30 Sep 2020
Belum berakhirnya Corona Jadi momentum Intropeksi diri
R. Agus Syaefuddin ( Indomedianewsc )
Saat ini Mahluk Tuhan yang bernama Manusia sedang diuji dengan berbagai Ujian yang entah apa jawabannya dan entah sampai kapan ditemukan sebuah jawaban yang pasti,,,Ujian atau apapun itu namanya, saat ini kita mengenalnya dengan sebutan Corona atau Covid-19.
Wabah Corona Covid- 19 yang muncul saat ini telah melahirkan krisis multidimensi. Tidak hanya krisis kesehatan, krisis ekonomi namun juga krisis sosial. Bahkan terkesan memutus tali silaturohmi antar ummat.
Terpaparnya jemaat beberapa gereja, jama’ah tabligh, serta terpaparnya santri pesantren, dan ditutupnya pelaksanaan jamaah haji di Baitullah seakan menjadi penegasan tesis beberapa Orang atau kelompok, jika kegiatan dan ritualisme agama sebagai bentuk permohonan langsung pada sang Khalik itu tetap tidak mampu menyelamatkan jiwa mereka dari serangan Covid 19. Terbukti hingga saat ini penyebaran virus itu belum ada tanda-tanda akan berhenti. Bahkan jumlah korban terus meningkat pesat.
Maka momentum wabah Corona bisa dijadikan sarana i’tibar (pembelajaran) serta instropeksi untuk merumuskan ulang tentang cara kita memahami serta mengamalkan agama yang baik dan benar. Agama bukan semata-mata sebagai metodologi kita untuk berkomunikasi dengan sang pencipta, habblumminallah melalui ibadah khusus (mahdhah), seperti sholat, zakat dan puasa tetapi juga sarana kita untuk melakukan ibadah sosial, habbluminannas melalui ibadah umum (ghairu mahdah) yang diatur berdasarkan ketentuan yang berlaku (muammallah).
Yang tak kalah penting juga, wabah ini telah membuka mata kita bahwa harus ada keseimbangan antara pemahaman dalam kacamata filsafat jabariyah dan qodariyah. Pemahaman jabariyah adalah pemahaman meyakini semua yang terjadi ini adalah ketentuan illahi yang harus dijalani, sehingga kita cukup berdoa dan berserah diri terhadap semua ketentuan Illahi. Sebaliknya qodariyah adalah pemahaman yang menyatakan jika semua ketentuan itu masih bisa dirubah dengan berbagai upaya yang dilakukan oleh pribadi itu sendiri.
Dalam persepektif historis, kitab suci Al Qur’an yang turun sekitar 14 abad lalu itu juga telah mengingatkan tentang bahaya virus Corona (thaun) sekaligus kewajiban umat untuk mengikuti social distancing seperti yang termakthub dalam QS Al Azhab 33 yang menyatakan, “Dan hendaklah kamu tetap di rumahmu dan janganlah kamu berhias dan bertingkah laku seperti orang-orang Jahiliyah yang dahulu dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan taatilah Allah dan Rasul-Nya. Sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa dari kamu, hai ahlul bait dan membersihkan kamu sebersih-bersihnya,”.
Frase dalam ayat tersebut bisa menjawab doa persaoalan sekaligus, bahwa agama telah memberikan jawaban terhadap persoalan wabah yang saat ini terjadi, sekaligus menjelaskan bahwa pendekatan qodariyah (melalui proses ihktiar) itu harus dilakukan sebelum melakukan pendekatan jabariyah (berpasrah diri terhadap takdir illahi).
Negara ini didirikan berdasarkan konsesnsus bersama antara umat beragama baik agama Samawi maupun agama Ardhi yang ‘diimpor’ dari berbagai tempat seperti Timur Tengah untuk agama Samawi maupun India untuk agama Ardhi. Konsesnsus itu diwakilkan kepada sosok para founding fathers kita.
Intinya, Jadikan Agama sebagai pegangan keimanan yang harus dipertahankan dengan penuh keikhlasan, namun bukan berarti kita melupakan sesuatu yang sifatnya keduniaan, karena kita hidup di dalam Dunia yang memiliki aturan dan saling diperlukan adanya kepedulian antar sesama.
Kita sebagai Manusia diwajibkan untuk tetap berusaha dan berikhtiar tanpa melupkan doa dan permohonan kepada sang pencipta, namun selebihnya kita serahkan kepada Shang Pemilik dari dari Rajanya Raja, dari Pemimpinnya Pemimpin, dari Kekuatan yang memiliki kekuatan, yaitu Allah SWT. Tuhan Penguasa Alam Semesta. ( dilansir dari berbagai sumber )
0 $type={blogger}:
Posting Komentar