R. Agus Syaefuddin ( Wartawan Suara Cirebon )
"Di tengah tuntutan yang besar terhadap kinerja guru
namun tidak di barengi dengan upaya meningkatkan kesejahteraan guru merupakan
hal yang mustahil dilakukan. Ini sangat sadis dan cendrung mengorbankan guru
honorer, sementara adanya kesenjangan penghasilan guru PNS dan guru Non PNS
menyebabkan timbulnya rasa ketidakadilan pemerintah terhadap nasib guru
honorer, mengingat tugas mereka sama yakni sama-sama mencerdaskan kehidupan
bangsa itulah realitas dunia pendidikan kita entah sampai kapan? Tentu hanya pemangku
kepentingan dan Tuhan yang tahu."
Ketika
menyebut kata Guru maka dalam benak kita langsung terlintas sosok yang baik,
menjadi panutan dan beribawa. Mungkin itulah sebabnya mengapa banyak diantara
Anak Bangsa memilih melanjutkan studi di bidang ilmu pendidikan. Guru merupakan
kunci utama mutu pendidikan. Pendidikan yang bermutu merupakan kunci kemajuan
suatu bangsa. Bangsa yang mengabaikan guru akan selamanya menjadi negara yang
terbelakang. Bangsa yang maju memiliki guru yang profesional dan sejahtera, itu
semua merupakan deretan pernyataan yang tak terbantahkan.
Namun
melihat kondisi dan realita yang di alami oleh Guru saat ini sangat
kontradiktif dengan deretan pernyataan di atas, fakta yang di temukan terutama
pada Guru honorer seolah menggugurkan semua premis tersebut.
Dalam beberapa kesempatan, di depan
ribuan guru, Pemerintah kerap berjanji akan memperbaiki kualitas guru.
Perbaikan kualitas guru bisa melalui pelatihan, beasiswa studi, atau pemberian
gaji yang layak. Penantian panjangnya tak kunjung berakhir, dari pengangkatan
sebagai guru PNS hingga pemberian gaji sesuai upah minimum kabupaten, kota,
provinsi, atau regional. Namun, janji tinggallah janji, bahkan sampai di hari
ini, janji tersebut tidak terprnuhi.
Satu
pertanyaanyang kerap terlintas dalam benak kita adalah, mengapa Guru Honorer
tetap bertahan pada profesinya meskipun gajih dan penghasilannya tidak
mencukupi ? mungkin mereka berharap dan
memiliki sebuah keyakinan, bahwa suatu hari nanti mereka akan diangkat menjadi
seorang Guru yang berpredikat ASN/PNS.
Menjadi
PNS merupakan dambaan Masyarakat mayoritas, karena dianggap mampu
mensejahterakan dan menjadi jaminan hari tua, karena itu, apapun akan dilakukan
untuk bisa menjadi seorang ASN/PNS, bahkan ketika mereka harus bertahan dengan
gajih kecil sekalipun. Itulah harapan seorang Honorer.
Sayangnya, kerap kali kita melihat
realita yang ada, bahwa mereka yang telah mengabdi hingga puluhan Tahun, belum
bisa menjadi jaminan bahwa mereka akan diangkat menjadi seorang PNS, namun
sebaliknya tidak sedikit Guru yang baru mengabdi seumur jagung, mereka langsung
diangkat menjadi PNS, ini pula yang patut dipertanyakan.
Hal ini pula yang menimbulkan pola
dulu ternyata masih ada, yaitu Kolusi dan nepotisme.
Meski banyak diantara mereka yang
merasa kecewa, namun tidak serta merta mereka beralih profesi lain, hal ini
mungkin juga memiliki alasan, mereka masih berharap suatu saat dirinya akan
lolos menjadi seorang PNS , karena mereka tidak memiliki keterampilan lain
selain mengajar, dan yang paling memungkinkan lagi adalah, karena alasan
sulitnya mencari lahan pekerjaan, hingga harapan itu tetap menjadi sebuah
harapan walaupun tanpa kepastian.
Menghadapi
persoalan diatas, Peran Pemerintah sangatlah fital, terutama dalam melakukan system
perekrutan Guru Honorer menjadi Guru PNS, jika ada kemauan dari Pemerintah,
sebenarnya tidaklah sulit untuk menepis adanya anggapan, bahwa telah terjadi
mafia dalam perekrutan PNS ( Jika ada Oknum yang bermain ) ini
semua bisa menjadi mudah jika kita semua berkeinginan untuk berlaku baik dan
jujur dan mengamalkan Pancasila dan UUD 45.
Tetapi yang lebih terpenting lagi
adalah, Hidup adalah sebuah kepastian, dan jangan ketergantungan dengan sebuah
jabatan yang hanya bersifat sementara.
PNS adalah pilihan dan harapan,
namun tidak menjadi seorang PNS pun bukan merupakan sebuah bencana atau
kenistaan.
Mengabdi demi anak Negeri tidak
melulu hanya menjadi seorang Guru, karena Negeri ini memerlukan segalanya, dan
bukan hanya pada sosok seorang pendidik, jadi bijaklah dalam mengarungi Dunia
kehidupan. dilansir dari berbagai sumber