20 Feb 2018

Tarif Parkir RSU UMC Lebih Mahal dari Parkir di Swalayan

R.Agus. S  ( Wartawan Suara Cirebon )

Tujuan didirikannya Rumah Sakit Baik Negeri maupun Swasta di Suatu Daerah, tentunya bertujuan untuk memberikan pertolongan dalam segi medis maupun pengobatan lainnya, hal ini  berlaku bagi seluruh Rakyat Indonesia tanpa terkecuali. Tidak memandang Kaya maupun miskin, Tua ataupun Muda, baik pemilik BPJS  maupun tidak.  Tetapi pada kenyataannya, tidak sedikit Pemilik ataupun pengelola Rumah Sakit yang masih menerapkan Sistem Bisnis Ekonomi. Hal ini terbukti dari banyaknya Kasus yang terjadi kepada Pasien pengguna BPJS, yang bukan saja pelayanannya kerap terabaikan, bahkan tidak sedikit pengelola Rumah Sakit yang berlaku tidak adil terhadap Pengguna BPJS dan Pasien Umum. Yang lebih miris lagi, Bisnis Ekonomi Rumah Sakit ini dikemas dalam sebuah aturan yang terapkan bagi Pemilik Kendaraan Roda dua ataupun lebih. Salah satu yang kerap luput dari perhatian adalah, penerapan Sistem Parkir yang menggunakan  tarif bagi pemilik kendaraan terasa memberatkan.  Salah satu Contoh yang terjadi di Rumah Sakit Umum Universitas Muhammadiyyah Cirebon. Rumah sakit Swasta ini berdiri di Wilayah Hukum Kecamatan Astanajapura kabupaten Cirebon, pada beberapa Waktu yang lalu, Rumah Sakit ini bernama Tiar Family, namun karena sesuatu hal, maka terjadilah jual beli, dan berubahlah segalanya, dan kini menjadi Rumah sakit Umum UMC. Permasalahan yang mungkin tidak dianggap suatu Masalah bagi Pihak RSU UMC adalah tariff parker yang dibebankan kepada Pemilik Kendaraan Roda dua Khusunya, yaitu sebesar Rp.3000 dalam sekali Parkir. Jika saja Rumah Sakit ini dibangun dan didirikan disebuah Kota besar, mungkin nilai tersebut dianggap wajar. Namun karena Rumah Sakit ini berdiri di sebuah Wilayah Pedesaan, yang hampir pasiennya adalah dari golongan menengah kebawah  dan kebanyakan mereka pengguna BPJS, maka Nilai 3000 itu sangat tidak manusiawai, terlebih lagi jika ada sanak saudara yang membesuk lebih dari satu kali dalam sehari, maka sudah dipastikan, Biaya Parkir yang diterapkan pihak Rumah sakit sangat tidak masuk nalar. Tidak sedikit Warga yang merasakan keberatan dengan pola parker yang diterapkan Managemen RSU UMC, namun mereka tidak mengerti kepada harus mengadukan permasalahannya, sementara mereka sendiri sedang sibuk untuk memikirkan Biaya Perawatan, walaupun menggunakan Kartu BPJS, toh Masalah makan dan minum ataupun hal lainnya tidak ditanggung oleh BPJS. Kocaknya lagi, Pihak Rumah  Sakit yang bersangkutan saat ditanyakan dan disampaikan terkait keluhan Warga yang merasa keberatan dengan mahalnya Biaya Parkir, mereka menjawab bagaikan sebuah dagelan dan riset maupun uji coba yang dilakukan di sebuah Laboratorium.  “ Kami sedang mengkajinya “ ini sebuah jawaban yang tidak seharusnya dilakukan oleh pihak Rumah Sakit, pada umumnya, pengkajian itu dilakukan sebelum menerapkan Sistem. Tetapi yang terjadi di RSU UMC ini sebuah banyolan dan teka teki silang, Sistem telah diberlakukan, dan ada keluhan Masyarakat mereka bilang sedang dalam pengkajian. Logikanya, jika tidak ada Masyarakat yang berani melapor atau mengeluh, maka Biaya tersebut dianggap Lumrah dan lolos experiment pengkajian. Lantas dimana nalar dan Norma Rumah Sakit yang seharusnya meringankan beban, bukan malah menambah Beban.

4 Feb 2018

Syahwat Politik Senantiasa membawa nama TUHAN..


R.Agus . S  ( Ketua DPP LSM BIN )


Dalam beberapa hari ini,  kita dihadapkan dengan berbagai rintangan dan problematika  sebagai sebuah bangsa. Di mana, berbagai gejolak timbul tenggelam yang terkadang disusupi isu agama.
Televisi kita juga banyak mempertontonkan kebodohan orang-orang pintar. Mereka bodoh, karena terlalu mengikuti hasrat mereka untuk memainkan bola liar yang membuat suasana semakin kacau balau.bahkan terkesan dijadikan ajang tinju bebas tanpa pengadil.
Lidah-Lidah mereka pedas, bahkan cenderung menghasut. Dalam beberapa tayangan, mereka tampil manis dengan membawa-bawa nama Tuhan dalam ucapannya. Malah, ia menuhankan dirinya dalam balutan kepentingan politik yang justru mencampakkan kondisi bangsa. Seharusnya, tak usah membawa nama-nama Tuhan, kalau hanya untuk sekadar memuaskan syahwat politik semata. Dan Membenarkan sesuatu yang belum tentu kebenarannya.

Ada sebuah Dialog yang diciptakan dalam sebuah perpolitikan Negeri  “Pak, kenapa selalu  ada nama Tuhan disebut-sebut dalam kampanye? Apakah, Tuhan ikut dalam mendukung pasangan calon?” Sang bapak menatap tajam sembari berkata, "Pertanyaanmu adalah pertanyaanku juga. Gelisahmu adalah gelisahku juga. Kecemasamu adalah kecemasanku juga, wahai muridku."
Lalu, kini kita harus bertanya pada siapa? Pilkada  sudah memakan waktu yang lama. Celakanya, tak ada pendidikan politik satu pun yang kita temukan dalam durasi lama itu. Malah yang kita temui hanyalah dikotomi berdasarkan nama Tuhan.
Apakah Tuhan juga akan dibawa dalam 2019 nanti? Entahlah. Hanya mereka yang bersyahwat yang tahu apa yang bakal mereka lakukan untuk berkuasa. 

Harapan Anak Buyut..semoga hal terendah tersebut tidak tertular di Tanah Kelahiran Kanjeng Sinuhun. Para Pemain Opera Perpolitikan dan sang Dalang yang Duduk di Kursi Singgasana, diharapkan membuang ambisi kekeuasaannya jika hanya untuk menciptakan Generasi Muda yang mengagungkan Nama Tuhan demi kepentingan Pribadi dan golongan. Jangan sampai kemarahan dan kekecewaan Rakyat tersalurkan lewat Istighosah yang meminta kepada Tuhan sejatinya Tuhan..agar para dagelan Politikus atau apapun namanya, dibinasakan dari muka bumi, Tanah Kelahiran sang Pembawa Kebenaran.

Kuwu Desa Sarajaya Bantah Selewengkan Dana Desa



Indomedia News – Pencairan Dana Desa terhambat, akibat adanya dugaan telah terjadi penyelewengan Anggaran yang dilakukan oleh Kuwu Desa Sarajaya, Kecamatan Lemahabang, Kabupaten Cirebon. Informasi telah terjadinya penyelewengan Anggaran tersebut disampaikan Oleh salah seorang Perangkat Desa setempat, yang tidak bersedia Namanya di Publikasikan. Menurut keterangan yang disampaikan kepada Indo, bahwa dampak dari adanya dugaan tersebut, pembangunan di Desa Sarajaya terhambat  “ Kami sangat merasakan dampaknya Kang, Sepengetahuan kami, memang ada Anggaran yang belum digulirkan, seperti DD Tahap I Tahun 2017 sebesar  Rp. 113.000.000,- Bantuan Gubernur Tahun 2017 sebesar Rp. 150.000.000  PAD Tahun 2017 Rp.100.000.000  dan ADD Tahap II Tahun 2017 sebesar Rp. 30.000.000.  dan kemana Dana tersebut, yang tahu hanya Pak Kuwu, tetapi imbasnya adalah terhentinya pembangunan di Desa kami “ ungkapnya.  Bahkan  beberapa kali Camat Lemahabang, Edi Prayitno, memberikan teguran terhadap Kuwu Desa Sarajaya  “ Kami dari Pihak Kecamatan telah tiga kali melayangkan Surat Teguran terhadap Kuwu Sarajaya. Tugas kami adalah pembinaan dan Pengawasan, tetapi jika terdapat persoalan yang tersangkut dengan penyalahgunaan Anggaran, itu menjadi kewenangan Ispektorat. Hal tersebut juga telah saya sampaikan kepada Ispektorat “ Tegasnya.  Ketua BPD setempat, Najib, saat dihubungi lewat telfon seluler miliknya,Rabu, 24-01-2018,  terkait persoalan tersebut mengungkapkan  “ kami akan melakukan tugas dan tanggung jawab sebagaimana mestinya, terkait persoalan adanya dugaan tersebut, tentunya kami harus berhati-hati dalam bertindak, dan saat ini kami sedang turus mengumpulkan berbagai data yang diperlukan “ ungkapnya. Sementara itu, saat Indo melakukan Konfirmasi Kepada Kuwu Desa Sarajaya. A. Latif. Dirinya membantah dengan tegas berita miring tersebut “ itu tidak benar Kang, Ispektorat saja sudah datang ke Desa kami, dan semuanya tidak ada masalah, terkait keterlambatan pengunaan Anggaran memang benar, tetapi adanya dugaan bahwa saya melakukan penyelewengan Dana itu salah, karena paling lambat tanggal 10 Februari 2018, semuanya Anggaran atau Proyek yang tertunda segera akan dilaksanakan “ tegas Latif ( Team )

Tiga Bulan Menanti Janji DINSOS Sahroni..Warga Desa Sidamulya Nambang Dawa

Indomedia News- Tiga Bulan yang lalu, tepatnya Tanggal 20-11-2017 Beberapa Warga Masyarakat yang ada di Wilayah Kecamatan Astanajapura terkena musibah Puting beliung yang mengakibatkan kerusakan di beberapa Rumah, salah satunya adalah kediaman Bapak Sahroni,81 Tahun, Warga Desa Sidamulya,Blok-Maja 2.  Kecamatan Astanajapura, Kabupaten Cirebon.  Beberapa saat setelah  terjadinya Puting Beliung tersebut, Petinggi Cirebon Dan Dinas terkait dalam Hal Ini Istri Bupati dan Dinas Sosial Kabupaten Cirebon sigap melakukan kunjungan dan memberikan bantuan sembako kepada para Korban Bencana tersebut. Ditengah Kesedihan yang Sahroni rasakan, sedikit terobati dengan adanya Bantuan yang diterima melalui Istri Bupati Cirebon, Wahyu Tjiptaningsih. Bahkan dalam Kunjungan tersebut, Rombongan Istri Nomor satu Di Kabupaten Cirebon berjanji akan memberikan bantuan Dana untuk memperbaiki Rumahnya yang Rusak akibat terjangan angin puting beliung. Namun sayangnya, janji tersebut, hingga berita ini diturunkan, 2-02-2018 belum juga datang. Hal ini dikeluhkan Sahroni, saat Indo melakukan wawancara dikediamannya yang masih dalam kondisi rusak  “ Saya menanti Bantuan yang pernah dijanjikan kang, tetapi sampai saat ini bantuan tersebut tidak kunjung kami terima, kalau dalam istilah Jawa, saya ini Nambang Dawa, mau diperbaiki sendiri tidak punya Dana, dijanjikan akan dapat bantuan juga ternya tidak kunjung diterima. Sebenarnya bantuan itu ada tidak ? “ ungkap Sahroni. Bahkan salah seorang tetangga dekatnya yang tidak bersedia dicantumkan namanya menuturkan  “ Kami sebagai Tetangga sangat kasihan melihat kondisi Rumahnya, Jika Hujan Turun air masuk semua kedalam Rumah dan jika terik matahari dirumahnya sangat panas, karena atap rumahnya yang rusak diterjang angin putting beliung beberapa Bulan yang lalu. Jika memang Dinas Sosial tidak akan memberikan Banruan, y jangan menjanjikan. Jangan sampai kami berharap tanpa ada kepastian “ ungkap salah seorang Warga sekitar