersebut Sertu Irwan dan Pratu Uswatun melakukan pendalaman perihal keberadaan senjata rakitan tersebut dengan cara melakukan komunikasi secara Intens dan memberikan pemahaman hukum kepada Bapak AB.

Setelah mendapatkan edukasi dan pemahaman hukum tentang larangan memiliki, menguasai, menyimpan, menyembunyikan dan menyalahgunakan senjata api maka Bapak AB secara sadar dan sukarela menyerahkan senjata rakitan tersebut kepada Sertu Irwan dan Pratu Uswatun dengan disaksikan oleh Bapak Berinisial M (45).

" Sudah seharusnya Masyarakat menyerahkan senjata yang dimiliki secara pribadi kepada anggota satgas Pamtas Yonarmed 6/3 Kostrad terkait dengan bahayanya memiliki, menguasai, menyimpan, menyembunyikan dan menyalahgunakan senjata secara pribadi karena hal tersebut sudah melanggar aturan Hukum yang di tetapkan di Negara Kita, oleh karena itu saya sangat berterimakasih dan sangat mengapresiasi Bapak AB yang sudah bersedia menyerahkan senjata yang beliau miliki secara sukarela kepada anggota Satgas Yonarmed 6/3 Kostrad" tutur Serka Nugrah selaku Danpos Oepoli Sungai.

Senjata tersebut saat ini telah diamankan di pos Oepoli Sungai Satgas Pamtas RI-RDTL Sektor Barat dalam keadaan aman.

PensatgasArm6 /1b

Sahabat Disabilitas adakan pelatihan daur ulang sampah

Indomedianewsc- salah satu upaya meningkatkan kemampuan sahabat Difabel atau disabilitas adalah melalui berbagai konsep, diantaranya adalah pelatihan ataupun seminar yang di motori FKDC  ( Forum Komunikasi Difabel Cirebon)

Dari keterangan yang disampaikan Ketua FKDC,Abdul Muzib, kamis,29/04/2021, bahwa pihaknya akan terus berupaya dalam memberikan pembekalan atau keterampilan bagi saudara saudara penyandang disabilitas

" kami dari FKDC yang merupakan salah satu wadah bagi para penyandang disabilitas akan berusaha memberikan sesuatu yang terbaik bagi para disabilitas melalui konsep kerja yang saat ini sedang dilaksanakan, Yaitu pelatihan Hendy Crev atau seni daur ulang sampah, dimana hasil dari pengolahan atau daur ulang sampah ini bisa menghasikkan berbagai kerajinan seperti halnya tempat tisu, tempat Air mineral, tempat balpoin hingga pajangan dinding dan pot bunga, yang semua bahannya berasal dari hasil daur ulang sampah' inilah salah satu program yang saat ini sedang kami laksanakan" ujarnya.

Senada hal tersebut disampaikan koordinator team, Fazri Astuti, saat melakukan pendampingan pelatihan keteranpilan yang dilaksanakan selama tiga hari ( Rabu-Jum'at) yang bertempat di halaman MI Al-Hidayah Desa Kendal Kecamatan Astanajapura Kabupaten Cirebon.

" Acara ini selain memberikan pelatihan atau pengetahuan tentang bagaimana memanfaatkan limbah sampah menjadi barang seni, juga sebagai ajang silaturahmi sahabat inklusi yang diharapkam senakin mempererat antar sesama juga bisa menjadikan penghasikan tambahan atau peningkatan perekonomian" ujarnya.

Lebih lanjut Fazri , menjelaskan, 

" Tahun ini kami lebih memfokuskan pada pemberdayaan dan pembentukan kelompok yang khusus menangani daur ulang sampah, karena jika kita pandai mengolah sesuatu yang dianggap tidak bermanfaat namun ternyata bisa menghasilkan sesuatu yang sangat berharga, tentunya bisa neningkatkan perekonomian secara berkelanjutan, dan saat ini yang mengikuti program daur ulang sampah adalah 3 Orang penyandang disabilitas , yang pernah menyandang kusta 3 Orang dan non disabilitas sebanyak 4 Orang sementara Dananya diperoleh dari udunan atau patungan kita- kitaan" pungkas Fazri.(1c)

27 Apr 2021

Makom Keramat Kiyai Ismail " Ulama besar Desa Asem"

Indomedianewsc- Salah satu situs atau makam keramat yang ada di Desa Asem, Kecamatan Lemahabang.Kabupaten Cirebon adalah makom Kiyai Ismail.

Beliau (Kiyai Ismail-red)  menurut beberapa ceritera merupakan salah seorang Ulama Besar yang sangat disegani karena kearifan maupun keilmuan yang dimilikinya.

Konon, menurut Informasi yang disampaikan salah seorang perangkat Desa Asem, Sanurdin, menjelaskan, bahwa hingga saat ini masih banyak masyarakat yang melakukan ziaroh ke makom Kiyai Ismail

" Masyarakat meyakini bahwa Kiyai Ismail merupakan seorang tokoh yang sangat mumpuni, karena keilmuannya tersebut, hingga saat ini masih banyak warga yang datang berziaroh atau berkirim doa di makom Kiyai Ismail, Bahkan ada acara rutin yang diselenggarakan di area pemakoman tersebut,yaitu acara ba'da Syawal dan ruahan, dan setiap tahun acara ini selalu ada " ujarnya.

Bahkan lebih lanjut Sanurdin, menjelaskan

" banyak Masyarakat yang mempercai bahwa jika berziaroh di makom ini akan terkobul segala niat atau hajatnya, khususnya di bidang karier atau kedudukan, bahkan kalau tidak salah, salah seorang Calon Bupati ditahun 2018 pernah melakukan ziaroh di makom Kiyai Ismail, dan karena ijin Allah Calon Bupati tersebut terpilih menjadi Bupati, ini merupakan salah satu contoh tentang keramat Kiyai Ismail, sebagai manusia tentunya diperbolehkan untuk berikhtiar atau usaha apapun asalkan tidak menyimpang dari hukum atau aturan Agama, Yang terpenting adalah niat kita dan segala sesuatunya kita kembalikan kepada Allah SWT " pungkasnya. 

Makom Kiyai Ismail merupakan salah satu situs yang jaraknya tidak terlalu jauh dari Kantor Desa Asem, Kecamatan Lemahabang. dimana keberadaannya sangat disakralkan oleh berbagai pihak , bahkan tidak sedikit pula warga dari luar daerah yang melakukan ziaroh dengan mengharap berkah agar terkobul segala niat dan hajatnya. Wallahu'alam (1c)

Tak Kunjung Diperbaiki "Emak-Emak Ikut Perbaiki Jalan Poros Kabupaten"

Indomedianewsc- Warga tergerak untuk memperbaiki jalan rusak, karena melihat banyak terjadi kecelakaan yang menimpa pengguna jalan. 

Demikian dikatakan salah seorang tokoh masyarakat, Johari Baharudin (52) saat ditemui di sela-sela perbaikan jalan Ciawijapura-Putat Sedong Kabupaten Cirebon, Senin (26/4). 

Johari mengatakan, warga tergerak untuk menyumbangkan uang seikhlasnya. Setiap rumah ikut menyumbang dari mulai lima ribu rupiah, sepuluh ribu sampai Rp50 ribu untuk dibelikan material pasir, batu split dan semen. 

"Alhamdulillah untuk tenaga semuanya ikut bergotong-royong memperbaiki jalan yang rusak, walaupun sedang menjalankan ibadah puasa semuanya ikut turun termasuk emak-emak ikut membantu,” katanya. 

Johari berharap Dinas PUPR Kabupaten Cirebon segera turun untuk melakukan perbaikan jalan, karena kemampuan warga Cibogo Panongan Lor hanya mampu memperbaiki kerusakan jalan sepanjang 1 kilometer (KM) saja. 

“Kami meninta Pak Iwan Rizky turun ke lapangan untuk mengevaluasi dan memperbaiki jalan Ciawijapura-Putat, karena kondisi kerusakan cukup parah,” tegas Johari.

Sementara itu, Perangkat Desa setempat, Ade Cahydi mengatakan sudah 2 tahun lebih Dinas PUPR tidak ada upaya perbaikan jalan poros Kabupaten khususnya jalan Ciawijapura-Putat. 

“Jalan ini kewenangan Dinas PUPR, di beberapa spot rusak berat yang harus segera diperbaiki, jangan sampai menunggu jalan rusak semua,” kata Ade saat ditemui di lokasi perbaikan jalan 

Dari pantau IM di lapangan, pulahan warga Cibogo Panongan Lor Sedong Kabupaten Cirebon di tengah terik matahari sibuk bergotong-royong menambal jalan yang rusak walau dengan kondisi melaksanakan ibadah Ranadhan. (1c-lis Er )

26 Apr 2021

Satgas TNI Yonif 756/WMS bersama Masyarakat Gotong royong membersihkan Bandara

Indomedianewsc - Satuan Tugas Pengamanan Daerah Rawan Yonif 756/WMS Pos Jila, yang berada di bawah Kolakops Korem 174/ATW bersama masyarakat bergotong royong membersihkan Bandar Udara Perintis di Kampung Jila Distrik Jila Kabupaten Mimika.

Bandara merupakan salah satu Objek Vital yang harus selalu dijaga dan dipelihara dengan baik. Keberadaan Bandara perintis di suatu wilayah sangat penting, apalagi dengan medan yang banyak pegunungan seperti di Papua, dimana Bandara tersebut dapat digunakan untuk mendarat dan lepas landas Pesawat, bongkar muat barang, naik turun penumpang serta menghubungkan wilayah pedalaman satu dan lainnya.

Hal tersebut seperti disampaikan Dansatgas Pamrahwan Yonif 756/WMS Letkol Inf Marolop Edison Bala Hutapea, M.Han dalam rilis tertulisnya di Timika, Papua, Senin(26/04/2021).

"Penerbangan Perintis masih menjadi tumpuan bagi masyarakat yang tinggal di pegunungan Papua. Karena dengan jenis Pesawat kecil seperti Cessna Caravan maupun Twin Otter, akan  lebih efisien dan cepat dalam melayani kebutuhan masyarakat yang tinggal di daerah pedalaman. Kondisi Bandara harus betul-betul dijaga dan dipelihara, karena untuk kegiatan mengangkut penumpang, barang dan bahan-bahan Pangan ke tempat terpencil bisa terlayani dengan baik, jika ditunjang dengan situasi dan kondisi lapangan terbang yang memadai," kata Dansatgas.

Lebih lanjut Dansatgas menuturkan, "Untuk mewujudkan hal tersebut, perlu dilakukan upaya-upaya untuk menjaga dan memelihara kondisi Bandara sehingga dalam pengoperasiannya dapat berjalan secara normal dan maksimal. Mendukung hal tersebut, personel kami yang berada di pos Jila bersama masyarakat  bergotong royong membersihkan area sekitar landasan pacu Bandara Jila yang  ditumbuhi rumput dan sudah mulai meninggi. Tujuannya, agar Bandara tersebut siap dan layak digunakan untuk melayani kebutuhan masyarakat Jila. Disamping untuk memperlancar pasokan barang dari Timika, namun saat kembali dari Jila dapat pula mengangkut hasil kebun masyarakat seperti sayuran, aneka umbi-umbian dan buah untuk dijual ke Timika," tuturnya.

"Kami berharap, semoga dengan kondisi Bandara yang bersih, akan memberikan dampak yang semakin baik dalam mempermudah arus transportasi bagi masyarakat dan dapat memenuhi kebutuhan mereka," harap Letkol Hutapea.

Sementara itu, salah seorang Pegawai Bandara Jila Bapak Jery Aim (38) mengucapkan Terima kasih pada personel pos Jila satgas Yonif 756/WMS yang sudah ikut bersama masyarakat membersihkan sekitar area Bandara.

"Kami mengucapkan Terima kasih pada Bapak-bapak TNI dari pos Jila, yang sudah ikut bersama dengan kami membantu bersihkan Bandara ini. Semoga kerjasama yang baik ini, akan selalu terjalin dan memberikan dampak yang positif bagi kami masyarakat dan Bapak-bapak sekalian yang bertugas di sini," harap Bapak Jery.

Pensatgas756 (1b)

Gerakan Temu Sapa Komsos, Satgas Pamtas TNI Yonif 403/WP Ciptakan Suasana Harmonis dengan Tokoh dan Masyarakat di Wilayah Perbatasan Papua

Indomedianewsc– Dalam rangka meningkatkan harmonisasi, cinta tanah air dan bela negara warga di perbatasan, Pos Kotis Satgas Pamtas Yonif 403/Wirasada Pratista mengadakan kegiatan Komunikasi Sosial (Komsos) yaitu temu sapa dengan para tokoh Muspika, tokoh Agama dan tokoh Masyarakat Kampung Senggi, Distrik Senggi, Kabupaten Keerom, Papua. Senin, (26/04/2021). 

Hal tersebut disampaikan Dansatgas Pamtas Yonif 403/Wirasada Pratista Letkol Inf Ade Pribadi Siregar, S.E., M.Si., dalam rilis tertulisnya di Kabupaten Keerom, Papua. Senin, (26/04/2021).

Dansatgas mengungkapkan bahwa kegiatan Komsos temu sapa ini adalah untuk mempererat hubungan silaturahmi yang sudah terjaga antara Tokoh Pemerintah, Tokoh Masyarakat, Tokoh Agama dengan TNI selama ini, sekaligus melalui temu sapa ini kami juga berkesempatan untuk memperkenalkan diri kepada bapak dan ibu Tokoh Muspika, Tokoh Agama dan Tokoh Masyarakat Kampung Senggi, karena kami baru berkesempatan untuk mengadakan kegiatan ini, dengan harapan kedepan akan terjalin hubungan yang lebih harmonis lagi.

“Dalam kesempatan ini ijinkan saya memperkenalkan diri sebagai Dansatgas Pamtas Yonif 403/Wirasada Pratista Letkol Inf Ade Pribadi Siregar, S.E., M.Si., yang betugas mengamankan wilayah perbatas Negara RI dengan Negara PNG (Papua New Guinea) Sektor Utara yang meliputi dua Kabupaten yaitu wilayah Kabupaten Pegunungan Bintang dan Kabupaten Keerom, dalam sambutan ini saya mengungkapkan, bahwa keberadaan satgas kami dalam menjaga wilayah perbatasan RI-PNG dipenuhi dengan rasa kebanggaan dan hati senang karena salah satunya toleransi umat beragama yang sangat baik di wilayah senggi  ini.” Ungkap Ade.

Turut hadir dalam kegiatan komsos temu sapa ini diantaranya yaitu Kepala Distrik Senggi Bapak Yonas, Kepala Bandara Senggi Bapak Syarif, Ketua Klasis GKII Bapak Omnesimus, Ketua Dewan Kemakmuran Masjid (DKM) Masjid Al-muhajirin, Danramil Senggi dan Kapolsek senggi beserta beberapa tokoh Masyarakat sekitaran Pos senggi.

Selanjutnya, Salah satu tokoh masyarakat yang hadir dalam kegiatan Komsos Temu Sapa tersebut Bapak Yosef (56) berpesan kepada Satgas Pamtas Yonif 403/Wirasada Pratista agar dapat selalu merangkul dan membantu warga sekitaran Pos, mengingat masih banyak kesulitan-kesulitan yang dihadapi warga salah satunya dibidang kesehatan.

“Dengan ajang silaturahmi temu sapa ini diharapkan dapat menjadi tonggak awal untuk menciptakan kekompakan dan dapat menciptakan hubungan yang solid serta harmonis antara Satgas Pamtas Yonif 403/Wirasada Pratista dengan warga Desa Senggi demi tercapainya Kemanunggalan TNI dan Rakyat.” Imbuh Yosef.

Pada sesi akhir kegiatan, Dansatgas juga memberikan kenang-kenangan kepada Tokoh Masayarakat yang hadir dalam kegiatan Komsos Temu Sapa tersebut dengan memberikan Tas Dukung bertuliskan Aku Cinta Indonesia di bawah jahitan bendera merah putih dan bertuliskan Mabes TNI, ini merupakan cindera mata sebagai tanda bahwa TNI akan selalu ada bersama masyarakat (1b)

Hampir Roboh" Janda 5 Anak Ini berharap adanya perhatian Pemerintah"

Indomedianewsc- hampir 10 tahun, Sariah (61 tahun) menempati rumah yang terbuat dari kayu dengan dinding berbahan triplek dan beratapkan asbes ditemani bersama 5 anaknya.

Sepeninggal suaminya 3 tahun lalu, perekonomian keluarga janda tersebut semakin terpuruk, Sariah ,mengaku sangat keberatan untuk menyekolahkan anak-anaknya, khususnya kedua gadis kembar yang hanya lulus Sekolah Dasar, karena untuk makan sehari-hari menggantungkan kiriman uang hasil dari kedua anaknya yang bekerja di Jakarta sebagai kuli bangunan. 

“Selain dikirim anak kami yang kerja serabutan dijakarta, alhamdulillah untuk makan sehari-hari ada bantuan beras 10 kilogram setiap bulan dari PKH,” ungkap Sariah saat ditemui dikediamannya. Sabtu (24/4). 

Dari pantauan IM, rumah yang berlokasi dikampung salam Desa Jatipancur Kecamatan Greged Cirebon tersebut masih berlantai tanah. 

Menanggapi kondisi yang memprihatinkan tersebut, Pengusaha Galian C, Muhammad Bisri Robis sangat menyayangkan kurang pekanya Pemerintah Desa setempat, karena banyak cara untuk membantu rehab rumah yang hampir roboh tersebut.

“Seandai Pemerintah itu peka, dengan kondisi keluarga yang rumahnya tidak layak huni, bisa masuk program bedah rumah atau rutilahu,” kata pengusaha tambang galian C tersebut menegaskan.

Bisri mengaku akan memberikan informasi kondisi Ibu Sariah yang seorang janda yang mengalami kesulitan ekonomi dan rumahnya tidak layak huni kepada Pemerintah Provinsi Jawa Barat.

“Kami sudah mencoba berkomunikasi dengan Wakil Gubernur Jabar dan diarahkan agar pihak pemerintah Desa agar mengajukan bantuan bedah rumah kepada Pemprov Jabar,” ungkapnya

Adapun untuk material khusus pasir, Bisri mengklaim siap untuk menyumbang secukupnya sampai jadi. 

“Mudah-mudah Pemprov Jabar dapat memberikan bantuan dan untuk material pasir kami akan ikut menyumbang agar rumah tersebut segera bisa diperbaiki"" pungkas Bisri. (1c)

25 Apr 2021

Peduli Lingkungan, Satgas Pamtas RI-RDTL YONARMED 6/3 Kostrad Rangkul Generasi Muda Tanam Pohon

Indomedianewsc - Penanaman pohon yang digelar Satgas Pamtas RI- RDTL Yonarmed 6/3 Kostrad (Sektor Barat) bersama pemuda Desa Inbate, merupakan wujud kepedulian lingkungan dan upaya pelestarian sumber mata air di Desa Inbate, Kecamatan Bikomi Ninulat, Kabupaten TTU, Prov NTT.

Hal ini disampaikan oleh Dansatgas Pamtas RI - RDTL Yonarmed 6/3 Kostrad Letkol Arm Andang Radianto S.A.P dalam rilis tertulisnya di Kabupaten TTU, Prov NTT, Jum'at (23/04/2021).

Disampaikan Dansatgas, penanaman pohon oleh personel Pos Inbate bersama pemuda itu merupakan kegiatan yang positif karena memberikan edukasi kepada masyarakat terutama generasi muda pentingnya pelestarian lingkungan hidup dan sumber mata air.

“Selain menanamkan rasa peduli terhadap lingkungan pada generasi muda, kegiatan ini juga dapat mempersatukan dan mempererat persaudaraan antara pemuda di desa tersebut,” kata Dansatgas.

“Ini juga sebagai wujud peduli lingkungan dan sinergitas TNI bersama masyarakat,” lanjutnya.

Lebih lanjut disampaikan Dansatgas, dengan penanaman pohon di seputaran lahan kosong di dekat Sumber Mata Air, diharapkan dapat meningkatkan daya dukung dan fungsi lahan sehingga berfungsi optimal menjaga ketersediaan air bersih untuk masyarakat Desa Inbate dan sekitarnya.

“Dansatgas Yonarmed 6/3 Kostrad Sektor barat RI - RDTL  Letkol Arm Andang Radianto .S.A.P mengharapkan agar semua masyarakat dapat merawat dan memelihara pohon-pohon yang di tanam. Agar ke depannya dapat berguna dan bermanfaat dalam menjaga sumber mata air ini,” ujarnya.


Sementara itu, Hengki (35) salah satu warga Desa Inbate memberikan apresiasinya atas kegiatan penanaman pohon yang dilakukan oleh Satgas Yonarmed 6/3 Kostrad dan pemuda desa, karena memberikan banyak manfaat positif bagi kehidupan masyarakat dan lingkungan.

“Penanaman pohon ini sangat banyak manfaatnya bagi masyarakat dan lingkungan desa. Terima kasih kepada bapak-bapak Satgas yang selalu peduli kepada kami, dengan selalu melaksanakan kegiatan-kegiatan untuk membantu dan demi kebaikan warga desa semua,”  Hengki (35) 

Penyonarmed 6 (1b)

24 Apr 2021

Divif 2 Kostrad Menggelar Sosialisasi Agen of Change dan Penyusunan LKIP di Gedung Sandoyo Madivif 2 Kostrad

Indomedianewsc – Divif 2 Kostrad Menggelar Sosialisasi Agen of change (Agen Perubahan) dan Penyusunan LKIP (Laporan Kinerja Instansi Pemerintah) yang diikuti oleh seluruh Satuan Jajaran Divisi Infanteri 2 Kostrad, bertempat di Gedung Sandoyo Madivif 2 Kostrad, Singosari, Malang. Jumat (23/4).

Acara ini dipimpin langsung oleh Asren (Asisten Perencanaan) Divif 2 Kostrad Kolonel Inf Rofiq Yusuf, S.Sos. yang bertujuan sebagai pedoman dalam pelaksanaan program dan kegiatan Agen Perubahan Kostrad Tahun 2021. 

Pada kesempatan ini, Asren Divif 2 Kostrad Kolonel Inf Rofiq Yusuf, S.Sos. mengatakan, “Pelaksanaan Rencana Tindak Agen Perubahan Kostrad Tahun 2020 telah dievaluasi secara menyeluruh guna mengukur efektivitas proses dan hasil atas pelaksanaan perubahan serta perbaikan secara berkelanjutan dalam membangun Agen Perubahan yang handal. Agar Rencana Tindak Agen Perubahan Tahun 2021 lebih efektif maka diperlukan rekomendasi dari hasil pelaksanaan Rencana Tindak Agen Perubahan Kostrad Tahun 2020,” ujarnya.

Dikatakan juga bahwa, “Hal ini tentu diharapkan akan terselenggaranya pembaharuan dan pembekalan Tim Agen Perubahan Kostrad agar mampu melaksanakan perubahan terhadap fungsi, tugas dan tanggung jawab pada seluruh tingkatan personel di lingkungan Kostrad serta Terwujudnya Birokrasi dengan integritas dan kinerja yang tinggi,” pungkasnya.

Di akhir sambutannya, Asren Divif 2 Kostrad menyampaikan, mengingat pentingnya materi sosialisasi dan pembekalan ini di harapkan seluruh peserta sosialisasi dapat memanfaatkan kesempatan ini dengan sebaik-baiknya dan penuh rasa tanggung jawab.

Kasirenproggar Mayor Inf Cecep Cahyadi S.E., Ml.Pol. mengatakan, bahwa tujuan dari Penyusunan Laporan Kinerja Intansi Pemerintah yaitu memberikan informasi kinerja yang terukur kepada pemberi mandat atas kinerja yang telah dan seharusnya dicapai.

"Hal tersebut juga sebagai upaya perbaikan yang berkesinambungan selaku Instansi Pemerintah untuk meningkatkan kinerjanya", terang May Inf Cecep.

Kegiatan dilanjutkan dengan paparan Agen of change oleh Kapten Arh Aris Sumanto, S.H. dan di ikuti seluruh peserta dengan sangat antusias.

Pendivif2 (1b) 

23 Apr 2021

Camat Mundu lantik Pj Kuwu Citemu " Tumbuhkan asa baru bagi Masyarakat"

Indomedianewsc -Rohmat ,dilantik menjadi penjabat Kuwu Desa Citemu,  Kecamatan Mundu, Kabupaten Cirebon,  Jum'at 23/04/2021 di Aula Desa setempat.

Pemerintahan Desa Citemu yang sekian lama terhambat dari berbagai hal,  baik Pencairan maupun penggunaan Anggaran dikarenakan Kuwu Desa Citemu,  Supriyadi,  tersandung persoalan Hukum yang mengakibatkan dirinya saat ini harus mendekam dibalik jeruji besi karena harus mempertanggungjawabkan segala apa yang telah diperbuatnya.

Pada Hari ini,  (Jum'at -red)  Masyarakat Desa Citemu bisa bernafas lega,  karena sudah memiliki penjabat Kuwu yang baru,  dengan harapan program. Pembangunan Desa bisa dilaksanakan kembali.

Usai acara pelantikan dan pengambilan sumpah terhadap penjabat Kuwu Desa Citemu,  Rohmat,  Camat Mundu,  Anwar Sadat,  menjelaskan pada beberapa awak media

" Saya berharap kepada penjabat Kuwu Citemu,  Pak Rohnat,  agar mampu melaksanakan kewajiban dan tanggungjawabnya sebaik mungkin,  karena memang setelah Kuwu Definitif (Supriyadi-red)  tersandung Hukum bahkan harus berakhir dengan pemberhentian,  otomatis program pembangunan Desa sedikit terhambat,  khususnya dalam hal pencairan Anggaran,  oleh karenanya kami meminta kepada semua unsur Masyarakat maupun Kelembagaan Desa untuk bekerjasama dan mendukung kinerja pak Rohmat selaku penjabat Kuwu Citemu,  saya yakin dengan dukungan dan kerjasama yang baik,  Citemu akan kembali normal dan tidak menutup kemungkinan akan lebih baik " ujarnya.

Senentara itu,  Penjabat Kuwu yang baru saja diambil sumpah,  Rohmat,  menuturkan

" Memang ada kendala yang sangat menghambat pembangunan di Desa Citemu,  khususnya terkait pencairan Anggaran,  oleh karenanya program prioritas saya adalah melakukan komunikasi dan koordinasi dengan berbagai pihak untuk secepatnya bisa mencairkan Anggaran yang selama ini terhambat oleh sebab ada persoalan Hukum yang terjadi pada pak Kuwu yusuf ( panggilan nama Kuwu Citemu,  Supriyadi-red) " ujar Rohmat.

Bahkan lebih lanjut Rohmat menjelaskan,  bahwa pihaknya akan melaksanakan tugas dan tanggungjawabnya sebaik mungkin

" Banyak PR di Desa Citemu yang harus segera diselesaikan,  dan untuk menyelesaikannya harus ada dukungan dan kerjasama yang baik dengan semua pihak,  baik itu Masyarakat ataupun Lembaga Desa,  oleh sebab itu saya mengajak kepada semua pihak untuk bersama sama membangun citemu kearah yang lebih baik lagi " tegas Rohmat.

Senada hal tersebut disampaikan ketua BPD Citemu,  Lukman,  yang turut hadir dalam acara pelantikan penjabat  Kuwu setempat.

" kita  saat ini harus membuka pembaran baru dibawah kepemimpinan Bapak Rohmat,  persoalan Kuwu yang terdahulu itu menjadi tanggung jawab kuwu yang terdahulu, toh yang bersangkutan saat ini sudah berada dibalik jeruji besi,  yang terpenting saat ini adalah bagaimana citemu bisa berubah dan bisa lebih baik dari yang sudah baik,  kami dari BPD mengucapkan selamat bertugas kepada pak Kuwu Rohmat" ujar Lukman. (1c)

Antisipasi penyebaran Pandemi Covid-19 " jama'ah Jum'at wajib kenakan masker"

Indomedianewsc -Pelaksanaan Prokes Di pimpin langsung oleh Pj. Kuwu Desa Susukanagung, seluruh perangkat desa bersama-sama Babinsa dan Bhabinkamtibmas secara pro aktif membagikan sekaligus memasangkan masker kepada ratusan Jama'ah yang hendak mengikuti atau melaksanakan ibadah Sholat Jum'at di Masjid Agung Safinatunnajah Desa Susukanagung, Kecamatan Susukanlebak, Kabupaten Cirebon, Jum'at (23/4). 

Pembagian masker sendiri merupakan salahsatu wujud implementasi dari Program PPKM Skala Mikro yang terus dilaksanakan dan di seriusi oleh pemerintah desa setempat. Tentunya, dengan mengimplementasikan program pemerintah pusat tersebut, tidak lain juga sebagai upaya menekan dan memutus rantai penyebaran Pandemi Covid-19 yang hingga saat ini tidak kunjung usai.
Pejabat (pj)  Kuwu Desa Susukanagung, Abdul Rohmat menuturkan, pembagian masker kepada Jama'ah Sholat Jum'at sebagai bentuk perhatian pemerintah desa untuk meminimalisasi tingkat penyebaran Covid-19 di tempat sarana ibadah yang menjadi ruang berkumpulnya masyarakat dalam menjalankan kegiatan Ibadah. Dengan mengimplementasikan salah satu ketentuan dalam Program PPKM Skala Mikro ini, merupakan  bagian dari upaya pemerintah desa mengedukasi masyarakat akan pentingnya memperhatikan dan mentaati penggunaan masker baik di ruang publik, sarana ibadah dan sarana umum lainnya. 

”Ini salah satu bagian dari upaya kami meminimalisir penyebaran Covid-19 di tempat sarana ibadah, terlebih dengan jumlah jama'ah yang besar menjadikan perhatian serius kami untuk membagikan masker,” ujarnya. 

Masih dikatakan Abdul Rohmat, selain membagikan masker kepada Jama'ah Sholat Jum'at, pasalnya PemDes Susukanagung pun telah membagikan ribuan masker kepada warga masyarakat melalui atau melibatkan para Kader PKK Desa Susukanagung. Selain pembagian masker, sesuai petunjuk dalam ketentuan Program PPKM Skala Mikro, pihaknya pun masih terus intens melakukan kegiatan penyemprotan desinfektan dilingkungan warga masyarakat dan titik-titik vital tempat keramaian. Dimana ketentuan lainnya yang telah dilaksanakan diantaranya penyediaan hands sinitizer, suplemen vitamin C, ruang isolasi dan Posko terpadu PPKM Skala Mikro. 

”Alhamdulillah melalui sumber anggaran Dana Desa Tahun 2021 ini seluruh ketentuan PPKM Skala Mikro terus kami maksimalkan dan kami seriusi,” pungkasnya. (1c) 

Kuwu Desa Karangasem " berikan santunan kepada Yatim Piatu "

Indomedianewsc -Ramadhan dijadikan salah satu Bulan istimewa yang penuh barokah.  Selain dituntut kita sebagai Manusia untuk bersabar,  tawakal dan mampu menahan hawa nafsu,  yang terlebih istimewa lagi untuk saling peduli dan meningkatkan jiwa sosial yang tinggi.
Ini pula yang disampaikan Kuwu Desa Karangasem,  Kecamatan Karangwareng,  Kabupaten Cirebon,  Heriyanto,  saat setelah memberikan santunan kepada 76 Anak Yatim Piatu.

" Alkhamdulillah,  di Bulan Ramadhan ini,  kami mampu memberikan santunan kepada Anak yatim piatu , walaupun mungkin secara materi nilainya tidak seberapa,  namun menurut hemat saya apa yang telah kami lakukan sebagai tanda kita saling peduli akan sesama,  terlebih lagi kepada Anak Yatim" ujarnya

Lebih lanjut Heriyanto,  menuturkan

" Ramadhan ini sebagai Bulan pemula untuk membiasakan berbuat lebih baik,  dengan harapan setelah Ramadhan selesai kita telah terbiasa untuk berbuat baik,  dalam segi apapun,  dan kebaikan itu tidak semata hanya karena rupiah,  namun masih banyak cara untuk melakukan kebaikan,  yang terpenting adalah bagaimana caranya kita bisa bermanfaat bagi orang banyak sesuai dengan kemampuan yang kita miliki,  saya sebagai Kuwu,  tentunya mengajak kepada seluruh lapisan Masyarakat untuk bersama sama mengisi Ramadhan ini dengan hal yang positif,  dan mari kita berdoa bersama agar Pandemi segera berakhir dari Republik tercinta ini" pungkas Heriyanto. (1c)

22 Apr 2021

Mbah Ardi Sela dan Harimau Cimandung " Babad Desa Tuk Karangsuwung"

Indomedianewsc -Catatan untuk generasi muda sebagai kado yang harus tetap dikenang,  salah satunya adalah dengan keberadaan sosok Mbah Ardi Sela. 

Alkisah,  Sejarah Karangsuwung berawal dari bertolakbelakangnya pemikiran Sunan Gunung Jati dengan pegawai Keraton Cirebon yang bernama Raden Rustam. Hal itu menyebabkan Sunan Gunung Jati kecewa hingga akhirnya menyuruh Raden Rustam meninggalkan Keraton agar Raden Rustam terbiasa mandiri dan mengetahui liku-liku kehidupan di dunia ini. 

Dengan langkah berat dan penyesalannya yang begitu dalam, Raden Rustam pergi meninggalkan Keraton meski tak pasti arah tujuannya. Ia menuju ke arah selatan selama berhari-hari, hingga suatu saat sampai di Gunung Ciremai. Lantas, ia bersemedi di atas puncak gunung tersebut. Pada saat semedi, tiba-tiba ia mendengar suara rintihan harimau minta tolong. Kemudian ia menolong harimau tersebut, hingga di kemudian hari harimau tersebut menjadi pengikutnya yang setia. 
Melihat kesetiaan harimau itu, maka Raden Rustam memberi nama Cimandung yang berarti iman kepada Yang Maha Kuasa. Setelah menolong harimau tersebut, ia melanjutkan semedinya selama 40 hari 40 malam.

 Selesai bersemedi, Raden Rustam dan pengikutnya pergi meninggalkan Gunung Ciremai dan menuju ke arah timur. Hingga mereka sampai pada suatu karang yang masih sunyi senyap (baca: suwung dalam bahasa Cirebon). Mereka di situ membabad hutan untuk dijadikan suatu perkampungan sambil menyiarkan agama Islam yang ia peroleh dari Sunan Gunung Jati. Lama kelamaan perkampungan tersebut semakin ramai dan masyarakatnya giat belajar agama Islam.

Selama Raden Rustam meninggalkan Keraton Cirebon, selama itu pula ia tidak ada kabar beritanya. Hal itu membuat Raden Dikram yang berasal dari Gebang dan merupakan saudara misan Raden Rustam khawatir. Siang malam ia berdoa untuk keselamatan Raden Rustam. Hingga suatu saat ia mendengar berita kalau saudaranya itu masih berada di wilayah Cirebon, yaitu bagian timur. Selanjutnya Raden Dikram mencari saudaranya tersebut. Pencarian itu memakan waktu yang sangat lama, sebelum akhirnya ditemukan.

Dengan adanya Raden Dikram yang seorang Empuh yang pandai membuat senjata perang dan pandai dalam mengobati berbagai penyakit, memperkuat keyakinan Raden Rustam dalam mengembangkan ajaran Islamnya. Mereka semakin melebarkan ajarannya ke berbagai tempat, hingga mereka menemukan tempat yang masih sunyi untuk dijadikan tempat tinggal mereka. Ketika mereka akan salat Dzuhur, di tempat sunyi tersebut tidak ada air untuk wudhu. 
Hal itu membuat mereka berpikir untuk membuat Tuk (balong), sehingga dapat digunakan untuk mengambil air wudhu. Selama mereka berada di tempat tersebut, mereka mendirikan sebuah Tajug untuk menampung orang salat berjamaah sambil mempelajari agama Islam. Tentunya, mereka selalu dibantu oleh abdi dalem yaitu Cimandung.

Setelah berdiam di daerah Tuk, Raden Rustam berganti nama menjadi Ardi Sela (Ardi=Tanah; Sela=Batu). Hal tersebut untuk mengingatkan ia manakala bersemedi selalu duduk di atas batu dengan ditimbuni tanah. Ia meninggal dan dimakamkan di daerah Tuk sehingga terkenal dengan nama Situs Ardi Sela dan Situs Muara Bengkeng (Muara=Bebelik; Bengkeng=Keras/Nyaring).

Untuk mengenang jasa mereka, masyarakat mendirikan pesantren dengan nama Pesantren Tuk, sedangkan makam Ardi Sela dan Muara Bengkeng dijadikan tempat keramat. 

Masih untuk mengenang jasa, nama Karangsuwung dijadikan nama sebuah desa, begitu juga Tuk Karangsuwung, hasil dari pemekaran Desa Karangsuwung yang dulu berada di wilayah Kecamatan Karangsembung (sekarang berada di wilayah Kecamatan Lemahabang, Kabupaten Cirebon. 

Pangeran Sindang garuda dan sejarah Desa Astanajapura

Bagian 2 Babad  Desa Astanajapura

Dengan kearifan Syech Syarif Hidayatullah (Sunan Gunung Jati) dalam 
menyebarkan Islam ke Desa Astanajapura yang terlebih dahulu dimasuki oleh agama Hindu , beliau tidak serta merta menghilangkan kebiasaan yang berada dimasyarakat saat itu. Sehingga sekarang di Desa Astanajapura banyak terdapat 
adat istiadat yang ditinggalkan. Adapun kebiasaan (kebudayaan) perpaduan Hindu-Islam  yang masih ada sampai sekarang di Desa Astanajapura antara lain yaitu:

1.Sedekah Bumi
Sedekah bumi merupakan simbol dari rasa syukur dari hasil bumi yang 
melimpah, dan biasanya di lakukan atau pelaksanaannya tiap tahun atau 
merupakan tradisi tahunan.

2.Mapag Sri .Mapag Sri
adalah salah satu adat/budaya masyarakat Indonesia khususnya 
Jawa dan Sunda yang dilaksanakan untuk menyambut datangnya panen raya sebagai wujud rasa syukur kepada Tuhan yang Maha Esa. 
Mapag Sri apabila dilihat dari bahasa jawa halus mengandung arti menje
mput padi. Dalam bahasa jawa halus, mapagberarti menjemput,sedangkan 
sri dimaksudkan sebagai padi. Maksud dari menjemput padi adalah panen.

3.Buka Tana

Buka tanamerupakan kegiatan yang dilakukan dimana ketika ada orang yang akan membangun rumah atau tempat dengan cara melakukan tahlil dan membaca doa agar selamat.

4.Nuju Bulan
Nuju BulanUpacara Tingkebanatau Nuju Bulan adalah salah satu tradisi masyarakat jawa, upacara ini disebut juga mitoni berasal dari kata pitu
yang artinya tujuh, upacara ini dilaksanakan pada usia kehamilan tujuh bulan dan pada kehamilan pertama kali. Upacara ini bermakna bahwa pendidikan bukan saja setelah dewasa akan tetapi semenjak benih tertanam di dalam rahim ibu. Dalam upacara ini sang ibu yang sedang hamil di mandikan dengan air kembang 
setaman dan di sertai doa yang bertujuan untuk memohon kepada Tuhan Yang Maha Esa agar selalu diberikan rahmat dan berkah sehingga bayi yang akan dilahirkan selamat dan sehat.

5.Mudun Lemah
Mudun lemah demikian orang jawa menyebut tradisi tersebut. Sebuah tradisi yang dilakukan orang tua untuk mengenalkan anak tercintanya yang berusia tujuh bulan kepada bumi. Mengiringi itu, kedua orang tua berharap anaknya mampu berdiri sendiri dalam menempuh kehidupan.

6.Puputan
Upacara puputan yaitu upacara yang dilaksanakan pada waktu seorang bayi terlepas ari-arinya dari sendi usus perut atau istilahnya coplok/puput 
(lepas). Maksud dan tujuan upacara Puputanadalah untuk memberi   nama pada bayi  yang baru terlepas ari-arinya.
Kebudayaan tersebut di atas masih dilakukan oleh masyarakat Desa 
Astanajapura, namun telah terpengaruh oleh kebudayaan 
Islam sehingga caranyapun berubah yakni dengan dibacakan do‟a kalimat 
toyibah.

Saat ini Pemerintahan Desa Astanajapura dipimpin oleh seorang kuwu yang bernama Faturokhman. 

21 Apr 2021

Pangeran Sindang garuda dan sejarah Astanajapura


Bagian 1 babad Desa Astanajapura

Indomedianewsc-Pada awalnya Desa Astanajapura merupakan sebuah padukuhan yang 
berada di naungan wilayah Kerajaan Medang Kamulyan dengan rajanya bernama  Handahiyang dan senopatinya Amuk Marugul yang 
peninggalan keratonnya 
sekarang masuk pada wilayah Desa Japura Kidul, Kecamatan Astanajapura, 
Kabupaten Cirebon.

Senopati Kerajaan Medang Kamulyan, yakni Senopati Amuk Marugul 
sangat kental dengan orang yang sakti mandraguna, sehingga dengan 
kesaktiannya  ia akhirnya lupa akan dirinya dan dalam mendampingi Raja 
Handahiyang 
memerintah 
dengan 
semena mena dan dengan penuh keangkaramurkaan.  Akhirnya di kerajaan tersebut terjadilah kehancuran moral.
Melihat keadaan yang demikian, maka raja Handahiyang berfikir serius 
dengan para petinggi kerajaan serta mengajak keponakannya yang juga putra mahkota pajajaran yakni Pangeran Gagak Lumayung untuk mencari solusi  bagaimana menghentikan keangkaramurkaan yang timbul akibat ulah ki Amuk Marugul tersebut.  Dan diperoleh
lah solusi atas  musyawarah tersebut dengan cara 
mengadakan sayembara, yakni sayembara mencari jodoh anaknya (anak raja 
Handahiyang) karena pada saat itu anak sang raja sudah saatnya/umurnya sudah pantas berkeluarga.

Sayembara tersebutpun diumumkan keselu
ruh penjuru bangsa, Sang Raja 
Handahiyang berkenan mengadakan sayembara putrinya bahwa barangsiapa yang 
menang dalam sayembara akan dinikahkan dengan putrinya dan kelak dinobatkan 
sebagai penggantinya. Dan saat sayembara diadakan, Ki Amuk Marugul ikut serta 
dan dalam pertandingannya ia selalu menang, tidak ada tandingannya.
Dengan di dorong rasa tanggungjawabnya baik selaku kesatria juga sebagai  keponakan sang raja dan keadaan masyarakat yang sudah bobrok moral akibat Ki Amuk Marugul, maka Pangeran Gagak 
Lumayung yang masyarakat sekitar 
mengenalnya dengan sebutan Pangeran Sindang Garuda tidak terima dengan 
keadaan tersebut, maka beliau ikut serta bertanding di kancah sayembara itu dan diseranglah Senopati Amuk Marugul hingga terjadilah perang tanding antara Senopati Amuk Marugul dengan pangeran Gagak Lumayung.
Dan dalam pertempuran tersebut Senopati Amuk Marugul dapat dipukul 
mundur sampai ia berlari ke daerah pesisir timur wilayah kerajaan yakni di Desa Rawaurip Kecamatan Pangenan Kabupaten Cirebon dan beru
bah wujud menjadi 
Belut Putih, kemudian masuk ke dalam sumur yakni “Sumur Lumer” dan sumur tersebut  sampai sekarang masih ada.

Keterangan lain bahwa Senopati Amuk Marugul tersebut larinya ke ujung 
pesisir Kabupaten Cirebon yakni di Kecamatan Losari Desa 
Tawangsari  (sekarang) dan berubah wujud menjadi buaya putih, bahkan menurut cerita mistik  yang berkembang jika ada penggedug Desa Astanajapura kesana maka muncullah 
buaya putih itu yang merupakan perwujudan Senopati Amuk Marugul yang 
belum puas atas kekalahan
dari Pangeran Gagak Lumayung.

Dari kekalahan Senopati Amuk Marugul atas Pangeran Gagak Lumayung maka terbebaskanlah Kerajaan Medang Kamulyan dari kehancuran dan akhirnya dinobatkanlah Pangeran tersebut menjadi Raja di kerajaan tersebut tetapi nama kerajaan diganti menjadi “Kerajaan Japura”

Nama Japura sendiri diambil dari ucapan Ki Nuhun yang ternyata adalah 
Sunan Gunung Jati ketika ia marah kepada masyarakat kerajaan kala itu, karena 
pada saat itu mereka 
Islamnya penuh kepura-puraan yakni kalau ada Ki Nuhun 
mereka pura-pura Islam
tetapi ternyata apabila tidak ada Ki Nuhun mereka berperilaku tidak Islam
seperti pesta minum-minuman keras, makan daging babi 
dan lain-lain.
Bahkan konon kepala babinya mereka gantungkan di serambi 
mesigitnya (masjidnya) maka spontan Ki Nuhun marah dengan kalimatnya bahwa Islam itu “Ja pura-pura” dan menendang masjid agar tidak di kotori oleh ha-hal yang dilarang agama sampai masjid itu terlempar ke laut kidul yakni di Nusakambangan, tepatnya di Kecamatan Pembantu Laut Kabupaten Cilacap 
dengan nama “Mesigit Sela” namun mesigit tersebut tidak digunakan untuk sholat jum‟at  tetapi hanya tempat ziarah saja.

Sedangkan sumur dari masjid itu sampai sekarang masih tetap berada di 
tempat semula yakni sekarang masuk dalam wilayah Desa Japura Lor Kecamatan 
Pangenan Kabupaten Cirebon, dengan nama “Sumur Mesigit Lawas”.
Dari perkataan Ki Nuhun inilah yang kemudian menjadi nama sebuah kerajaan yakni “Kerajaan Japura”.
Karena perlu diketahui pada saat jatuhnya kerajaan 
Medang Kamulyan oleh Pangeran Gagak Lumayung, pada saat itu pula pengaruh Islam yang dibawa oleh Ki Nuhun (Sunan Gunung Jati) telah masuk ke wilayah 
tersebut dengan bukti beliau telah mendirikan “Mesigit” (masjid) sebagai tempat pendidikan dan ibadahnya. Bahkan sampai dua kali yakni pertama “mesigit Lawas” yang ditendang ke pulau Nusakambangan, yang kedua “Mesigit Kramat” yang juga akhirnya disepak dengan sikilnya (kakinya) karena menganggapnya 
bahwa mesigit (masjid) ditempat itu kurang manfaat, sehingga akhirnya 
tempat/blok itu dinamai “Blok Singkil” (Sekarang masuk wilayah Desa 
Astanajapura). Dan mesigit kramat tersebut ber
geser ke timur, sehingga akhirnya 
tempat / blok tempat baru mesigit tersebut dinamai “Blok Karang Mesigit” 
(sekarang masuk wilayah Desa Japurakidul) dan mesigitnya sekrang bernama 
“Masjid Al-Karomah”.

Sedangkan sumur dan bak air serta gayung dari Mesigit
Kramat yang semuanya terbuat dari emas diinjak oleh Ki Nuhun (Sunan Gunung Jati) sehingga semuanya hilang. Tetapi menurut cerita masyarakat sekitar bahwa sumur, bak dan gayung mesigit tersebut kadang muncul, namun kepada orang yang dikehendaki saja.

setelah Pangeran Gagak Lumayung (Pangeran Sindang Garuda) wafat 
dan dengan semakin padatnya penduduk serta berkembang nya sistem tata pemerintahan yang dikembangkan oleh Ki Nuhun, maka wilayah kerajaan Japura 
di ubah menjadi bukan lagi tata kerajaan tetapi sistem padukuhan yang dikepalai 
oleh seorang Kuwu. Perubahan dan pemekaran tersebut terjadi pada tahun 1813 
M, bahwa wilayah pusat pemerintahan kerjaan Japura dibagi tiga padukuhan 
yakni Padukuhan Astanajapura, Japura Lor dan Japura Kidul.
Menurut keterangan yang diperoleh dari para sesepuh bahwa nama 
“Astanajapura” sendiri diambil dari perpaduan kata “Astana” yang berarti 
Kuburan dan “Japura” yang berarti merujuk ke Kerajaan Japura karena dulu kerajaan Japura hanya mempunyai satu astana (kuburan) yakni
kuburan yang sekarang terbawa dalam wilayah Desa Astanajapura sehingga para raja dan penggedug/Ki Geden Japura seperti Pangeran Gagak Lumayung (Pangeran Sindang Garuda) di kala wafat di kuburnya di astana (kuburan tersebut).
Sedangkan menurut keteranganlain bahwa “Astanajapura” diambil dari 
kata “astana” dan kata “asta” yang berarti “tangan/kekuasaan/penguasa” dan “Japura” berarti merujuk ke Kerajaan Japura. Hal ini karena katanya Raja Kerajaan Japura wafat dan dikuburnya yakni Pangeran Gagak Lumayung (Pangeran Sindang Garuda). Sekarang padukuhan ini menjadi sebuah Desa yakni “Desa Astanajapura”
. Pangeran Sindang Garuda wafat di Astanajapura dan 
persemayaman terakhir di Maqbaroh Desa Astanajapura Kecamatan Astanajapura Kabupaten Cirebon-Jawa Barat.

Dalam memimpin pemerintahannya Pangeran Sindang Garuda didampingi 
oleh penasehat spiritualnya Syech Abdullah Iman yang kerap disebut oleh 
masyarakat Syceh Abdul Iman juga di dampingi oleh kaula yang sangat setia yaitu Siti Fatimah (Nyi Ratu Ganda).
Dan karena beliau-beliau ini walaupun memimpin pemerintahan juga telah masuk 
Islam dan berkapasitas sebagai ulama-ulama besar maka sekarang masyarakat banyak berziarah di tempat maqbaroh 
guna mencari berkahnya.

Ulama dan Pejuang karismatik


Indomedianewsc-Di tengah-tengah imperialisme Belanda dan Jepang di satu sisi dan masa pengembangan Pondok pesantren Buntet di sisi lain, lahirlah seorang ulama masyhur dan pejuang tangguh tanpa tanda jasa. Beliau adalah ‘Abbas b. KH. ‘Abdul Jamil yang lahir pada hari Jum’at, 24 Dzulhijjah 1300 H/1879 M, di desa Pekalangan, Cirebon, Jawa Barat.

KH. ‘Abbas lebih dikenal dengan sebutan mbah ‘Abbas. Ayahnya KH. ‘Abd al-Jamil adalah putra KH. Muta’ad, sedangkan KH. Muta’ad adalah menantu dari KH. Muqoyyim pendiri pondok pesantren Buntet, Cirebon Jawa Barat.
Pada masa kejayaannya, mbah ‘Abbas adalah seorang ulama yang berpandangan luas dan bersikap terbuka terhadap para ulama, intelektual dan politisi. Dengan cara pandang dan sikapnya ini, beliau juga tak sungkan-sungkan bilang secara terus terang terhadap santri-santrinya dalam mengajarkan ilmunya. Sedangkan sebagai pejuang , mbah ‘Abbas berfikir tajam dan bertindak tepat untuk memainkan peran di tengah-tengah pergolakan politik Indonesia yang mencekam ; imperialisme Belanda, gerakan fasisme Jepang, agresi Belanda dan perjuangan revolusi kemerdekaan.

Pada masa senjanya, mbah ‘ Abbas lebih banyak berkonsentrasi pada aktifitas dakwah di masyarakat dan mengajar ilmu-ilmu kesaktian (batini dan badani), sebagaimana dituturkan oleh Prof. KH. Ibrahim Hosen, LML, murid kesayangannya, bahwa tidaklah aneh bila mbah ‘Abbas menerima tamu tertentu langsung di bawa masuk ke kamar privasinya, maka pada saat itu akan terdengar gaduh seperti ada kelebatan tangan dengan bunyi plak…plak atau gerak kaki yang saling menghentak dengan bunyi hiat……hiat”
Di waktu kecil, KH. ‘Abbas adalah seorang santri yang menggali ilmu pengetahuan agama (‘ilm din) dari satu pondok pesantren yang lain sesuai dengan spesialisasi ilmu yang dipunyai kyai. Dalam tradisi pondok pesantren, santri demikian dikenal denga istilah “santri keliling”.

Awalnya KH. ‘Abbas mempelajari dasar-dasar ilmu pengetahuan agama dibimbing oleh ayahandanya sendiri KH. ‘Abd Al-Jamil. Tak lama kemudian beliau merantau ke pondok pesantren Sukanasari, Plered, Cirebon. Di bawah bimbingan Kyai Nasuha beliau mengkaji ilmu pengetahuan agama lanjut. Ketidakpuasan di pondok pesantren Sukanasari membuat beliau harus pindah ke pondok pesantren Salaf Jatisari. Di pondok pesantren salaf ini beliau dibimbing oleh Kyai Hasan.
Ternyata, beliau merasa belum puas nyantri di Jawa Barat sehingga beliau merantau ke pondok pesantren di Tegal, Jawa Tengah yang diasuh oleh kyai ‘Ubaidah.

Di pondok pesantren ini juga mengharuskannya merantau kembali ke Jawa Timur pada pondok pesantren Tebu Ireng Jombang. Di bawah bimbingan Hadratussyekh Hasyim ‘Asy’ari, kyai dan ulama kharismatik NU, beliau mencapai pemahaman tertinggi dalam pencarian dasar-dasar ilmu pengetahuan agama. Di samping belajar, di pondok pesantren ini beliau bersama KH. Abdul Wahab Chasbullah dan KH. Abdul Manaf ikut berpartisipasi mendirikan pondok pesantren Lirboyo, Kediri, Jawa Timur.
Setelah merasa cukup memahami dasar-dasar ilmu pengetahuan agama, beliau merantau kembali ke tanah suci, Mekkah al-Mukarromah, Saudi Arabia untuk memperdalam lagi ilmu pengetahuan agama.

Di kota suci ini, beliau belajar bersama dengan KH. Bakir dari Yogyakarta, KH. ‘Abdillah dari Surabaya dan KH. Wahab Chasbullah dari Jombang. Bahkan di sini beliau pernah belajar kepada KH. Machfudz al-Termasi, Pacitan, Jawa Timur.
Kepiawaiannya sebagai ulama dan kepahlawanannya sebagai pejuang tidak bias nampak, selain pemikiran dan perjuangan mbah ‘Abbas ini diungkapkan di sini lewa situasi dan kondisi yang terjadi pada masa hidupnya. “Di mana dan kapan beliau berani memilih cara pandang hidupnya serta bagaimana kiprahnya?”

melalui catatan sejarah yang ada, jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan itu menjadikan tulisan ini menarik da signifikan.
Pondok pesantren Buntet didirikan pada tahun 1750 M oleh kyai Muqoyyim b. Abdul Hadi. Sebagai perintis pertama pondok pesantren Buntet ini kyai Muqoyyim lebih dikenal dengan panggila mbah Muqoyyim. Persisnya, pondok pesantren ini terletak di dusun Kedungmalang, desa Buntet, Cirebon. Sebagai bukti sejarah petilasannya bias dilihat berupa pemakaman para santrinya.
Sebelumnya, mbah Muqoyyim adalah seorang mufti (pejabat keagamaan dan penghulu) di kesultanan Kanoman, Cirebon. Tepatnya mufti dari sultan Khairuddin I yang memiliki anak Sultan Khairuddin II yang lahir pada tahun 1777 M. ia merasa tidak puas dengan gaya kehidupan imperialis Belanda yang mempengaruhi kehidupan kesultanan. Oleh sebab itu, jabatan terhormat itu ditinggalkannya hanya sebab dorongan dan rasa tanggungjawabnya terhadap agama dan bangsa.

Di samping itu, karena ia memilih sikap dasar politik yang non-cooperative terhadap imperialis Belanda yang secara politis telah menduduki Kesultanan Kanoman.
Atas dasar pemikiran itu, mbah Muqoyyim berhijrah ke perkampungan Buntet. Awalnya di perkampungan ini, ia hanya sekedar membangun masjid sederhana dengan maksud supaya masyarakat sekitarnya bias melaksanakan shalat berjama’ah dan bimbingan ibadah. Akan tetapi, tak lama kemudian dengan melihat tindak-tanduknya di tengah-tengah masyarakat Buntet, imperialis Belanda melakukan tekanan.
Oleh karenanya, beliau harus berhijrah kembali dari satu wilayah ke wilayah yang lain selama kurang lebih delapan tahun antara lain ke Pesawahan Lemah Abang, Tuk Karangsuwung sampai ke Beji, Pemalang, Jawa Tengah.

Sebagaimana dituturkan oleh putra KH. Abdullah ‘Abbas dan sekarang menjadi salah seorang pimpinan pondok pesantren buntet, bahwa : “hampir setiap hari tentara imperialis Belanda terus-menerus melakukan patroli di wilayah pondok pesantren. Memang suasananya tampak mencekam dan menakutkan, tetapi para santri tetap mengikuti aktifitas ngaji. Di samping itu sebagian para santri ikut bergerilya. Ternyata imperialis telah mengetahui jika pondok pesantren ini menjadi salahsatu basis perlawanan kaum republic-Hizbullah”.

Akhirnya setelah merasa aman beliau kembali ke Buntet, tepatnya di blok Gajah Ngambung. Menurut masyarakat sekitar, disebut blok Gajah Ngambung karena beliau mempunyai Gajah Putih. Pada tahun 1758 M inilah mbah Muqoyyim merintis ulang cita-citanya endirikan lembaga pendidikan pesantren. Baginya, membangun pondok pesantren bukan hanya sekedar pembangunan fisik (material development) untuk proses belajar mengajar (ngaji), tetapi juga pembangunan spiritualitas (spiritual development) untuk menghadapi kehidupan di dunia dan akhirat. Oleh sebab itu, untuk merealisasikan cita-citanya beliau melaksanakan puasa selama duabelas tahun tanpa putus yang makna spiritualnya (spiritual meaning) diarahkan pada empat sasaran ; pertama, puasa tiga tahun untuk kesejahteraan, keamanan dan keberlanjutan pondok pesantren.Kedua, puasa tiga tahun untuk kesejahteraan anak keturunannya. Ketiga,puasa tiga tahun untuk para santri dan pengikut setianya. Terakhir, puasa tiga tahun untuk kepentingan dirinya sendiri di dunia dan akhirat.

Sepeninggal mbah Muqoyyim, kyai Muta’ad adalah cucu dari mbah Muqoyyim sendiri menggantikan posisi kakeknya untuk melanjutkan kepemimpinan podok pesantren Buntet dengan dukungan putranya yaitu kyai Anwaruddin Kriyani yang dikenal dengan nama Ki Buyut Kriyan. Pada masa ini kyai Muta’ad sebagai perintis kedua melanjutkan cita-cita dan pembangunan pondok pesantren dari mbah Muqoyyim.
Sedangkan kyai Kriyani melanjutkan kepemimpinan pondok pesantren dan di samping itu beliau mengajarkan tarekat Syattariyah hingga di angkat sebagai mufti di keraton Kesultanan Kanoman. Tarekat Syattariyah merupakan tarekat pertama yang dikembangkan di pondok pesantren Buntet.

Alhasil dalam kepeimpinan kyai Kriyani ini santri pondok pesantren menjadi bertambah beratus-ratus.
Pada masa pengembangan awal ini, pondok pesantren Buntet dipimpin oleh Kyai Jamil (1842-1919). Untuk membangun pondok pesantren itu, beliau menitikberatkan pada aspek pendidikan. Untuk itu beliau memfokuskan pengembangan pondok pesantren dalam satu lokasi sehingga diharapkan proses belajar mengajar berjalan secara intensif. Dalam kepemimpinannya didukung penuh dari keluarga-anak-cucu dan keturunan mbah Muqoyyim.
Kyai Jamil adalah ulama dan intelektual yang berpandangan luas. Beliau pernah merantau untuk belajar di pondok pesantren Mayong, Jepara, Jawa Tengah dan belajar di Mekkah al-Mukarromah. Oleh karenanya, beliau termasuk ulama dan intelektual yang terpandang. Hal demikian bias dilihat dari kitab kuning yang diajarkan olehnya adalah kitab-kitab kelas tinggi (mumtaz). Misalnya, Fathul Wahhab, Shahih Bukhari, Shahih Muslim, Suzur al-Zahhab dan Alfiyah.
Untuk merealisasikan gagasannya, beliau mengembangkan program pengajaran modern yaitu membuka program kelas regular dan kelas khusus, yang dimaksud dengan program kelas regular adalah pengajaran yang dilaksanakan pada waktu biasa, sedangkan pogram kelas khusus adalah pengajaran yang diadakan khusus selama bulan Ramadhan. Dengan demikian, apabila kita analisis perbedaan antara masa perintisan dan masa pengembangan awal pondok pesantren terletak pada dimensi pengajaran. Jika pada masa perintisan, dimensi pengajaran diarahkan pada dasar-dasar spiritual, maka pada masa pengembangan awal dititikberatkan pada dasar-dasar akademis.

Selanjutnya, pada masa pengembangan kedua, pondok pesantren Buntet dipimpin oleh mbah ‘Abbas. Kepemimpinannya didukung oleh kyai Anas dan kyai Akyas dalam mengembangkan pondok pesantren di satu sisi dan menyebarkan tarekat Tijaniyah di sisi lain. Ketiga saudara kakak beradik tersebut adalah menantu dari mbah Muqoyyim.
Di sini, mbah ‘Abbas sebagai tokoh dan ulama pimpinan pondok pesantren Buntet tampak kepiawaiannya dalam mengembangkan tarekat Tijaniyah. Tijaniyah ukanlah tarekat yang baru di pondok pesantren ini, karena sebelumnya tarekat Syatariyah sudah ada. Oleh karena itu kehadiran kedua tarekat itu dalam satu tempat bukannya tidak memunculkan ketegangan secara internal di antara kalangan tokoh dan ulama.
Awal mula perkembangan tarekat Tijaniyah di Jawa Barat dari pondok pesantren Buntet yang di awali dengan pengangkatan tiga ulama sebagai perintis utama (muqaddam) di Indonesia. Tiga ulama yang dimaksud adalah mbah ‘Abbas, kyai Anas dan kyai Akyas. Tarekat Tijaniyah didirikan pada tahun 1196 H/1781 M oleh ulama besar Abu ‘Abbas Ahmad Attijani (1150 H/1737 M) dari Fez, Algeria. Kemudian pada tahun 1920-an Syekh Ali al-Thayib al Madani dan Abu Hamid al Futi menyebarkan tarekat ini di Indonesia, khususnya di Jawa Barat dan Jawa Timur. Penyebarannya melalui kitab al-Munyat al-Tariqah al-Tijaniyah dankitab al-Munyat al-Murid.
Salah satu ajaran doktrin Tijaniyah adalah embaca wirid “istighfar”,“shalawat” dan “laailahaillallah” masing-masing sebanyak 100 kali. Ajaran ini mensyaratkan kepada pengikutnya untuk tidak menjalankan amalan tarekat lain. Pengikutnya dijanjikan akan mendapatkan perlindungan khusus pada hari akhir (yaumil akhir) nanti. Selain itu, tarekat ini mengajarkan doktrin wirid bacaan “shalawat Jawharat al-Kamal” yang diyakini bias mempertemukan pembacanya dengan nabi Saw dan para sahabatnya. Dengan demikian, Tijaniyah enjadi tarekat yang eksklusif dengan klaim bahwa tarekatnya adalah tarekat terakhir dari perkembangan tarekat-tarekat sebelumnya.
Dilihat dari doktrin yang diajarkan, pada awal kehadirannya di Indonesia, doktrin Tijaniyah tak heran mengundang kontroversi dan kritik tajam dari tarekat Naqsabandiyah, Syattariyah, Syadziliyah dan Khalwatiyah. Kritik yang sangat tajam dilontarkan oleh seorang ulama keturunan arab, Sayyid Abdullah b. Shadaqah Dahlan bahwa : doktrin Tijaniyah itu doktrin yang menyesatkan, di samping itu ulama dan mufti di Mesir dan Maroko telah menolak kebenaran doktrin tersebut”.
Oleh karena itu, pada tahun 1931 M, Nahdlatul Ulama (NU) sebagai organisasi social dan keagamaan yang terbesar di Indonesia mendiskusikan dan memperdebatkan keabsahan dan eksistensi Tijaniyah dalam kongres NU ke 6 di Cirebon. Meskipun dalam kongres NU tersebut dinyatakan bahwa Tijaniyah bias diterima sebagai doktrin tarekat. Namun nyatanya kontroversi terhadap doktrin ini tetap berlangsung dan kritikan serta tekanan (critic and pressure) masih terus menerus dilontarkan oleh tarekat-tarekat lain.
Bahkan pada tahun 1980-an pengamalan Tijaniyah oleh Kyai Abbas dan saudaranya mendapat kecaman dari seorang ulam Cirebon di luar NU. Di samping itu, kecaman lain datang dari kyai As’ad, tokoh ulama NU dari pondok pesantren Kramat, Pasuruan, Jawa Timur. Kecaman yang diberikan adalah pengedaran terjemahan kitab yang berisi koreksi terhadap doktrin Tijaniyyah. Oleh karenanya, pada Muktamar NU ke 27 di pondok pesantren Situbondo Jawa Timur kembali memperdebatkan keabsahan dan eksistensi tarekat ini. Akhirnya keputusan Muktamar NU tersebut tetap mengakui keabsahan dan eksistensi tarekat tersebut. Dengan kata lain, usulan kyai As’ad sama sekali tidak didukung oleh para ulama NU lainnya.
Secara teologis, kalangan Tijaniyyah sendiri tidak pernah bersikap eksklusif dari perdebatan itu. Pada tahun 1991 atas saran para tokoh dan ulama sesepuh pndok pesantren Buntet sendiri sebagai alahsatu basis kekuatan NU di Jawa Barat pada satu sisi dan sebagai basis perkembangan tarekat Tijaniyyah di sisi lain, untuk diselenggarakannya halaqah dalam meperdebatkan kasus Tijaniyyah. Dalam proses berlangsungnya halaqah ini ada hal yang menarik, yaitu, dinamika pemikiran ilmiah, terbuka dan kritis tampak di sini. Ketika ulama-ulama muda NU mempertanyakan keabsahan doktrin Tijaniyyah berdasarkan sumber-sumber yang dirujuk oleh penentangnya, kalangan ulama Tijaniyyahmeresponnya dengan argument dari perspektif ajaran doktrin Tijaniyyah sendiri. Dengan argument itu, kalangan tokoh dan ulama tarekat Syattariyah pondok pesantren Buntet mendukung dan menerima keabsahannya.
Dalam konteks ini, pondok pesantren Buntet diakui oleh banyak peneliti sebagai salah satu starting point proses perkembangan tarekat di Indonesia. Yang signifikan dari tarekat ini berdasarkan pengamatan yang mendalam, ternyata implikasi dari gerakan tarekat inimenjadikan posisi pondok pesantren Buntet sebagai salah satu kekuatan politis tradisional. Misalnya keterlibatan tokoh, ulama dan alumni ondok pesantren ini dalam berbagai gerakan politik nasional dan jabatan-jabatan politis di pemerintahan.
Adalah sebuah pengakuan histories bahwa pada masa kepemimpinan mbah ‘Abbas pondok pesantren berkembang pesat dalam bidang pendidikan umum dan keagamaan. Yang dikembangkannya adalah system dan metode pengajaran serta mata pelajarannya baik dalam khazanah tradisional maupun modern. Dengan demikian yang membedakan dengan para pendahulunya (muqaddam) adalah bahwa beliau mengembangkan dan mepraktekkan system pendidikan dengan metode halaqah (seminar) dan madrasi, di samping mempraktekkan metode klasik, sorogan, bandongan dan ngaji pasaran.
Sebagaimana tampak di sini, selain kitab-kitab klasik yang dajarkan oleh para pendahulunya namun kitab-kitab modern juga diajarkannya seperti ushul fiqih, tafsir-tafsir kontemporer seperti tafsir karya Thantawi al Jauhari –tafsir yang membahas berbagai ilmu pengetahuan, khususnya yang berkaitan dengan biologi, tafsir filsafat karya Fachrur Razi dan sebagainya. Dalam mengajarka ilmu fiqih, beliau memberi pandangan (worldview) yang begitu luas mengenai perbandingan madzhab-yang pada masa itu di pondok pesantrenlain masih dianggap tabu. Sedangkan kitab-kitab umum modern yang beliau diajarkan adalah Ilmu Hisab (Aritmatika), al-Jughrafiyyah (Geografi), al-Lughatul Wathoniyah (Bahasa Indonesia), Ilmu Thabi’iyyah (ilmu Alam) dan Tarikh al Wathaniyah (sejarah kebangsaan).
Kepiawaian mbah ‘Abbas sebagai ulama tidak hanya mengajarkan ilmunya kepada santri-santri di pondok pesantren Buntet, tapi juga di Mekkah al-Mukarromah pada waktu beliau belajar. Di kota suci itu, beliau mengajarkan ilmunya kepada para mukimin –orang-orang yang tinggal di Mekkah. Santrinya antara lain, KH. Cholil (Balerante, Palimanan, Cirebon), KH. Sulaiman (Babakan, Ciwaringin, Cirebon) dan lainnya.
Bagi Hadratussyekh Hasyim Asy’ari, mbah ‘Abbas adalah bukan sekedar santri biasa, namun santri yang memiliki banyak kelebihan, baik dalam bidang ilmu pengetahuan agama maupun ilmu bela diri (kedigjayaan).
Selain kiprahnya sebagai ulama yang selalu hidup disetiap huruf pada ilmu yang telah diajarkannya, mbah ‘Abbas juga mempunyai ilmu kedigjayaan yang luar biasa dan seorang pejuang. Pada tahun 1900-an beliau tiba-tia diundang oleh KH. Hasyim Asy’ari untuk segera datang ke pondok pesantren Tebuireng, Jombang. Pada waktu itu, di pondok pesantren Tebuireng sering muncul kekacauan dan keonaran sehingga terkadang mengganggu ketentraman dan kedamaian pondok pesantren. Di samping itu, di Tebuireng juga sedang dilanda wabah penyakit yang memprihatinkan.
Oleh karena itu, berangkatlah beliau beserta kakak kandungnya, KH. Soleh Zamzam (Bendakerep), KH. Abdullah (Panguragan) dan kyai Syamsuri, Wanantara. Alhasil dengan pertolongan Allah Swt. Pondok pesantren Tebuireng yang sedang mengalami kesulitan dan musibah dapat teratasi.
“ketika Bung Tomo datang berkonsultasi kepada Hadratussyekh Hasyim Asy’ari untuk meminta persetujuan dimulainya perlawanan rakyat terhadap imperialis Inggris, beliau menyarankan agar perlawanan rakyat itu jangan dimulai lebih dahulu sebelum mbah ‘Abbas datang ke Surabaya”. Sebagaimana dituturkan Prof. KH. Ibrahim Hosen, LML.
Sebagai pejuang bagi bangsa dan Negara Indonesia, mbah ‘Abbas telah memberikan kontribusi yang sangat besar dalam perempuran 10 Nopember 1945 di Surabaya. Beliau adalah pemimpin rombongan pejuang Cirebon yang berangkat dengan kereta api menuju Surabaya. Sebelumnya beliau diminta datang ke Surabaya sebelum dimulainya pertempuran tersebut oleh KH. Hasyim Asy’ari, pimpinan pondok pesantren Tebuireng dan Rois Syuriyah NU, ketika Bung Tomo minta restu kepadanya. Oleh sebab itu, beliau seringkali diminta bantuan khusus yang berhubungan dengan kepintarannya misalnya untuk menetapkan hari perlawanan terhadap imperilais Inggris yang sebelumnya diminta oleh Bung Tomo.
Tercatat dalam sejarah Indonesia dan sejarah pondok pesantren Buntet sendiri, bahwa pada pertempuran 10 Nopember 1945 di Surabaya, pera mbah ‘Abbas bersama KH. Anas dalam perjuangan melawan imperialis Inggris sangat menentukan nasib bangsa Indonesia. Atas restu KH. Hasyim Asy’ari, beliau terlibat langsung dan bahu membahu dengan para pejuang lainnya dalam pertempuran tersebut. Bahkan beliau juga mengirimkan para pemuda yang tergabung dalam tentara Hizbullah ke berbagai daerah pertahanan melawan imperialis yang hendak menduduki republic Indonesia, misalnya ke Jakarta, Bekasi, Cianjur dan sebagainya.
Sebuah kenyataan, bahwa pada masa imperialis baik imperialis Belanda, Jepang dan Inggris, pondok pesantren Buntet menjadi basis Hizbullah. Hizbullah adalah sebuah organisasi perjuangan umat Islam pada era revolusi untuk menampung dan menyalurkan aspirasi kekuatan generasi muda Islam yang bertujuan menghapuskan imperialisme di bumi Indonesia. Hizbullah juga merupakan kekuatan yang tangguh dan disegani musuh. Kekuatan itu didapatkan dengan latihan-latihan berat yang dididik oleh Pembela Tanah Air (PETA) di Cibarusa di masa imperialis Jepang.
Selain itu, pondok pesantren Buntet juga sebagai basis Sabilillah. Sabilillah adalah sebuah organisasi perjuangan umat Islam yang didirikan sebagai reaksi spontan melawan imperialis. Organisasi ini di pondok pesantren Buntet diketuai oleh mbah ‘Abbas dan KH. Anas dan dibantu oleh ulama lainnya semisal, KH. Murtadlo, KH. Sholeh dan KH. Mujahid. Anggotanya terdiri dari kaum tua militant. Pada era pergerakan nasional, tokoh Hizbullah yang berasal dari Cirebon adalah KH. Hasyim Anwar dan KH. Abdullah Abbas. Tentara Hizbullah memusatkan pertahanannya di wilayah Legok, kecamatan Cidahu kabupaten Kuningan ketika melakukan perang gerilya melawan imperialis Inggris.
Seanjutnya pada masa perang kemerdekaan di pondok psantren Buntet juga dikenal adanya Asybal. Asybal adalah sebuah organisasi anak-anak yang berusia di bawah 17 tahun. Atas prakarsa pemikiran para kyai sepuh Buntet, organisasi ini dibentuk sebagai pasukan pengintai untuk mengetahui gerakan musuh sekaligus sebagai penghubung dari wilayah pertahanan sampai ke wilayah front terdepan. Para pahlawan yang gugur dalam pertempuran pada era kemerdekaan antara lain, KH. Mujahid, KH. Akib Mawardi, Abdul Jalil, Nawawi dan lain-lainnya.
Pada hari Ahad 1 Rabi’ul Awwal 1365 H/1946 M, di usia 64 tahun, mbah ‘Abbas dipanggil ke haribaan sang Khaliq setelah menunaikan ibadah shalat Subuh dan dibumikan di pemakaman pesantren Buntet. Beliau sangat terejut dan kecewa dengan terjadinya penandatanganan dalam perjanjian Linggarjati tahun 1946. sebagai seorang pejuang yang langsung terjun di lapangan untuk bergabung dalam tentara Sabilillah, beliau sangat kecewa dengan hasil perundingan tersebut, sebab hasil perundingan antara pemerintahan Republik Indonesia dan imperialis Belanda banyak mengecewakan pihak tentara Republik Indonesia.

Budi daya talas yang menjanjikan

Indomedianewsc--Talas yang memiliki nama latin Colocasia esculenta L adalah  tanaman asli Indonesia. Talas banyak tubuh di Asia Tenggara dan Asia Tengah bagian selatan. 

 Di beberapa daerah di Indonesia, talas bahkan jadi makanan pokok. Talas bisa disebut sebagai tanaman yang mampu tumbuh di berbagai daerah dan bisa bertahan dalam berbagai kondisi alam.

Hasan adalah salah satu Pemuda dari Desa Waru Royom  kabupaten Cirebon Jawa Barat yang melirik membudidayakan Varietas Talas Pratama .Talas Pratama ini ditemukan dan dikembangkan oleh tiga ilmuwan talas IPB. Riset untuk menemukan varietas talas ini dilakukan oleh Made Sri Prana, Tatang Kuswara dan Maria Imelda. Tiga ilmuwan penemu varietas talas baru ini kemudian memberi nama Pratama untuk talas unggulan temuan mereka.

Pratama  adalah singkatan dari nama 3 ilmuwan ini. Varietas talas  ini sekarang jadi salah satu talas unggulan.

Talas Pratama  ini terbilang talas unggulan. Talas ini bisa tumbuh maksimal dan lebih tahan terhadap penyakit. Di usia 4-5 bulan talas Pratama bisa menghasilkan umbi mencapai bobot 4 kilogram.

Dan ada talas yang mencapai bobot 7,6 kilogram dalam umur 7 bulan. Sementara talas jenis lan di umur yang sama hanya mencapai bobot 3 kilogram. Karena bobotnya yang besar

Di Indonesia, talas banyak diolah jadi keripik, campuran kue bolu, atau hanya diolah dengan cara direbus. Selain enak dan murah, talas punya segudang nutrisi yang dikandung.

Dalam 150 gram talas matang mengandung 150-200 kalori, 5-7 gram serat, 4 gram protein dan nutrisi lain seperti kalsium, kalium, dan fosfor. Talas juga mengandung vitamin c, vitamin B dan antioksidan.

Talas memiliki segudang manfaat kesehatan seperti menjaga kadar gula darah, mencegah penyakit jantung, menjaga kekuatan tulang dan gigi dan membantu menjaga berat badan.

Hasan Mengatakan,"Talas Pratama tidak perlu perawatan yang spesial,karena hinga umur 4 bulan tidak ada hama yang menyerang.untuk penjualan pun sudah ada yang menampung Koperasi Talas Pratama,minimal yang diterima dengan bobot 2Kg ,perkilonya rp.10000.itulah yang menarik minat saya membudidayakannya,"Pungkanya(PG/1c)

20 Apr 2021

Mbah Muqoyim dan Pesantren Buntet

Indomedianewsc -Pesantren Buntet adalah pesantren tua yang sudah berusia ratusan tahun lebih yang hingga kini pesantren ini masih tetap berdiri kokoh. 

Di dalam komplek pesantren ini terdapat pemakaman keluarga besar pesantren yang lebih dikenal dengan sebutan Pemakaman Gajah Ngambung.
Di areal pemakaman ini terdapat makam-makam para ulama yang turut andil dalam mengembangkan Pesantren yang didirikan oleh Mbah Muqoyim ini.

Mbah Muqoyim sebagai pionir, dan Mbah Raden Mutaad sebagai cucu menantu yang berhasil memajukan pesantren yang berada di Desa Mertapada Kulon Kecamatan Astana Japura,Kabupaten Cirebon Propinsi Jawa Barat ini,justru dimakamkan di luar Pesantren Buntet,tepatnya di Desa Tuk Karangsuwung Kecamatan Lemahabang.Kabupaten Cirebon.

Di Pemakaman Gajah Ngambung Pesantren Buntet ini dimakamkan keturunan dari Mabh Muqoyim dan Mbah Raden Mutaad.Salah satu yang banyak dituju oleh para peziarah adalah Makam K.H. Abdul Jamil.Selain K.H.Abdul Jamil,banyak juga makam para Kiai atau ulama lainnya yang dimakamkan di pemakaman ini.

Makam utama di mana terdapat makam K.H. Abdul Jamil beserta beberapa Kiai lainnya berada di bawah naungan sebuah bangunan beratap genting dan pagar dari tembok,dan lantai dari keramik.Makam ini hampir setiap harinya selalu ramai dikunjungi oleh para peziarah,baik itu dari kalangan santri,alumni,keluarga pesantren,juga masyarakat umum.

Para santri maupun Masyarakat sekitar  dan Masyarakat luar Cirebon,  hingga saat ini masih banyak yang mengunjungi dan berziaroh dimakam mbah muqoyim,  yang jaraknya tidak jauh dari pusat kota kecamatan Lemahabang,  Kabupaten Cirebon. 
Dengan suasana alam yang sejuk dan rindang dengan pepohonan tinggi menjulang,  menambah asri dan nyaman untuk berziaroh dengan berkirim do'a maupun melantunkan Ayat ayat Al-qur'an. (1c) 



Banjir Telah Surut Satgas Pamtas RI-RDTL Sektor Barat Terjunkan Personelnya Untuk Perbaiki Irigasi

Indomedianewsc- Banjir bandang yang melanda Desa Netemnanu beberapa waktu yang lalu mengakibatkan rusaknya irigasi air yang menjadi irigasi utama warga sekitar, menindak lanjuti hal tersebut Dankipur II Lettu Arm Kurnia Ostra D, S.T.Han menurunkan anggotanya yang berada di pos Oepoli Sungai dibawah pimpinan Serka Nugrah dan Pos Oepoli Pantai Di bawah pimpinan Letda Arm Asdar untuk bekerja sama dengan pemerintah kecamatan Amfoang Timur dan Kepolisian Polsek Amfoang Timur untuk memperbaiki saluran irigasi di Desa Netemnamu, Kecamatan Amfoang Timur, Kabupaten Kupang, Senin(19/04/2021).

"Sebagaimana kita ketahui bersama bahwa beberapa waktu lalu sungai Desa Netemnanu meluap dikarenakan banjir bandang yang mengakibatkan kerusakan pada saluran irigasi untuk mengembalikan fungsi dari saluran irigasi tersebut, diharapkan irigasi tersebut dapat cepat kembali normal sehingga hasil dari kegiatan dapat dirasakan langsung oleh masyarakat" ungkap Dankipur II Lettu Arm Kurnia Ostra D, S.T.Han.

Personel satgas Yonarmed 6/3 Kostrad bersama-sama warga masyarakat secara bahu membahu memperbaiki sarana saluran air irigasi menjadi bukti ketulusan yang dilakukan Pos Oepoli Sungai dan Pos Oepoli Pantai dalam rangka memperbaiki kesulitan masyarakat yang tertimpa benca banjir bandang.

Bapak Benyamin Nobel selaku Kadus setempat mengucapkan "Terimakasih atas peran TNI dalam membantu memperbaiki saluran irigasi yang sangat berguna bagi kami khususnya masyarakat Netemnanu", ucapnya.

Turut hadir dalam kegiatan tersebut Camat Amfoang Timur Bapak Alpred Tamese, S.H. Danramil Ampoang diwakili Kopka Andi Kaunang, Tokoh Agama dan Tokoh Masyarakat setempat.

PensatgasArm6 (1b) 

19 Apr 2021

Satgas TNI Yonif 756/WMS, Bersinergi dengan Nakes Puskesmas Agimuga Berikan Pelayanan Kesehatan pada Masyarakat

Indomedianewsc - Guna memastikan dan menjamin kualitas kesehatan masyarakat, Satgas Pamrahwan Yonif 756/WMS Pos Kiliarma yang berada di bawah Kolakops Korem 174/ATW bersinergi dengan Nakes Puskesmas Agimuga, memberikan pelayanan kesehatan pada siswa-siswi SD YPPK Tilemans Belakmakama dan membagikan kelambu pada masyarakat Kampung Kiliarna Distrik Agimuga Kabupaten Mimika.

Pelayanan kesehatan pada anak SD YPPK Tilemans Belakmakama difokuskan pada pemberian Imunisasi tambahan. Sementara  pembagian kelambu yang memiliki kandungan Insektisida pada masyarakat, bertujuan agar kelambu tersebut, dapat digunakan untuk mencegah gigitan nyamuk yang akan berdampak pada penularan penyakit malaria.

Hal tersebut seperti disampaikan Dansatgas Pamrahwan Yonif 756/WMS Letkol Inf Marolop Edison Bala Hutapea, M.Han melalui rilis tertulisnya di Timika Papua, Senin (19/04/2021).

"Kabupaten Mimika merupakan salah satu Kabupaten di Propinsi Papua yang tergolong tinggi Endemik malarianya. Salah satu hal yang menyebabkan daerah-daerah di Papua masih rawan malaria adalah faktor Geografis dan Budaya di Wilayah tersebut. Masih banyak masyarakat yang tinggal berdekatan dengan kebun, rawa dan pepohonan yang menjadi sarang nyamuk. Hal tersebut dapat meningkatkan resiko dari malaria melalui gigitan nyamuk," kata Dansatgas.

Lebih lanjut Dansatgas menuturkan, "Di Kiliarma, penyakit malaria masih menjadi suatu persoalan yang perlu ditangani secara bersama. Karena kurangnya pengetahuan dan Edukasi pada masyarakat,  mengakibatkan mereka tidak begitu paham akan bahaya dari penyakit tersebut. Untuk mengatasi masalah itu, pos kami di Kiliarma Dpp Takes Praka Usman,  bersama Pegawai Puskesmas Agimuga turun langsung ke lapangan memberikan pelayanan kesehatan berupa Imunisasi tambahan di SD YPPK Tilemans Belakmakama. Tujuan pemberian Imunisasi tambahan, agar para murid memiliki perlindungan penuh dan tidak mudah terserang penyakit. Sementara pembagian kelambu bertujuan untuk digunakan masyarakat mencegah gigitan nyamuk malaria," tuturnya.

"Kami berharap semoga dengan sinergitas yang baik dalam pelayanan kesehatan ini, akan berdampak Positif pada perbaikan kualitas dan tingkat kesehatan masyarakat, khususnya di Kampung Kiliarma. Dan penularan penyakit malaria dapat di tekan penyebarannya, sehingga kedepannya Endemik malaria di Kabupaten Mimika dapat berkurang, "harap Letkol Hutapea

Sementara itu Kepala Puskesmas Agimuga Bapak Solihin, Amk mengucapkan Terima kasih atas kerjasama dan Partisipasi Pos Kiliarma Satgas Yonif 756/WMS dalam membantu Nakes Puskesmas Kiliarma memberikan pelayanan kesehatan pada masyarakat.

"Kami mewakili seluruh Nakes Puskesmas Agimuga mengucapkan Terima kasih dan Mengapresiasi Ketulusan Bapak-bapak TNI Yonif 756/WMS dalam Kepeduliannya pada kesehatan masyarakat Kiliarma. Semoga hal Positif seperti ini terus dilakukan Bapak-bapak sekalian dimanapun bertugas," harap Bapak Solihin.

Pensatgas756 (1b) 

Ratusan Warga Beringin rela antri " Demi mencairkan BST"

Indomedianewsc-Dibawah terik matahari, tidak menyurutkan warga Masyarakat untuk mendatangi tempat yang sudah ditentukan dalam memperoleh Bantuan Sosial Tunai (BST-red)  per KPM menerina Dana sebesar Rp. 300.000.

Salah satunya seperti yang terlihat di halaman Kantor Desa Beringin,  Kecamatan Pangenan,  Kabupaten Cirebon,  Senin, 19/04/2021.

Ratusan Warga Masyarakat Beringin,  rela antri untuk memperoleh BST yang dilaksanakan tahap 3 dan 4 sebesar  Rp. 600.000, hal tersebut seperti yang disampaikan salah seorang Perangkat Desa Beringin,  Supriyadi, 

" Warga kami yang mendapatkan program BST sebanyak 373 KPM,  dimana setiap penerima akan mendapatkan Dana sebesar Rp. 600.000  karena setiap tahapnya akan dicairkan sebesar Rp. 300.000 dan kami melaksanakan dua tahap,  yaitu tahap 3 dan tahap 4, oleh karenanya mereka mendapatkan BST sebesar Rp. 600.000, dan Alkhamdulillah dalam pelaksanannya berjalan lancar dan tetap menerapkan protikol kesehatan " ujarnya. 

Sementara itu,  Kuwu Desa Beringin,  Agung Gunawan,  menuturkan

" Kami sangat bersyukur pencairan BST tahap 3 dan 4 dapat terealisasi,  karena hal ini tentunya sangat bermanfaat bagi warga Masyarakat,  terlebih saat ini sudah memasuki hari  ke 7 Bulan Ramadhan, tentunya uang diterima sangatlah bermanfaat,  dan kami dari pihak Pemdes berharap uang yang telah diterima dapat dimanfaatkan dan dipergunakan sebaik baiknya " tuturnya. 

Lebih lanjut Agung,  menjelaskan,  bahwa Bulan Ramadhan ini jangan sampai dijadikan alasan untuk bermalas malasan

" Ramadhan merupakan Bulan dimana kita dituntut untuk bersabar dan menahan diri,  dan bukan berarti kita harus bermalasan,  justru di Bulan inilah kita seharusnya lebih giat lagi dalam melaksanakan hal hal yang positif,  termasuk salah satunya adalah tugas kami sebagai Pelayan Masyarakat,  semoga dengan niat yang baik dan tulus akan memberian kita sebuah lumbung amal yang InsyaAllah akan ada hikmah terbaik dari semuanya " pungkas Agung. (1c)