19 Jul 2020

Corona dan kearifan local “Wabah atau panginget diri”

R. Agus Syaefuddin  ( Wartawan Suara Cirebon )
Kapankah penyebaran virus corona akan berakhir dari Republik ini, mungkin ini sebuah pertanyaan atau kegelisahan dari seluruh Anak Negeri.
Menyikapi  peristiwa meluasnya penyebaran virus corona di tanah air, para  pemangku kebijakan di semua level tengah berusaha keras melakukan berbagai upaya pencegahan.

Mulai dari menutup tempat rekreasi, menghentikan sementara berbagai kegiatan yang melibatkan orang banyak, sampai dengan meliburkan kegiatan belajar mengajar di setiap sekolah selama beberapa pekan.


Ikhtiar yang dilakukan oleh pemerintah pusat dan daerah dalam mencegah penyebaran wabah penyakit di tengah masyarakat sudah selayaknya kita apresiasi. Hal tersebut sejalan dengan firman Allah SWT yang berbunyi:  “Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum, sebelum kaum itu sendiri mengubah apa yang ada pada diri mereka” (TQS. Ar-Ra’d [13]: 11).

Artinya, ikhtiar secara lahiriah untuk melindungi diri dari berbagai ancaman maupun mengubah keadaan menjadi lebih baik perlu dilakukan oleh kaum muslimin. Mengajak masyarakat untuk menjaga jarak serta meningkatkan daya tahan tubuhnya merupakan bentuk ikhtiar yang perlu dilakukan untuk menyelamatkan jutaan nyawa.

Adapun menjalankan pola hidup sehat dengan memperhatikan asupan makanan yang bergizi merupakan bagian penting dari upaya meningkatkan imunitas. Selain itu berolahraga secara teratur juga sangat dianjurkan untuk menjaga kondisi tubuh agar tetap prima. Tak hanya itu, berjemur di bawah sinar matahari pada waktu – waktu yang dianjurkan terbukti mampu meningkatkan sistem kekebalan tubuh kita.
Dalam hal menjaga daya tahan tubuh, kearifan lokal yang dipegang teguh oleh generasi terdahulu nampaknya perlu kita jadikan pelajaran. Berbekal bumbu dapur serta rempah – rempah yang di tanam di sekitar pekarangan rumah, orang tua zaman dulu nyatanya mampu bertahan di tengah berbagai kondisi yang tidak menguntungkan.

Tanpa bantuan obat – obatan maupun multivitamin buatan pabrik, rata – rata usia  mereka jauh lebih panjang dibandingkan dengan generasi saat ini. Padahal, aktivitas yang mereka lakukan jauh lebih berat daripada pekerjaan yang dilakukan sebagian besar masyarakat di zaman modern sepert saat ini.


Namun demikian, keyakinan bahwa setiap peristiwa yang terjadi di alam dunia ini merupakan kehendak Allah SWT juga selayaknya dipegang teguh oleh setiap mukmin
Demikian halnya dengan wabah penyakit yang tengah melanda negeri ini. Virus mematikan yang telah merenggut ribuan nyawa manusia di seluruh dunia tersebut juga telah tertulis dalam Kitab (Lauh Mahfuz). Adapun maksud dari didatangkannya musibah tersebut tak lain agar kita senantiasa bersabar saat kehilangan sesuatu dan tidak pula terlena dengan apa yang kita miliki (QS. Al - Hadid [57] : 22 - 23).   Dilansir dari berbagai sumber.

Berdasarkan penjelasan di atas, ada dua hal yang perlu dilakukan oleh kaum muslimin dalam menghadapi wabah penyakit sebagaimana kita hadapi hari ini. Pertama, meningkatkan keimanan dengan cara memperbaiki kualitas ibadah kepada Allah SWT serta muamalah kita dengan sesama.

Diakui atau tidak, banyaknya aktvitas yang kita lakukan setiap harinya tak jarang pada akhirnya melalaikan kewajiban kita sebagai seorang muslim. Menunda waktu shalat, melewatkan tilawah Al-Qur’an, serta mengabaikan saudara atau tetangga yang sedang membutuhkan pertolongan merupakan kebiasaan kurang baik yang masih dilakukan oleh sebagian orang.

Selain itu berbuat curang atau tidak jujur pun masih sering kita lakukan demi mendapatkan keuntungan pribadi. Jadikan  Keadaan kali ini sebagai momentum untuk lebih mendekatkan diri kepada Allah SWT.

Melaksanakan shalat wajib secara tepat waktu, membiasakan diri untuk melaksanakan tilawah Al-Qur’an dan shalat dhuha serta shalat tahajjud, sampai dengan menjalin (kembali) silaturrahmi dengan sanak keluarga sekalipun dengan menggunakan gadget merupakan sebagian aktivitas yang dapat kita lakukan hingga keadaan kembali normal.

 meningkatkan daya tahan tubuh (imunitas) tubuh dengan cara memperhatikan pola makan serta olahraga secara teratur.  Selain itu membatasi interaksi secara langsung juga perlu dilakukan guna meminimalisir resiko penularan.


Tak berjabat tangan bukan berarti memutus tali silaturahmi, menjaga jarak dengan sesama bukan berarti adanya trah menak atau jelata…namun semuanya perlu dijadikan sebagai sebuah ikhtiar yang tetap menggantungkan akhir dari segalanya kepada Allah Swt.

0 $type={blogger}: