21 Des 2018

Kecewa Pelayanan Puskesmas Edi Warga Desa Mundu Enggan diperiksa.

Foto :Kadus Desa Mundu dan edi Warga Desa Mundu yang terbaring mengharap perhatian Pemerintah


Mundu.SC – Edi Hil, 53 Tahun Warga RT 01/04 Dusun 2 Karang Ketapang, Desa Mundu, Kecamatan Mundu, Kabupaten Cirebon, mengeluhkan lemahnya Pelayanan yang diberikan  petugas Puskesmas Mundu Kabupaten Cirebon , Suami dari Yuyun, 50 Tahun menuturkan kepada Suara Cirebon, Kamis, 20/12/2018 didampingi Ratmi, Kadus Desa Mundu. Sambil berbicara lirih dan hanya mampu berbaring diatas tempat tidur, dirinya menuturkan  “ saya pernah melakukan pemeriksaan ke Puskesmas Mundu beberapa Minggu yang lalu, tetapi saya kecewa, karena harus menunggu antrian yang begitu lama, akhirnya karena terlalu lama saya menunggu, saya pun pulang kembali kerumah dengan menggunakan Ojek “ ungkap Pria yang sebelumnya bekerja sebagai supir Taxi menjelaskan.  Sejak pristiwa tersebut, kini dirinya tidak mau untuk melakukan Pemeriksaan maupun pengobatan di Puskesmas Mundu, dan hanya mengandalkan Obat-obatan yang dibelinya dari Apotik terdekat. Sementara Itu, Kadus II Desa Mundu, Ratmi yang melakukan pengecekan dikediaman yang bersangkutan menuturkan kepada Suara Cirebon  “ memang banyak Warga yang mengeluhkan lamanya pelayanan di Puskesmas Mundu, khususnya menunggu antrian yang terlalu lama, kalau pelayanan Medis seih memang cepat Kang, yang lama itu antriannya “ yngkapnya.  Bahkan dirinya menuturkan, selain lamanya Antrian, terkesan pihak Puskesmas membuat sulit jika ada yang akan mengurus tujukan  “ yang sangat kami sayangkan, pihak Puskesmas terlalu mempersulit jika kami meminta rujukan untuk Pasien, pihak Puskesmas meminta agar Pasiennya dibawa langsung, sedangkan jika yang terjadi sama seperti Pasien Edi, yang hanya bias terbaring, tidak mungkin kami bias membawanya, karena pasiennya sendiri sudah tidak bias apa-apa. Kami hanya meminta pihak Puskesmas jangan terlalu mempersulit jika diminta rujukan “ ungkapnya. Sementara itu, Yuyun, yang saat ini suaminya hanya bias terbaring, meminta kepada pihak terkait untuk datang langsung ke rumahnya dan melakukan pengecekan, karena suaminya kekeh tidak mau dibawa ke Puskesmas atau Rumah Sakit  “ kami meminta Pemerintah atau pihak yang terkait turun langsung melakukan pengecekan dan pengobatan terhadap suami saya. Karena atas kejadian tersebut, suami saya jadi kekeh tidak mau diperiksa dipuskesmas atau rumah sakit, katanya kesel nunggu “ pinta Yuyu.  Sayangnya saat Sc akan melakukan Konfirmasi terhadapa Kepala Puskesmas mundu terkait keluhan tersebut, meurut Informasi yang disampaikan salah satu Pegawai Puskesmas yang tidak bersedia dicantumkan identitsnya menjawab singkat  “ banyak sedang tidak ada di tempat Kang, kalau tidak salah sedang ada Rapat “ ungkap Pegawai tersebut.  ( Ags )

18 Des 2018

Jangan Lupakan Sejarah Demi Reformasi…..

R. Agus Syaefuddin ( Wartawan Suara Cirebon )
Sejak saat ini bahkan beberapa Bulan yang lalu, Masyarakat kita telah disajikan berbagai Tontonan maupun pemberitaan, baik Melalui Televisi, Radio, Surat Kabar maupun Sosial Media yang kian hari kian akrab dalam hampir setiap kehidupan Manusia.  Keakraban dan perkembangan Kebabasan Informasi merupakan salah satu kemajuan suatu Bangsa, yang walaupun tidak sedikit menimbulkan efek negative akibat hadirnya kebasan Informasi . Bangsa kita konon telah terkungkung sekian lamanya akibat Orde yang berbeda, sejak Orde lama, Orde Baru hingga saat ini yang akrab ditelinga dan kehidupan kita dengan nama Orde Reformasi . Orde Lama merupakan salah satu masa yang hampir  disetiap sudut kehidupan selalu didengungkan  teriakan Kemerdekaan dengan semboyan Hidup atau Mati. Setelah dilalui Era yang penuh dengan ketakutan karena menuju kemerdekaan, maka berubahlah memasuki Era Orde Baru, yang konon merupakan Era dimana Republik kita gencar melakukan pembangunan disegala bidang, dan terkenal dengan semboyan Repelita atau Rencana Pembangunan Lima Tahun. Masa Orde Baru merupakan masa keemasan Bangsa Indonesia dalam sector pangan dan pertanian, walaupun banyak yang mengatakan sebuah masa yang sangat akrab dengan Istilah KKN atau Korupsi, Kolusi dan Nepotisme. Hingga Akhirnya, hampir seluruh Penjuru Negeri, Anak muda, Dewasa, Tua, Terpandang, Terpelajar, Wanita, Pria dan bahkan yang tidak mengerti apa-apa secara bersama-sama meneriakan adanya sebuah perubahan dengan cara melengserkan Presiden yang telah puluhan Tahun Memimpin Negeri yang bernama Indonesi, hingga akhirnya, hilanglah dua Orde tersebut, dan saat ini telah berubah menjadi sebuah Orde yang diharapkan akan mampu merubah Indonesia dengan lebih baik lagi, dan terkenal dengan Orde yang bernama Reformasi.
Sebuah pertanyaan mungkin ada dalam setiap benak Anak Negeri, apakah Era Reformasi telah merubah wajah Republik menjadi lebih baik dari Era sebelumnya, atau mungkin tidak jauh berbeda dari Era sebelumnya. Inilah sebuah pertanyaan yang jawabannya tergantung dari sudut mana kita menilai. Era Orde Lama, hampir seluruh Anak Negeri dari Sabang sampai Meroke baru menikmati secercah cahaya yang berasal dari sebuah kemerdekaan dengan mengorbankan jutaan  nyawa Demi Merah Putih.
Era Orde Baru, merupakan sebuah zaman atau Rezim yang mau tidak mau, diakui atau tidak, telah membawa Bangsa kita dalam kehidupan yang Gemah Ripah Loh Jinawi, toto tentrem Kertaraharja. Kita tidak kekurangan Pangan, bahkan kita menjadi salah satu Negara yang sangat kaya dengan limpahan hasil pertanian maupun  perkebunan, hingga dikenal dengan nama swa sembada sekaligus terkenal juga dengan  Korupsi, Kolusi dan Nepotisme.
Namun apakan di Era Reformasi kita benar-benar  telah  merasakan sebuah perubahan yang berarti ? Memang perubahan telah banyak terjadi. Dari mulai berkembangnya Tehnologo dan informasi, bahkan setiap Anak Manusia memiliki kebebasan dalam menyampaikan pendapat dan ekspresi yang selama Orde sebelumnya selalu terkekang dan dihantui rasa ketakutan. Namun apakah hanya cukup sampai disitu ?...toh pada kenyataannya, Era Reformasi banyak nyawa melayang dengan berbagai alasan dan kepentingan berbeda, terjadinya keributan dan perkelahian antara TNI/Polri yang dimasa Orde Lama dan Baru saling bersatu bahu membahu demi Indonesia. Korupsi yang pada masa Orde Baru hanya dilakukan oleh sekelompok yang dikenal dengan Istilah Keluarga Cendana, toh pada saat ini Korupsi tidak hanya dilakukan oleh segolongan Orang tertentu saja, tetapi bahkan berkelompok hingga dilakukan oleh Pejabat Negara dari tingkat Mentri, Anggota Dewan, Gubernur, Bupati hingga level terbawah, yaitu seorang Kuwu. Lantas apa yang kita harapkan dari perubahan tiga Orde ini…sebuah pertanyaan yang harus dilakukan oleh Pemerintah dan para pemangku kepentingan, jangan hanya sesumbar dan berteriak akan membela kepentingan Rakyat dikala masa kampanye dengan harapan dirinya dapat terpilih, sementara, setelah tujuannya tercapai, Rakyat hanya dijadikan Boneka dan Kambing Congek…Kita ini kerap menjadi Bangsa Pendendam,,,kita menghujat Era Orde Lama hingga Orde Baru, bahkan kita kadang tidak mengakui keberhasilan yang dilakukan oleh Pemimpin dimasa Orde Baru maupun Orde lama. Kita merasa malu untuk mengatakan, Bahwa Orde sebelumnya memiliki kelebihan yang dirasakan secara langsung oleh seluruh Bangsa Indonesia…Kita hanya gemar mengorek sisi kelam dan kekurangannya, sementara saat ini kita merasa bahwa Era Reformasi merupakan Era yang terbaik, walau pada kenyataannya tidak seperti harapan yang diharapkan para penggagas terjadinya sebuah Era yang bernama Reformasi. Janganlah kita menjadi Bangsa Pendendam dan hanya membenarkan diri kita tanpa mau menerima kelebihan yang dimiliki orang lain….Apakah Ini Makna Reformasi….

23 Nov 2018

Akibat Hujan Lebat Rumah Warga Desa Munjul Ambruk


Astanajapura. SC – Kesedihan menyelimuti salah seorang Warga Desa Munjul, Kecamatan Astanajapura, Kabupaten Cirebon, dikarenakan Rumahnya ambruk akibat curah Hujan yang sangat deras. Peristiwa tersebut terjadi pada Senin, 19/11/2018. Akibat peristiwa tersebut, Watniah, 49 Tahun Warga Dusun 01 Blok Manis, Desa Munjul, harus tinggal sementarara di Ruang Pos Yandu Desa setempat. Peristiwa tersebut mendapat perhatian Khusus dari Pemerintahan Desa Munjul, seperti yang disampaikan Kuwu Desa Munjul, Chaerudin,kepada Suara Cirebon, Kamis, 22/11/2018 saat meninjau Lokasi kediaman Ibu Watniah  “ kami dari Pemerintahan Desa akan berusaha semaksimal mungkin mengusahakan kepada Dinas Sosial maupun Instansi terkait lainnya, agar memberikan Bantuan terhadap Warga yang terkena Musibah, karena memang Warga kami sangat membutuhkan perhatian dan bantuan, untuk sementara waktu, kami menganjurkan kepada pemilik rumah untuk tinggal sementara di Kantor atau Ruangan Pos Yandu yang letaknya berdampingan dengan kediamannya, hal itu untuk menghindari terjadinya hal yang tidak diharapkan “ ungkapnya. Sementara itu Watniah istri dari Jaelani yang kesehariannya bekerja sebagai buruh serabutan, sangat berterimakasih atas Perhatian Pemdes Munjul “ kami sangat berterimakasih atas perhatian Pak Kuwu, namun harapan kami agar Pemerintah memberikan bantuan kepada kami untuk memperbaiki Rumah yang ambruk akibat terjangan Hujan, supaya Rumah kami kembali dapat ditempati dengan aman “ ungkap Wanita paruh baya yang memiliki 10 putra-putri penuh harap.  Senada hal tersebut disampaikan Anggota Bhabinsa Koramil Astanajapura, Serda Nur Khalim, yang hadir meninjau lokasi tersebut, dirinya mengharapkan, agar Pemerintah memberikan perhatian Khusus terhadap Warga yang terkena musibah  “ kami berharap, pihak Pemerintah Desa maupun Dinas terkait untuk sesegera mungkin memberikan bantuan kepada Keluarga Korban, dalam bentuk perbaikan Rumah, apalagi saat ini sudah memasuki musim penghujan, kasihan jika harus berlama-lama diam di Ruang Pos Yandu “ ungkap Nur Khalim.  ( Ags )
n oleh seluruh Lapisan Masyarakat “ pungkas Lilis.  ( Ags )

Meningkatkan Kualitas Kesehatan Warga Pemdes dan Puskesmas Gelar Pengobatan Gratis

Astanajapura,SC – Meningkatkan Kesadaran Masyarakat dalam Hidup Sehat , merupakan salah satu Program yang digalakan Pemerintahan Desa Kanci,bekerjasama dengan Puskesmas  Kecamatan stanajapura, Kabupaten Cirebon, Menggelar Acara Pengobatan Gratis yang dilaksanakan pada Rabu, 14/11/2018 bertempat di Kantor Desa Kanci. Dalam Acara Pengobatan Gratis tersebut, Kepala Puskesmas Astanajapura, Dr, Zaenal, menuturkan kepada Suara Cirebon, bahwa pentingnya menjaga Kesehatan harus disadari oleh seluruh lapisan Masyarakat “ Tujuan dilaksanakannya Acara Pengobatan Gratis ini, agar Masyarakat lebih memperhatikan Kondisi Kesehatannya, apalagi saat ini memasuki  iklim pancaroba, yang mana kebanyakan Warga  melakukan pemeriksaan terkait adanya penyakit yang diderita, seperti pernafasan, batuk, Flu dan sejenisnya. Diharapkan dengan digelarnya Pengobatan Gratis ini, Masyarakat Kanci secara keseluruhan terbebas dari berbagai penyakit “ ungkapnya.
Senada hal tersebut disampaikan Kuwu Desa Kanci, Lilis, S, bahwa pihaknya sangat berterimakasih kepada semua pihak yang telah bekerjasama menyelenggarakan Acara Pengobatan Gratis  “ Pengobatan Gratis ini terselenggaraka berkat kerjasama antara Pemerintahan Desa Kanci, Puskesmas Astanajapura dan Cirebon Power. Kami dari Pemerintahan Desa berharap kepada pihak Cirebon Power, agar pelaksanaan Pengobatan Gratis ini tidak hanya dilaksanakan di Desa Kanci saja, tetapi di Desa lainnya yang ada di Kecamatan Astanajapura, namun demikian, saya selaku Kuwu berharap, dengan adanya pengobatan Gratis ini, masyarakat semakin mudah terlayani dalam hal kesehatan, baik pemeriksaan Kesehatan maupun pengobatan “ tutur Lilis.

Disamping pelaksanaan Pengobatan Gratis, dirinya sangat bersyukur, karena cita-citanya untuk memiliki Gedung Olahraga dapat terealisasi  “ Alkhamdulillah Kang, berkat do’a dan dukungan dari semua pihak, kami saat ini sedang melaksanakan Pembangunan GOR ( Gedung Olah Raga ) semoga setelah berdirinya Gedung tersebut, dapat dimanfaatkan oleh seluruh Lapisan Masyarakat “ pungkas Lilis.  ( Ags )

Pengembangan Tanaman Pepaya Kalifornia Tingkatkan Perekonomian Petani Desa Tonjong

Pasaleman. SC – Banyak cara dalam meningkatkan Taraf Hidup Warga Pedesaan, khususnya Petani Desa yang bergerak bukan hanya berpatok pada Lahan Pertanian jenis padi maupun Tebu. Hal tersebut diterapkan Pemerintahan Desa Tonjong, Kecamatan Pasaleman, Kabupaten Cirebon, bekerja sama dengan Pihak Perhutani setempat.
Kemajuan dan perubahan Petani Desa, disampaikan Kuwu Desa Tonjong, Yuherna, melalui Kaur Perogram Desa Tonjong,Komarudin, kepada Suara Cirebon, Rabu, 21/11/2018. Dirinya merasa bangga dengan adanya keseriusan para petani yang mengolah tanah menjadi lahan produktif dengan melakukan penanaman Pepaya jenis Kalifornia “ saat ini petani Desa kami yang berjumlah kurang lebih 150 dan terbagi dalam 6 Kelompok Tani, melakukan kerjasama dengan pihak Perhutani dalam melakukan penanaman Buah Pepaya Kalifornia. Dan hal ini tentunya sangat menguntungkan para petani yang sebelumnya hanya mengandalkan pada penanaman tebu “ ungkapnya.

Lebih lanjut dirinya menjelaskan, bahwa Kerjasama dengan pihak perhutani mendapat sambutan baik dari seluruh Warga. Karena selama ini pihak Perhutani hanya melakukan penanaman pohon kayu putih “ selama ini banyak lahan kosong yang tidak digunakan oleh pihak Perhutani, karena penanaman Pohon Kayu Putih tersebut berjarak 8 meter dari pohon satu kepohon lainnya, kekosongan lahan tersebut akhirnya digunakan petani untuk menanam buah papaya Kalifornia, dan hasilnya ternyata sangat menjanjikan, karena dalam setiap panen, satu pohon menghasilkan Pepaya sebanyak 25 Kg. dan saat ini tanah yang digarap petani Pepaya Kalifornia seluas kurang lebih 300 Hektar, semoga keberadaan Pepaya Kalifornia yang terkenal Manis dan awet ini semakin diminati oleh seluruh kalangan dan berdampak pada peningkatan taraf perekonomian Warga Desa Tonjong “ pungkas Komarudin.  ( Boim ) 

2 Okt 2018

Pembangunan Pabrik sepatu tak berijin Disayangkan Warga Desa Astanajapura Kab Cirebon

Astanajapura. SC – Niat baik sudah semestinya dilakukan dengan sesuatu yang baik pula, termasuk dalam mengembangkan sebuah Desa melalui Pembangunan harus juga dilakukan dengan tidak melanggar Hukum dan mentaati segala aturan. Seperti yang terjadi di Desa Astanajapura, Kecamatan Astanajapura, Kabupaten Cirebon.
Dari Pantauwan Suara Cirebon berdasarkan bebrapa Informasi yang diperoleh Warga setempat, bahwa saat ini sedang dilaksanakan Pembangunan Pabrik Sepatu PIS. Sayangnya Pembangunan Pabrik sepatu tersebut belum memiliki IMB ( Ijin mendirikan Bangunan ) hal tersebut disampaikan Warga Desa Astanajapura, Agus Fian, kepada Suara Cirebon, Kamis 27/09/2018  “ kami sangat menyayangkan tindakan Pengusaha yang tidak mentaati aturan, seharusnya mereka ( Pengusaha-Red ) mengurus dulu perijinannya, dalam hal ini IMB, baru peroyek tersebut dilaksanakan, tetapi pada kenyataannya, Pembangunan tersebut sudah dilaksanakan, sementara IMB nya belum ada ” ungkapnya, bahkan dirinya beserta Warga sekitar berencana akan melakukan Penutupan dan pemberhentian Pembangunan tersebut jika pihak Pengusaha tidak mengindahkan perijinan sesuai Hukum dan aturan yang berlaku.
Sementara itu, Kasi Trantrib Kecamatan Astanajapura, Herry Soemardiono. S.Ip, membenarkan adanya Pembangunan Pabrik Sepatu yang belum memiliki IMB  “ memang benar, sampai saat ini sepengetahuan saya, Pembangunan Pabrik Sepatu tersebut belum memiliki IMB, dan kami akan melakukan penertiban bahkan penutupan Aktifitas Pembangunan tersebut, jika pihak Pengusaha tidak segera melakukan Proses Perijinan sesuai dengan ketentuan “ ( Ags )

Cinta Tanah Air Bukan sebatas kata tanpa nyata

R.Agus Syaefuddin ( Wartawan Suara Cirebon )
Cinta pasti tidak akan terlepas dari rasa kasih dan sayang. Dari rasa kasih dan sayang itulah, timbul keinginan untuk memberikan yang terbaik, serta menjaga, merawat, dan melindungi sesuatu yang kita cinta dari hal-hal yang buruk. Begitu pula dengan cinta tanah air.
Cinta tanah air sendiri dapat diartikan menjadi suatu kondisi di mana masyarakat bisa memberikan rasa kasih dan sayangnya kepada negara dalam bentuk pengabdian, pemeliharaan, pembelaan dan perlindungan dari segala macam bentuk penjajahan dan hal-hal yang berbahaya.
Selain itu, cinta tanah air juga dapat didefinisikan sebagai timbulnya rasa kebanggaan dalam diri masyarakat terhadap negaranya, sehingga ia akan terus berjuang untuk memajukan dan menyejahterakan berbagai unsur yang terdapat di dalam negaranya.
Seperti yang kita ketahui, akhir-akhir ini rasa cinta tanah air yang dimiliki para generasi muda di Indonesia mulai menurun. Padahal, generasi muda ialah salah satu faktor pendorong bagi perubahan sejarah supaya negara bisa menjadi lebih baik daripada sebelumnya. Alasan lunturnya rasa cinta tanah air ini beraneka macam, contohnya ialah arus globalisasi.
Globalisasi ini menyebabkan mudahnya kebudayaan serta produk-produk luar negeri masuk ke dalam negara Indonesia. Generasi muda jaman kini lebih suka mengikuti trend dari luar, daripada tetap bersikukuh terhadap budaya negaranya sendiri. Itu bisa dibuktikan dengan bagaimana produk yang ber-merk luar negeri lebih laku di pasaran. Generasi muda jaman kini menganggap, bahwa penggunaan barang-barang dari luar negeri ialah sesuatu yang keren dan patut dibanggakan.
Untuk mengatasi hal tersebut, diperlukan adanya pemupukan rasa cinta tanah air bagi generasi muda melalui perantara pendidikan. Pendidikan ini tidak harus terbatas pada pendidikan formal seperti sekolah, tetapi juga bisa dilakukan di luar sekolah dengan bantuan orangtua, teman-teman sebaya, orang terpandang, dan lain sebagainya.
Sebagai contoh ialah pendidikan karakter. Pendidikan karakter sendiri diartikan sebagai suatu usaha terencana yang dilakukan dengan sadar demi mendidik dan membangun karakter pribadi maupun kelompok yang baik sebagai warga negara.
Karakter yang baik sendiri meliputi jujur, toleransi, demokratis, semangat kebangsaan, cinta tanah air, bersahabat, cinta damai, peduli lingkungan, dan lain sebagainya. Untuk mencapai karakter yang baik tersebut tidak bisa hanya melalui perkenalan saja, tetapi diperlukan penanaman pula di dalam diri generasi muda.

16 Jul 2018

Imbas Konfensasi PLTU Tahap II Buka Luka Lama PLTU Tahap I

Astanajapura. SC – Persoalan Dana Konfensasi terhadap Penggarap lahan yang saat ini dijadikan Pembangunan Proyek Pembangkit Listrik Tenaga Uap Tahap Dua ( PLTU-Red ) ternya menimbulkan luka lama para pemilik lahan yang digunakan untuk Proyek PLTU Tahap satu.  Hal tersebut disampaikan oleh salah seorang Aktivis yang konsen terhadap persoalan Warga, Adi Rohadi, terkait Pembayaran dan persoalan Lahan yang diduga terjadi kejanggalan.  “ kami menduga ada permainan antara pihak PLTU Tahap satu dengan pihak BPN, hal ini dikarenakan, salah seorang Warga yang memiliki Tanah seluas kurang lebih 1,8 Hektar dengan Bukti Percil dan Legalitas AJB, atas Nama Mahadi, kini telah berubah diatasnamakan Mulyadi dan menjadi Milik Cirebon Elektrik Power, yang anehnya Sertifikat tersebut adalah HGU ( Hak Guna Usaha- Red ) sedangkan menurut Data yang ada pada Kami, bahwa pada saat itu, Tahun 2014 , pihak BPN telah memblokir terkait persoalan Tanah tersebut ,. Jika mana telah terjadi Jual beli antara Pihak PLTU dengan Mahadi, tentunya harus dibuktikan dengan Surat yang ditandatangani oleh Pemilik, sedangkan Mahadi belum Pernah menandatangani surat apapun.“ ungkapnya.   Lebih lanjut dirinya menegaskan tentang adanya Dugaan pemalsuan yang dilakukan oleh beberapa  Oknum Perangkat Desa Kanci Kulon perihal kepemilikan Tanah Atas Nama Mahadi dan Sembilan Warga Desa lainnya  “ kami menduga ada pihak yang bermain dalam hal ini, karena alasan kami sangat mendasar , Oknum Perangkat Desa tersebut pada Tahun 2014 telah di BAP, dan Datanya falid ada pada Bapak Sa’adi LSM Geger. Isi BAP tersebut salah satu poinnya adalah, mereka Oknum Perangkat Desa telah mengakui Bahwa pihaknya telah melakukan pemalsuan. Berdasarkan Hal tersebut, maka kami patut menduga telah terjadi kesalahan dan Pemalsuan yang merugikan pemilik Tanah sekaligus Ahli Warisnya yang telahmenguasakan kepada Ibu Hj. Cicih. Oleh karena itu, kami akan terus mencari bukti dan menuntut pihak-pihak yang terkait persoalan tersebut untuk bisa mempertanggngjawabkannya “ tegas Pria yang akrab disapa Babon ini menuturkan. Terkait persoalan tersebut, SC mencoba melakukan konfirmasi kepada Humas PLTU tahap I, Hafid, melalui Telfon, namun sayangnya yang bersangkutan ( Hafid-red ) tidak dapat dihubungi.  ( Ags )

25 Jun 2018

Diduga Gelapkan Anggaran Dana Desa Lembaga Desa Tuntut Kuwu Sarajaya Mundur

Foto : Kayim ( Ketua LPM Desa Sarajaya )
Lemahabang. SC – Kekecewaan dan kemarahan yang telah terpendam sekian lama, akhirnya meledak juga, hal ini dikarenakan adanya dugaan telah terjadi penyalahgunaan Wewenang dan Penggelapan Anggaran Dana Desa yang mencapai nilai Ratusan Juta Rupiah. Seperti yang disampaikan oleh Ketua LPM Desa Sarajaya, Kecamatan Lemahabang, Kabupaten Cirebon, Kayim, kepada Harian Suara Cirebon, Jum’at. 22/06/2018 ‘’ Kami sangat kecewa dengan prilaku Kuwu Sarajaya, yang telah menggelapkan Dana Desa maupun lainnya yang nilainya mencapai Rp. 300.000.000 lebih. Dari mulai DD Tahap satu Tahun 2017 hingga Banprov dan Dana lainnya. Bukti Penggelapan tersebut sudah dilaporkan kepada Pihak Kecamatan dan bahkan Ispektorat, dari Data yang kami miliki tersebut, akhirnya seluruh Lembaga Desa termasuk RT/RW menginginkan agar Kuwu Latif segera Lengser, tetapi tetap harus mempertanggungjawabkan Dana yang terpakai untuk kepentingan peribadi dihadapan Hukum ‘’ ungkapnya.  Bahkan lebih lanjut dirinya sangat menyayangkan Prilaku Korup kuwu yang sangat diluar batas kewajaran  ‘’ Kuwu Latif ini sudah sangat keterlaluan, hingga Anggaran untuk Pembuatan Keranda dengan bahan stenlis pun masih diembatnya juga, dan saya sudah seringkali memperingatkan dia ( Kuwu Latif-Red ) untuk segera memperbaiki Perilakukanya, namun nasehat kami tidak pernah digubris ‘’ tegas Kayim.  Beberapa waktu yang lalu, SC sempat mempertanyakan hal tersebut kepada Ketua BPD Sarajaya, Muh. Najib, terkait adanya dugaan penggelapan Anggaran Dana Desa, dan dirinya membenarkan  ‘’ Kami sudah melaporkan adanya dugaan Penyalahgunaan Anggaran tersebut kepada Camat Lemahabang , dan semua datanya ada dipihak Kecamatan, kini kami sedang menunggu tindakan dari penegak Hukum ‘’ tuturnya. Sementara saat SC akan melakukan konfirmasi kepada Camat Lemahabang, Edi Prayitno, dirinya sedang tidak ada ditempat  ‘’ Bapak sedang ada Acara diluar Kang ‘’ Ungkap Dadang, Pegawai Kecamatan Lemahabang.  Berdasarkan Data dan Informasi dari berbagai pihak,bahwa Dana untuk pembangunan dan perkembangan Desa  yang digunakan untuk kepentingan Kuwu Pribadi meliputi :  Penggelapan Anggaran Dana Desa Tahap I Tahun 2017 Sebesar Rp. 113.000.000
Penggelapan Dana Bangub Tahun 2017  Sebesar Rp. 150.000.000
Penggelapan Anggaran Dana Desa Tahun 2017 Sebesar Rp. 30.000.000
Penggelapan PAD Tahun 2017 Sebesar Rp. 100.000.000
Penggelapan Anggaran PNPM dan Bumdes diperkirakan Sebesar Rp. 80.000.000

Penggelapan 1 Unit Mobil Siaga Desa ( Telah disita Bank ) saat SC akan melakukan konfirmasi kepada Kuwu yang bersangkutan ( A. Latif-Red ) dirinya tidak berada ditempat. Bahkan hingga berita ini diturunkan, Honor RT/RW maupun Lembaga Desa belum diterima oleh yang berhak. ( Ags )

12 Jun 2018

Kapolsek Lemahabang Tertibkan Pedagang Musiman

Lemahabang. SC – Berawal dari adanya Laporan salah seorang Warga Desa Lemahabang Kulon, yang merasa terganggu dengan adanya Pedagang Musiman Lebaran, yang menutup Jalanan. Menyikapi hal tersebut, Kapolsek Lemahabang, AKP. Santoso Sembiring. SH. Beserta beberapa Anggota melakukan pengecekan langsung, dan didapat beberapa Pedagang Lebaran musiman yang mendirikan Lapak dagangannya ditengah jalan antara Desa Lemahabang dan Desa Lemahabang Kulon, Kecamatan Lemahabang, Kabupaten Cirebon. Dirasa hal tersebut mengganggu kelancaran Lalulintas, maka dirinya menghimbau kepada seluruh Pedagang untuk segera melakukan Pembongkaran Lapak yang menutup ruas jalan tersebut.  “ kami bukannya melarang para pedagang untuk berjualan, tetapi bukan berarti harus mendirikan Lapak jualannya ditengah jalan, karena hal ini berakibat kemacetan Lalulintas. Dan sebelumnya kami telah melakukan koordinasi dengan Pihak terkait, termasuk Camat Lemahabang dan dua Kepala Desa yang bertanggung jawab dengan adanya pemanfaatan pasar tersebut  “ ungkapnya.  Merasa dirugikan, beberapa Pedagang Musiman sempat menolak keinginan pihak Kepolisian untuk membongkar Lapak tersbut, hal tersebut disampaikan Yati, salah seorang Pedagang yang mendirikan Lapak ditengah jalan tersebut  “ kami tahu ini melanggar aturan, tetapi kami juga meminta kepada pihak terkait untuk melakukan kebijakan, karena keberadaan lapak ditengah jalan ini sudah menjadi tradisi Tahunan tiap kali menjelang Lebaran. Jika kami dilarang, bagaimana nasib dagangan kami “ ungkapnya.  Akhirnya Kapolsek AKP Santoso Sembiring, melakukan mediasi dengan beberapa perwakilan pedagang dan mencari solusi terbaik. Dalam mediasi tersebut, diperoleh kesepakatan bersama, bahwa para pedagang bersedia memenuhi keinginan Kapolsek, untuk mendirikan Lapaknya satu Hari menjelang Lebaran ( Rabu Malam Kamis-Red ) dengan kesepakatan tersebut, maka Lapak yang telah berdiri kembali dibongkar oleh pemiliknya masing-masing. Dan kapolsek menegaskan, jika kesepakatan tersebut dilanggar, maka dengan terpaksa pihaknya akan melakukan Pembongkaran  “ para Pedagang sepakat, untuk memulai mendidikan lapaknya satu hari menjelang lebaran, atau tepatnya Hari Rabu malam Kamis, jika didapat ada pedagang yang melanggar kesepakatan tersebut, maka terpaksa kami akan melakukan Pembongkaran “ tegas AKP. Santoso Sembiring. Dari Pantauwan SC,di TKP, Selasa, 12/06/2018. Akibat kejadian tersebut, sempat menimbulkan kemacetan panjang, akibat dari banyaknya Pihak Pengendara yang memperlambat laju kendaraannya hanya untuk melihat ketegangan yang dilakukan oleh para Pedagang musiman tersebut . sayangnya, tidak ada satupun Perangkat Desa maupun Kuwu dari Kedua Desa yang ada dilokasi kejadian.  ( Ags )

11 Jun 2018

Kuwu Desa Citemu Berikan santunan Anak Yatim dan Duafa

Mundu. SC – Usai pelaksanaan Sholat Tarawih, Puluhan Anak Yatim dan Duafa berkumpul dikediaman Kuwu Desa Citemu,Kecamatan Mundu, Kabupaten Cirebon, Supriyadi. Keberadaan Anak Yatim dan Duafa ini, mendapat perhatian khusus dari Kuwu yang akrab disapa Yusuf, tersebut.  Hal ini terbukti dengan digelarnya Acara santunan terhadap 70 Anak Yatim dan 160 Duafa.  Sebelum Acara santunan dilaksanakan, Ratusan Warga mengikuti tauziyah yang disampaikan oleh Ustadz Sunani, yang menjabarkan betapa pentingnya kepedulian terhadap sesama, khusunya terhadap Anak Yatim dan Duafa.  Dalam sambutannya, Kuwu Desa Citemu berharap, agar kita sebagai Manusia harus saling peduli akan sesama, dan jangan pernah melupakan apalagi mengenyampingkan Anak Yatim  “ Saya sangat berterimakasih kepada semua Warga Masyarakat Desa Citemu yang sangat peduli akan sesama, sementara santunan yang kami berikan, merupakan sebuah kewajiban yang harus kami lakukan. Itu adalah Hak mereka,dan kami hanya sebagai perantara saja, semoga apa yang kami berikan ini, walaupun nilainya tidak seberapa, tetapi minimalnya dapat merasakan kebahagiyaan secara bersama-sama. Apalagi ini merupakan Bulan yang sangat baik, yaitu Bulan Ramadhan, Bulan Penuh Magfiroh dan lipatan pahala “ tutur Supriyadi.  Acara santunan tersebut, dihadiri oleh seluruh Perangkat Desa. Lembaga Desa, tokoh agama dan anggota dari Kepolisian juga TNI.  Salah seorang penerima santunan yang tidak bersedia identitasnya dipublikasikan, menuturkan  “Kami Masyarakat Desa Citemu sangat berterimakasih atas santunan yang diberikan oleh Pak Kuwu, semoga beliau senantiasa dilimpahkan Rizki dan diberikan kesehatan juga umur panjang. Bukan nilainya yang kami bicarakan, tetapi niat tulusnya dan pedulinya terhadap Warga diatas segalanya “ungkapnya. Senada hal tersebut disampaikan oleh seorang Anggota Koramil Astanajapura, Karso, yang memberikan Apresiasi terhadap Kuwu Yusuf  “ Kami sangat terharu melihat Anak Yatim dan Kaum Duafa yang menerima santunan tersebut. Sorot mata mereka mengisaratkan rasa kebahagiyaan yang tak terhingga. Semoga ini benar-benar dapat bermanfaat bagi yang menerimanya . dan kami sangat mengapresiasi niat baik Kuwu dalam memberikan santunan “ ungkapnya.  Acara Santunan dan pengajian Umum yang digelar pada Minggu. 10/06/2018 tersebut, diakhiri dengan acara ramah tamah dan santap bersama.  ( Ags )

Gebyar Ramadhan Warga Masyarakat Desa Kanci


Foto : Ratusan Warga Masyarakat Desa Kanci memadati Area Acara Pengajian Umum
Astanajapura. SC – Ratusan Warga Masyarakat Desa Kanci, Kecamatan Astanajapura, Kabupaten Cirebon, usai melaksanakan Solat Tarawih, berkumpul dihalaman Kantor Desa setempat, dalam Rangka Memeriahkan Bulan Ramadhan dengan Menggelar Acara Gebyar Ramadhan yang diisi Lomba Hadroh dan Pengajian umum. Acara tersebut atas kerjasama Remaja Masjid, Tokoh Agama, Tokoh Masyarakat, Lembaga Desa dan Pemerintahan Desa setempat, menghadirkan Penceramah, KH. Jamaludin Kahfi. Dalam keterangan yang disampaikan Kuwu Desa Kanci, Lilis, S,  Kepada Harian Suara Cirebon, Minggu, 10/06/2018, Bahawa Acara yabg digagas oleh Ikatan Remaja Masjid terseut merupakan salah satu Acara yang sangat positif dalam mengisi kegiatan Ramadhan  “Kami dari Pemerintahan Desa dan Lembaga Desa Kanci, tentunya sangat mengapresiasi apa yang dilakukan Oleh Remaja Masjid, yang begitu peduli dengan peningkatan Ahklak dan prilaku yang Islami, hal ini merupakan bukti, bahwa Warga Masyarakat Kanci, khususnya kaum muda, sangat menjunjung tinggi nilai-nilai keisalaman “ungkapnya. Sementara itu, salah seorang Remaja Masjid, Juned, sangat berterimakasih atas peran serta dan dukungan dari Pemerintahan Desa Kanci, hingga Acara Gebyar Ramadhan tersebut dapat berjalan dengan baik  “ Kami dari Remaja Masjid, sangat berterimakasih atas dukungan dari semua pihak, khususnya Pemerintahan Desa. Dan harapan kami selaku Pemuda Kanci, tentunya dengan dilaksanakannya Gebyar Romadhan ini, semoga dapat semakin mempererat Silaturahmi, persatuan dan toleransi antar Warga. Karena tanpa adanya persatuan dan kepedulian antar sesama, maka apa yang kita harapkan dalam membangun Desa dan Masyarakat yang berakhlakhul karimah tidak akan dapat tercapai “tuturnya. Acara yang menghadirkan Penceramah Kondang tersebut, diharapkan sebagai tolak ukur Kultur Masyarakat Desa Kanci yang menjunjung tinggi nilai-nilai keIslaman  ( Ags )

10 Jun 2018

Tradisi Mudik Bukan Semata Pamer Kemewahan


R.Agus Syaefuddin ( Wartawan Suara Cirebon )

sebagian besar umat Islam, mudik di penghujung Ramadaan merupakan sebuah ritual penting nan sakral. Terutama bagi mereka yang berada nun jauh di perantauan. Setelah lama berpisah dengan sanak keluarga dan handai tolan, tentunya ada kerinduan yang mengusik untuk bisa kembali berkumpul dengan sanak keluarga. Pertemuan jiwa dan raga yang penuh emosional antara anak dengan kedua orang tua dan anggota keluarga lainnya, diyakini bukan hanya pertemuan biasa. Namun merupakan bagian dari keasadaran diri seseorang dalam mengimplementasikan makna mudik bagi kehidupan yang penuh dengan dinamika ini. Sejauh manapun burung terbang, sekali waktu ia pasti kembali rumahnya.
Demikian sakralnya berlebaran bersama keluarga lewat tradisi mudik ini, sehingga para perantau telah jauh-jauh hari mempersiapkan bekal dan oleh-oleh untuk dibawa pulang ke kampung halaman. Mudik juga bisa dimaknai sebagai kerinduan mencipi penganan tradisional seumpama geukarah dan thimpan, atau berziarah ke makam orangtua yang telah tiada. Bisa juga sebagai wadah merenda kembali tali silaturrahmi yang sempat terputus dengan saudara dan orang sekampung.

Meski untuk mudik dibutuhkan banyak pengorbanan, mulai dari mempersiapkan tiket moda angkutan yang harganya melonjak tinggi saat menjelang lebaran. Atau pun padatnya arus mudik jika pulang dengan kendaraan pribadi. Namun semua pengorbanan itu terbayar lunas dan tidak bisa tergantikan harganya dengan nilai dengan apa pun --bila telah bersua kembali dengan orang-orang tercinta di kampong halaman.
Aroma desa yang khas dengan kekentalan kekerabatan yang masih alami dibandingkan kehidupan urban masyarakat kota yang penuh individualistik. Apalagi kala disambut tangis haru dan peluk cium dari sanak keluarga. Sejatinya mudik Idul Fitri sebagai implementasi dari kegembiraan dan jangan pula dirayakan secara berlebih-lebihan dan terkesan sombong. Sebab ada juga sebagian para pemudik yang ketika pulang sengaja memamerkan kemewahan seperti mobil baru dan barang-barang bawaan lainnya yang terkadang bisa menimbulkan kecemburuan sosial dari warga desa.
Rasulullah selalu mengingatkan kita untuk mengulurkan tangan terhadap para anak yatim dan para fakir miskin yang ada di sekitar kita. Memang kaum duafa di pengujung Ramadhan berhak atas zakat fitrah. Namun terasa tak adil, jika kita yang berpunya ini hanya cukup merasa puas karena telah membayar zakat fitrah menjelang hari raya tiba. Sementara di sekitar kita banyak anak-anak yatim yang butuh uluran tangan di hari raya. Rasulullah saw bersabda, “Dekatilah mereka yang miskin, dan cintailah mereka, niscaya Allah akan dekat dengan kamu.”
Rasul bahkan memungut seorang anak yatim yang dilihatnya sedang beruraikan air mata di tengah-tengah sekumpulan anak-anak lainnya yang berpakaian baru dengan mainan di tangan. Sementara si anak yatim terlihat dekil dan kurus karena tak ada belaian kasih sayang dari kedua orang tuanya. Lalu Rasul mendekatinya dan membawa pulang anak yatim itu ke rumah baliau. Membelikannya pakaian baru, dan mengasihinya selayaknya anak sendiri. Sehingga si anak merasa bergembira, tersanjung dan tertinggikan kembali derajatnya.
Marilah sedapat mungkin untuk bisa membasuh air mata para anak yatim dan fakir miskin di hari nan fitri ini. Membuat mereka tertawa dan gembira, sesungguhnya itulah esensi mudik yang sesungguhnya. Bagi para pemudik yang punya lebih rezeki akan sangat mulia rasanya, jika sebelum mudik Idul Fitri, menanyakan terlebih dahulu kepada keluarga di kampung, berapa orang ada anak yatim yang perlu disantuni. Berapa orang fakir miskin yang butuh uluran tangan kita. Seperti firman Allah Swt, “Bila kamu bersyukur, pasti akan menambah nikmat bagimu.” (QS. Ibrahim: 7). Para mukmin sejati wajib bersyukur atas limpahan rahmat yang diberikan Sang Khalik.
Seyogyanya, ketika pintu Ramadhan telah tertutup, sebenarnya masih ada pintu lainnya yang disuruh buka oleh Allah dan Rasul, yaitu dengan menjenguk mereka yang papa. Jadi mudik Idul Fitri bukan sekadar pamer hasil kekayaan pada orang kampung. Namun menjadikan mudik lebih bermakna lagi dengan mencontoh perilaku Rasullullah dengan menyayangi anak yatim tanpa pamrih.



29 Mei 2018

Nusantara Surganya ASN Nestafanya Kaum Jelata


R.Agus Syaefuddin  ( Wartawan Suara Cirebon )


Negeri kita Nusantara yang begitu Indah dan penuh dengan limpahan Sumber Daya Alam dan Aneka ragam Budaya pun  Adat Istiadat, merupakan Anugrah dari Tuhan yang Maha Kuasa.  Bahkan Nusantara yang terkenal dengan Istilah Jambrut katulistiwa, dimana Tongkat Kayu dan Batu bisa jadi Tanaman, semakin memperindah dan memperkaya Bumi Nusantara kita.  Namun sayangnya, keindahan dan Kekayaan Alam hanya dapat dirasakan oleh sebagian Orang saja. Pejabat, Pengusaha, si Kaya dan Bahkan Golongan Manusia yang memiliki kedudukan dalam kepemerintahan, yang dikenal dengan sebutan Aparatur Sipil Negara.  Betapa Rasa keadilan kita seakan telah dirampas dan dikoyak hingga tidak sedikit Anak Negeri yang hanya bisa memandang dan berharap tanpa tau kapan akan merasakan nikmatnya hidup di Negeri yang bernama Nusantara. Betapa tidak, Masih banyak Anak Negeri yang mengais rupiah hingga harus bercucuran Keringat dan bahkan mentaruhkan nyawa dan gengsinya hanya untuk memperoleh Lembaran Rupiah yang tidak seberapa besarnya. Sementara, ASN yang sama-sama hidup di Negeri yang bernama Nusantara, seakan dimanjakan dengan berbagai kebijakan dan kemudahan untuk meraup Rupiah tanpa harus bercucuran peluh. Inilah Nusantara yang diwariskan oleh para leluhur. Betapa hati kita menjerit dan menangis, manakala mendengar dan menyaksikan seorang Ayah yang harus mendapatkan Rupiah dengan cara mencuri, karena keterbatasan lahan pekerjaan, hingga memaksanya melakukan kesalahan demi membelikan sekaleng Susu untuk Buah hatinya.. Bahkan seorang Ibu yang rela menjual kehormatannya demi memberikan kebahagiyaan kepada Buah hatinya. Sementara disebelahnya yang bernama ASN, dengan begitu mudahnya mendapatkan apa yang diinginkannya tanpa harus berjuang dan bahkan cukup dengan duduk manis dalam pekerjaannya yang tidak sedikitpun beresiko. Hingga Akhirnya, tidak sedikit dari kita yang rela menggelontorkan Puluhan Juta demi menjadi seorang ASN. Inilah sebuah kenyataan, Enak dan nikmatnya menjadi ASN. Kerja hanya Lima Hari dalam seminggu, duduk dan bekerja didalam Ruangan yang sangat sejuk dengan Seragam yang memang patutu untuk dibanggakan. Betapa keadilan semakin jauh dirasakan oleh sebagian besar Anak Negeri. Gajih Seorang ASN diatas Rata-rata yang kita kenal dengan Istilah UMR/UMK, semakin memanjakan kedudukan seorang ASN yang beberapa waktu lalu dikenal dengan nama PNS atau Pegawai Negeri Sipil. Yang membuat hati miris, tidak sedikit perilaku ASN atau PNS yang masih mau menjerat Leher Masyarakat bawah, khususnya dalam memberikan Pelayanan yang semestinya Gratis tetapi pada kenyataannya jauh api dari panggang. Mereka ASN/PNS yang melakukan tindakan tidak sesuai biasanya dinamakan Oknum, tetapi berapa Jumlah Oknum ini jika mereka tetap dibiarkan dan terkesan apa yang mereka lakukan adalah sebuah kebenaran yang berdalih jasa dan memberikan bantuan kepada Rakyat Bawah. Sadarkah mereka, bahwa gajih yang mereka peroleh adalah berasal dari kita Rakyat bawah. Sadarkah mereka, bahwa pekerjaan mereka tidak seberat pekerjaan kaum Bawah yang bercucuran keringat bahkan hingga harus meneteskan air mata. Lantas dimana Rasa keadilan yang ada di Nusantara ini, jika keadilan hanya dapat dirasakan oleh sebagian golongan saja. Air mata Rakyat Bawah tak hentinya menyaksikan kenyataan yang terjadi di atas Bumi dimana tempatnya berpijak. Sesak dan sakit dada kita melihat kenyataan yang terjadi. Kesedihan kita seakan bertambah, manakala Bulan-bulan tertentu menjadi primadona, seperti salah satu contohnya adalah menjelang Bulan penuh Agung dan Ampunan, yang kita sebut dengan nama Lebaran. Kita kaum bawah harus berpacu dengan waktu demi menggapai mimpi menikmati Hari yang bernama Lebaran atau Idul Fitri, sementara mereka para ASN/PNS, dengan tenangnya menanti Bulan Ampunan tersebut karena akan memperoleh berbagai penghargaan dan limpahan Rupiah, dari mulai THR, Gajih full satu Bulan hingga Gajih 13 yang Masyarakat bawah tidak mengerti apa maknanya. Yang lebih ironis lagi, mereka para ASN/ PNS telah dimanjakan sejak Bulan Ramadhan tiba, Jam Kerja mereka telah dikurangi namun Gajih mereka tetap utuh. Inikah sebuah keadilan ?  lantas ada sebuah pertanyaan, masihkah ada ASN/ PNS yang Jujur dan bertanggung jawab dalam kinerjanya, jawabannya tentu masih. Tetapi persoalannya bukan masih ada atau tiada, tetapi rasa keadilan yang telah direnggut dari Rakyat Jelata demi memberikan kesejahteraan kepada Mereka kaum ASN/PNS. Semoga tulisan ini mampu membuka mata kita semua, Bahwa Nusantara ini bukan hanya milik sebagian Orang saja, tetapi milik semua Anak Negeri yang sama-sama memiliki keinginan untuk hidup nyaman dan bersahaja, hingga bisa menjalani kehidupannya selayaknya Anak Negeri, yang mampu menikmati Empat sehat Lima sempurna dan tidak mesti melakukan kesalahan demi sekaleng susu.  

Warga Desa Kanci Kulon Pertanyakan Nasib Tanah Desa

Foto : Masyarakat Desa Kanci Kulon menuntut kejelasan Tanah
Astanajapura. SC- Perwakilan Warga Masyarakat Desa Kanci Kulon, Kecamatan Astanajapura, Kabupaten Cirebon,  mendatangi Kantor Desa setempat, Senin, 28/05/2018. Menurut keterangan yang disampaikan oleh salah seorang perwakilan tersebut, Yosu Subadra, menuturkan kepada Suara Cirebon, bahwa Warga Masyarakat mempertanyakan adanya dugaan terkait Tanah Desa yang dipakai oleh pihak PT.  MIP ( Multi Inti Parahiangan-Red )  “ Kami ingin mengetahui keberadaan Tanah Desa berupa irigasi atau pengairan yang saat ini keberadaannya tidak jelas. Jika memang Tanah tersebut disewa atau dijual kepada pihak pengusaha, kami ingin mengetahuinya secara rinci, karena tanah yang kami duga terpakai oleh pihak Perusahaan tersebut harus jelas keberadaannya “ ungkapnya.  Namun dalam pertemuan tersebut, perwakilan Masyarakat menyayangkan ketidakhadiran Kuwu Desa Kancikulon, Laksanawati, dan hanya diwakilkan kepada Kaur Umum.  Sementara itu, Kaur Umum Desa Kanci Kulon, Robet Alamsyah, berjanji akan menindaklanjuti hal tersebut dan akan membicarakannya dengan Kuwu Laksanawati  “ pada prinsipnya, kami akan memenuhi tuntutan Warga untuk mencari Tahu keberadaan Tanah tersebut, walaupun Tanah yang diduga terpakai oleh pihak Perusahaan terjadi pada saat sebelum Pemerintahan dibawah kepemimpinan Kuwu Laksanawati. Tetapi kami tetap akan menelusuri tanah tersebut “ungkapnya. Dengan ketidakhadiran Kuwu Laksanawati, sedikit membuat kecewa Warga tersebut  “ sebenarnya kami sangat berharap Kuwu bisa hadir di Desa. Karena sebelumnya kami telah memberitahukan kepada Kuwu, bahwa Hari ini akan diadakan pertemuan antar Warga dan Kuwu, tetapi nyatanya hanya diwakilkan kepada Kaur Umum.  Tetapi tetap kami menghargai ketidak hadiran Kuwu tersebut, dengan catatan, Masyarakat memberikan batas waktu kepada Pemdes untuk segera melakukan pengecekan lapangan, dan mencari tau nasib Tanah Desa tersebut “ lanjut Yosu yang diamini Warga lainnya.  Bahkan lebih lanjut, warga lainnya yang tidak bersedia dicantumkan identitasnya menuturkan kepada Suara Cirebon  “ Keberadaan PT.  Multi Inti Parahiangan, di Desa Kanci tidak memberikan dampak apapun terhadap Masyarakat sekitar, karena mereka tidak ada kontribusinya terhadap Desa Kanci Kulon “ tuturnya.  ( Ags )

22 Mei 2018

Pentas Seni dan Pelepasan Siswa SDN I Mertapadawetan



Foto : Acara Sungkeman Murid Kelas VI SDN I Mertapadawetan


Astanajapura. SC – Moment  yang sangat berharga dan kenangan yang tetap terpatri dalam Jiwa Pelajar, adalah saat digelarnya Acara Perpisahan atau Pelepasan yang mempertemukan dan memisahkan Para Pendidik dan Para Siswa.  Dalam melepas Siswa Didiknya, Kepala SDN I Mertapadawetan, Kecamatan Astanajapura, Kabupaten Cirebon, Drs.Ahmad Jabidi, menuturkan kepada Surat Kabar Umum Harian Suara Cirebon, Kamis, 10-05-2018  ‘’ Acara Pelepasan atau Perpisahan yang bertajuk dengan kreatifitas Siswa, meningkatkan kemampuan meraih Cita-cita, diharapkan, semua Alumnus atau Siswa Lulusan SDN I Mertapadawetan ini mampu menunjukan prestasinya demi menjaga nama Baik Almamater maupun diri sendiri dan khususnya Keluarga. Dan ini semua kami lakukan dalam memberikan kepercayaan dan kreatifitas Siswa yang tidak terbatasi ‘’ ungkapnya.  Hal senada disampaikan oleh Guru Kelas Enam, Ibu Evi, yang mengharapkan , agar Masyarakat sekitar lebih mengutamakan dan menanamkan rasa percaya diri Anaknya demi menggapai cita-cita dan harapan  ‘’ Pendidikan ini akan berkembang dengan adanya dukungan dari semua pihak, terlebih lagi Orang tua Siswa. Dengan dilaksanakannya Acara Perpisahan sekaligus pelepasan Siswa Kelas Enam, dibarengi Acara Pentas seni, diharapkan Kreatifitas Siswa semakin berkembang, dan semua ini telah kami buktikan, dengan salah satu bukti nyata adalah diraihnya Juara I Lomba Lari Kreasi tingkat Kecamatan Astanajapura. Kemampuan para Siswa ini akan terus kami pupuk dan Bina, agar kedepannya prestasi tersebut akan lebih baik lagi ‘’ tuturnya.  Acara Pelepasan Siswa Kelas Enam yang berjumlah 19 dari total Siswa keseluruhan sebanyak 121 Siswa-siswi ini dimeriahkan dengan pertunjukan Seni  seperti Lengser, Marawis, Sungkeman  dan lainnya, merupakan hasil kreasi Siswa dengan Bimbingan Para Guru yang tiada lelah untuk memberikan yang terbaik bagi Generasi Muda penerus Bangsa . Berikut Nama Siswa Kelas Enam yang siap untuk melanjutkan Pendidikannya ke ajang yang lebih tinggi :Achsan Faiq, Aghni Nurul Azizah, Ahmad Tamam, Akbar Rizqi, Anisatul Uyun, April Lia Nurlaeli, Devia Galuh, Febriyanti, Maulida Safira, M. Nafis, Rd. Hanindhika, Rilla D Alhidayah, Riska SN, Saeful Reza Baharuddin, Siti Nurlaelah, Vizriyah, Yazid Azhari, Yuliyanti dan Zakiyah Iffatun Nadya.  ( Ags )

Tanah Pertanian Produktif Dibangun Perumahan “ apa Benar ‘’


Foto : Perumahan milik Kampung Kurma berdiri diatas tanah pertanian Produktif


Karangwareng.SC- bermula dari adanya keluhan salah seorang Warga Desa Karangwangi, Kecamatan Karangwareng, Kabupaten Cirebon.  Warga tersebut mempertanyakan Legalitas Bangunan Perumahan  yang berada di Desa Karangwangi  ‘’ Kami Masyarakat hanya ingin mengetahui, apakah diperbolehkan mendirikan Perumahan diatas Tanah Pertanian yang masih produktif, karena setahu saya hal tersebut tidak diperbolehkan ‘’ ungkapnya, sembari meminta identitasnya dirahasiakan.  Berawal dari adanya hal tersebut, Wartawan Surat Kabar Harian Umum Suara Cirebon, melakukan konfirmasi kepada Kasi Trantrib Kecamatan Karang Wareng, Darma, diruang kerjanya, Selasa, 22/05/2018.  Saat ditanya perihal kebenaran dan legalitas Bangunan Perumahan tersebut, dirinya menuturkan kepada SC  ‘’ setahu saya, memang benar di Tanah pertanian tersebut akan didirikan Proyek Perumahan Karangwangi Permai, dan saat ini perijinannya sedang dalam Proses, untuk lebih jelas, silahkan hubungi langsung dengan Pak Camat  ‘’ ungkapnya.  Disaat bersamaan, SC melakukan wawancara dengan Camat Karangwareng, Iman Santoso, terkait peroyek Perumahan tersebut, dan sekaligus mencari tahu, siapa pemiliknya. Saat ditanya seputar Proyek Perumahan, Camat Iman, menjelaskan  ‘’ perumahan itu adalah milik Kampung Kurma, dan saat ini perijinannya sedang dalam proses, sedangkan terkait apakah diperbolehkan atau tidak membangun Perumahan di sebuah Tanah Pertanian yang masih Produktif, saya tegaskan, itu Boleh’’ jelasnya. Sementara itu, saat SC melakukan konfirmasi dengan pihak Pemerintahan Desa setempat, Kuwu Desa Karangwangi, Sumad Suparman, sedang tidak berada ditempat, dan SC hanya ditemui oleh salah seorang staf prangkat Desa. Saat disinggung masalah Perumahan Karang wangi Permai, dirinya menjelaskan  ‘’ saya tidak ngerti Kang, yang saya tahu memang ditanah Pertanian yang produktif, tidak boleh untuk membangun Perumahan. Tetapi kalo memang ini Boleh, saya juga tidak mengerti, mungkin sudah dapat izin dari pihak-pihak terkait ‘’ jelasnya, dan meminta identitasnya tidak dipublikasikan.  Sangat disayangkan memang, jika sesuatu yang seharusnya dilarang, bisa dijadikan sebaliknya, yang menimbulkan Prasangka buruk dari berbagai pihak, bahwa asal ada Uang, maka semuanya bisa diatur.  ( Ags )

1 Mar 2018

Alun-alaun Lemahabang Dihiasi Rumput dan Ilalang yang tumbuh subur



Foto : Kondisi Alun-alun Lemahabang yang tertutup oleh puluhan Kios Pedagang


Lemahabang. SC – Sarana Umum yang seharusnya dapat dimanfaatkan dengan baik, ternyata pada kenyataannya, tidak seperti yang diharapkan. Seperti yang terlihat di Lapangan Alun-alun Lemahabang, Kecamatan Lemahabang, Kabupaten Cirebon.  Alun-alun yang luas ini terkesan hanya sebuah nama, namun kondisinya tidak dapat dimaksimalkan. Bukan saja karena terhalang oleh berjejernya kios yang menutupi  Lokasi tersebut, ditambah Rerumputan dan ilalang yang tumbuh  subur tanpa adanya perawatan. Saat SC melakukan dialog dengan Camat Lemahabang, Edi Prayitno,Jum’at, 23-02-2018, perihal kondisi Alun-alun tersebut, dirinya menguraikan, memang Kemegahan Alun-alun tersebut tertutup oleh berjejernya Kios yang ada didepannya    “ Idealnya, Keberadaan Alun-alun ini terbebas dari segala bentuk bangunan yang ada didepannya. Karena tempat ini salah satu aikon Kecamatan Lemahabang, jika saja Keberadaannya tidak terhalang oleh kios, tetapi kami tidak dapat berbuat banyak, semua kebijakannya ada di Pemda Kabupaten Cirebon “ ungkapnya.   Senada dengan yang disampaikan oleh Camat Lemahabang,  Dudi, Salah seorang Warga Desa Lemahabang, mengungkapkan keinginannya    “ memang seharusnya kios-kios tersebut tidak menutupi Area Alun-alun, jika saja tidak terhalang oleh Kios yang ada didepannya, mungkin keadaan Alun-alun ini tidak seperti sekarang. Kesannya hanya namnya saja alun-alun. Tetapi fungsinya hanya sebagai pelengkap saja. Harusnya Pemda Kabupaten Cirebon tegas. Jika memang kios tersebut harus dibongkar. Ya Bongkar saja “ tegasnya.    Dari berbagai informasi yang diperoleh SC, ternyata pemilik kios tersebut menyewa kepada salah seorang Pemilik Toko Emas yang ada di Depan Alun-alun tersebut seharga Rp. 9.000.000 per Tahun    “ kami Jualan disini dan menyewa kios kepada pemilik Toko Emas sebesar Rp. 9.000.000 per Tahun, kalo jualannya bagus ya, kami akan memperpanjang kontraknya “ ungkap salah seorang Penyewa Kios yang menyediakan Perlengkapan Busana Muslim dan Tas Anak Sekolah, yang tidak bersedianya menyebutkan Identitasnya.  Yang menjadi persoalan terkait keinginan untuk melaksanakan pembongkaran, adalah adanya informasi dari Nara Sumber, yang tidak bersedia namanya dicantumkan, menuturkan kepada SC    “ yang saya dengar, Kios ini sudah dikontrak oleh  seseorang  sampai Tahun 2031. Siapa Orangnya, silahkan tanyakan kepada Pemdes Lemahabang “ tuturnya.  Sayangnya, saat SC akan melakukan konfirmasi dengan Kuwu Lemahabang, Rini.Jum’at 23-02-2018 Dirinya sedang tidak berada di tempat.  ( Ags ) 

Demo Warga Desa Kanci-Kec. Astanajapura Tuntut PLTU untuk tepati Janji



Foto : Aksi  Demo di Depan Pintu Masuk PLTU Tahap II


Astanajapura. SC – Ratusan Perwakilan Masyarakat Desa Kanci, Kecamatan Astanajapura, Kabupaten Cirebon. Melakukan Demo terhadap pihak PLTU, Selasa, 27-01-2018. Aksi yang dipimpin oleh R.Pratama, Aktifis Desa setempat, menuntut agar pihak PLTU memberikan Ruang kepada Masyarakat sekitar untuk bekerja di Mega Proyek tersebut.  Selain adanya tuntutan terhadap diperkerjakannya Masyarakat setempat, dirinya pun menuturkan dampak yang terjadi terhadap Petani Garam yang kehilangan mata pencahariannya akibat berdirinya Mega Proyek tersebut  ‘’ Kami atas Nama Masyarakat, menuntut kepada pihak PLTU untuk memperhatikan Nasib Petani Garam yang saat ini kehilangan mata pencaharian, sedangkan yang mereka proleh dari Pihak PLTU hanya berupa Uang kerohiman yang nilainya sangat tidak manusiawi, Warga hanya menerima kerohiman sebesar Rp.2000 per meter, ini sudah jelas sangat tidak Manusiawi. Selain itu, Pihak PLTU telah berjanji akan mempekerjakan Warga sekitar, tetapi pada kenyataannya janji tersebut hanya isapan jempol saja ‘’ tegasnya.  Aksi yang mendapat penjagaan ketat dari Pihak Kemanan, baik dari Polri Maupun TNI ini berjalan aman dan terkendali. Aksi sendiri diisi dengan pertunjukan teatrikal  yang menunjukan kegelisahan Warga sekitar, atas ketidak adilan yang selama ini dirasakan, bahkan sebagai tanda matinya Rasa keadilan tersebut, Para Pengunjuk Rasa menaruh Keranda Mayat tepat dipintu Masuk Pembangunan Proyek PLTU tahap dua.  Lebih lanjut, R. Pratama, menuturkan kepada SC  ‘’ Jika tuntutan kami tidak dipenuhi oleh Pihak PLTU, maka kami akan melakukan aksi lebih besar lagi, dengan tuntutan penutupan PLTU ‘’ tegas, R.Pratama.  sementara itu, Kapolsek Astanajapura,  AKP. R. Nana Ruhiana, menuturkan kepada SC  ‘’Kami  siap untuk menjadi fasilitator kedua belah pihak, yang terpenting adalah aspirasi Masyarakat dapat tertampung dan pihak Pengusaha, dalam hal ini PLTU, memperhatikan Aspirasi tersebut. Dan harapan Kami apa yang menjadi tuntutan Warga ini dapat diselesaikan dengan cara yang terbaik, agar kondusifitas tetap terjaga ‘’ ungkapnya.  Dengan adanya Aksi Demo tersebut, SC melakukan perbincangan dengan Camat Astanajapura, M. Iing Tdajudin, terkait sikapnya dalam menyikapi Aksi tersebut  ‘’ kami dari muspika, telah melakukan pertemuan dengan pihak PLTU atau Cirebon Power, agar sesegera mungkin dibentuk komite, yang bertujuan agar segala persoalan tersebut dapat segera terselesaikan dan tidak menimbulkan kesalahpahaman juga kecemburuan Sosial. Pada dasarnya, libatkan Unsur Muspika untuk membahas segala persoalan yang terjadi ‘’ Ungkapnya.  ( Ags )

20 Feb 2018

Tarif Parkir RSU UMC Lebih Mahal dari Parkir di Swalayan

R.Agus. S  ( Wartawan Suara Cirebon )

Tujuan didirikannya Rumah Sakit Baik Negeri maupun Swasta di Suatu Daerah, tentunya bertujuan untuk memberikan pertolongan dalam segi medis maupun pengobatan lainnya, hal ini  berlaku bagi seluruh Rakyat Indonesia tanpa terkecuali. Tidak memandang Kaya maupun miskin, Tua ataupun Muda, baik pemilik BPJS  maupun tidak.  Tetapi pada kenyataannya, tidak sedikit Pemilik ataupun pengelola Rumah Sakit yang masih menerapkan Sistem Bisnis Ekonomi. Hal ini terbukti dari banyaknya Kasus yang terjadi kepada Pasien pengguna BPJS, yang bukan saja pelayanannya kerap terabaikan, bahkan tidak sedikit pengelola Rumah Sakit yang berlaku tidak adil terhadap Pengguna BPJS dan Pasien Umum. Yang lebih miris lagi, Bisnis Ekonomi Rumah Sakit ini dikemas dalam sebuah aturan yang terapkan bagi Pemilik Kendaraan Roda dua ataupun lebih. Salah satu yang kerap luput dari perhatian adalah, penerapan Sistem Parkir yang menggunakan  tarif bagi pemilik kendaraan terasa memberatkan.  Salah satu Contoh yang terjadi di Rumah Sakit Umum Universitas Muhammadiyyah Cirebon. Rumah sakit Swasta ini berdiri di Wilayah Hukum Kecamatan Astanajapura kabupaten Cirebon, pada beberapa Waktu yang lalu, Rumah Sakit ini bernama Tiar Family, namun karena sesuatu hal, maka terjadilah jual beli, dan berubahlah segalanya, dan kini menjadi Rumah sakit Umum UMC. Permasalahan yang mungkin tidak dianggap suatu Masalah bagi Pihak RSU UMC adalah tariff parker yang dibebankan kepada Pemilik Kendaraan Roda dua Khusunya, yaitu sebesar Rp.3000 dalam sekali Parkir. Jika saja Rumah Sakit ini dibangun dan didirikan disebuah Kota besar, mungkin nilai tersebut dianggap wajar. Namun karena Rumah Sakit ini berdiri di sebuah Wilayah Pedesaan, yang hampir pasiennya adalah dari golongan menengah kebawah  dan kebanyakan mereka pengguna BPJS, maka Nilai 3000 itu sangat tidak manusiawai, terlebih lagi jika ada sanak saudara yang membesuk lebih dari satu kali dalam sehari, maka sudah dipastikan, Biaya Parkir yang diterapkan pihak Rumah sakit sangat tidak masuk nalar. Tidak sedikit Warga yang merasakan keberatan dengan pola parker yang diterapkan Managemen RSU UMC, namun mereka tidak mengerti kepada harus mengadukan permasalahannya, sementara mereka sendiri sedang sibuk untuk memikirkan Biaya Perawatan, walaupun menggunakan Kartu BPJS, toh Masalah makan dan minum ataupun hal lainnya tidak ditanggung oleh BPJS. Kocaknya lagi, Pihak Rumah  Sakit yang bersangkutan saat ditanyakan dan disampaikan terkait keluhan Warga yang merasa keberatan dengan mahalnya Biaya Parkir, mereka menjawab bagaikan sebuah dagelan dan riset maupun uji coba yang dilakukan di sebuah Laboratorium.  “ Kami sedang mengkajinya “ ini sebuah jawaban yang tidak seharusnya dilakukan oleh pihak Rumah Sakit, pada umumnya, pengkajian itu dilakukan sebelum menerapkan Sistem. Tetapi yang terjadi di RSU UMC ini sebuah banyolan dan teka teki silang, Sistem telah diberlakukan, dan ada keluhan Masyarakat mereka bilang sedang dalam pengkajian. Logikanya, jika tidak ada Masyarakat yang berani melapor atau mengeluh, maka Biaya tersebut dianggap Lumrah dan lolos experiment pengkajian. Lantas dimana nalar dan Norma Rumah Sakit yang seharusnya meringankan beban, bukan malah menambah Beban.

4 Feb 2018

Syahwat Politik Senantiasa membawa nama TUHAN..


R.Agus . S  ( Ketua DPP LSM BIN )


Dalam beberapa hari ini,  kita dihadapkan dengan berbagai rintangan dan problematika  sebagai sebuah bangsa. Di mana, berbagai gejolak timbul tenggelam yang terkadang disusupi isu agama.
Televisi kita juga banyak mempertontonkan kebodohan orang-orang pintar. Mereka bodoh, karena terlalu mengikuti hasrat mereka untuk memainkan bola liar yang membuat suasana semakin kacau balau.bahkan terkesan dijadikan ajang tinju bebas tanpa pengadil.
Lidah-Lidah mereka pedas, bahkan cenderung menghasut. Dalam beberapa tayangan, mereka tampil manis dengan membawa-bawa nama Tuhan dalam ucapannya. Malah, ia menuhankan dirinya dalam balutan kepentingan politik yang justru mencampakkan kondisi bangsa. Seharusnya, tak usah membawa nama-nama Tuhan, kalau hanya untuk sekadar memuaskan syahwat politik semata. Dan Membenarkan sesuatu yang belum tentu kebenarannya.

Ada sebuah Dialog yang diciptakan dalam sebuah perpolitikan Negeri  “Pak, kenapa selalu  ada nama Tuhan disebut-sebut dalam kampanye? Apakah, Tuhan ikut dalam mendukung pasangan calon?” Sang bapak menatap tajam sembari berkata, "Pertanyaanmu adalah pertanyaanku juga. Gelisahmu adalah gelisahku juga. Kecemasamu adalah kecemasanku juga, wahai muridku."
Lalu, kini kita harus bertanya pada siapa? Pilkada  sudah memakan waktu yang lama. Celakanya, tak ada pendidikan politik satu pun yang kita temukan dalam durasi lama itu. Malah yang kita temui hanyalah dikotomi berdasarkan nama Tuhan.
Apakah Tuhan juga akan dibawa dalam 2019 nanti? Entahlah. Hanya mereka yang bersyahwat yang tahu apa yang bakal mereka lakukan untuk berkuasa. 

Harapan Anak Buyut..semoga hal terendah tersebut tidak tertular di Tanah Kelahiran Kanjeng Sinuhun. Para Pemain Opera Perpolitikan dan sang Dalang yang Duduk di Kursi Singgasana, diharapkan membuang ambisi kekeuasaannya jika hanya untuk menciptakan Generasi Muda yang mengagungkan Nama Tuhan demi kepentingan Pribadi dan golongan. Jangan sampai kemarahan dan kekecewaan Rakyat tersalurkan lewat Istighosah yang meminta kepada Tuhan sejatinya Tuhan..agar para dagelan Politikus atau apapun namanya, dibinasakan dari muka bumi, Tanah Kelahiran sang Pembawa Kebenaran.

Kuwu Desa Sarajaya Bantah Selewengkan Dana Desa



Indomedia News – Pencairan Dana Desa terhambat, akibat adanya dugaan telah terjadi penyelewengan Anggaran yang dilakukan oleh Kuwu Desa Sarajaya, Kecamatan Lemahabang, Kabupaten Cirebon. Informasi telah terjadinya penyelewengan Anggaran tersebut disampaikan Oleh salah seorang Perangkat Desa setempat, yang tidak bersedia Namanya di Publikasikan. Menurut keterangan yang disampaikan kepada Indo, bahwa dampak dari adanya dugaan tersebut, pembangunan di Desa Sarajaya terhambat  “ Kami sangat merasakan dampaknya Kang, Sepengetahuan kami, memang ada Anggaran yang belum digulirkan, seperti DD Tahap I Tahun 2017 sebesar  Rp. 113.000.000,- Bantuan Gubernur Tahun 2017 sebesar Rp. 150.000.000  PAD Tahun 2017 Rp.100.000.000  dan ADD Tahap II Tahun 2017 sebesar Rp. 30.000.000.  dan kemana Dana tersebut, yang tahu hanya Pak Kuwu, tetapi imbasnya adalah terhentinya pembangunan di Desa kami “ ungkapnya.  Bahkan  beberapa kali Camat Lemahabang, Edi Prayitno, memberikan teguran terhadap Kuwu Desa Sarajaya  “ Kami dari Pihak Kecamatan telah tiga kali melayangkan Surat Teguran terhadap Kuwu Sarajaya. Tugas kami adalah pembinaan dan Pengawasan, tetapi jika terdapat persoalan yang tersangkut dengan penyalahgunaan Anggaran, itu menjadi kewenangan Ispektorat. Hal tersebut juga telah saya sampaikan kepada Ispektorat “ Tegasnya.  Ketua BPD setempat, Najib, saat dihubungi lewat telfon seluler miliknya,Rabu, 24-01-2018,  terkait persoalan tersebut mengungkapkan  “ kami akan melakukan tugas dan tanggung jawab sebagaimana mestinya, terkait persoalan adanya dugaan tersebut, tentunya kami harus berhati-hati dalam bertindak, dan saat ini kami sedang turus mengumpulkan berbagai data yang diperlukan “ ungkapnya. Sementara itu, saat Indo melakukan Konfirmasi Kepada Kuwu Desa Sarajaya. A. Latif. Dirinya membantah dengan tegas berita miring tersebut “ itu tidak benar Kang, Ispektorat saja sudah datang ke Desa kami, dan semuanya tidak ada masalah, terkait keterlambatan pengunaan Anggaran memang benar, tetapi adanya dugaan bahwa saya melakukan penyelewengan Dana itu salah, karena paling lambat tanggal 10 Februari 2018, semuanya Anggaran atau Proyek yang tertunda segera akan dilaksanakan “ tegas Latif ( Team )

Tiga Bulan Menanti Janji DINSOS Sahroni..Warga Desa Sidamulya Nambang Dawa

Indomedia News- Tiga Bulan yang lalu, tepatnya Tanggal 20-11-2017 Beberapa Warga Masyarakat yang ada di Wilayah Kecamatan Astanajapura terkena musibah Puting beliung yang mengakibatkan kerusakan di beberapa Rumah, salah satunya adalah kediaman Bapak Sahroni,81 Tahun, Warga Desa Sidamulya,Blok-Maja 2.  Kecamatan Astanajapura, Kabupaten Cirebon.  Beberapa saat setelah  terjadinya Puting Beliung tersebut, Petinggi Cirebon Dan Dinas terkait dalam Hal Ini Istri Bupati dan Dinas Sosial Kabupaten Cirebon sigap melakukan kunjungan dan memberikan bantuan sembako kepada para Korban Bencana tersebut. Ditengah Kesedihan yang Sahroni rasakan, sedikit terobati dengan adanya Bantuan yang diterima melalui Istri Bupati Cirebon, Wahyu Tjiptaningsih. Bahkan dalam Kunjungan tersebut, Rombongan Istri Nomor satu Di Kabupaten Cirebon berjanji akan memberikan bantuan Dana untuk memperbaiki Rumahnya yang Rusak akibat terjangan angin puting beliung. Namun sayangnya, janji tersebut, hingga berita ini diturunkan, 2-02-2018 belum juga datang. Hal ini dikeluhkan Sahroni, saat Indo melakukan wawancara dikediamannya yang masih dalam kondisi rusak  “ Saya menanti Bantuan yang pernah dijanjikan kang, tetapi sampai saat ini bantuan tersebut tidak kunjung kami terima, kalau dalam istilah Jawa, saya ini Nambang Dawa, mau diperbaiki sendiri tidak punya Dana, dijanjikan akan dapat bantuan juga ternya tidak kunjung diterima. Sebenarnya bantuan itu ada tidak ? “ ungkap Sahroni. Bahkan salah seorang tetangga dekatnya yang tidak bersedia dicantumkan namanya menuturkan  “ Kami sebagai Tetangga sangat kasihan melihat kondisi Rumahnya, Jika Hujan Turun air masuk semua kedalam Rumah dan jika terik matahari dirumahnya sangat panas, karena atap rumahnya yang rusak diterjang angin putting beliung beberapa Bulan yang lalu. Jika memang Dinas Sosial tidak akan memberikan Banruan, y jangan menjanjikan. Jangan sampai kami berharap tanpa ada kepastian “ ungkap salah seorang Warga sekitar 

4 Jan 2018

Pemdes Beringin Lakukan Musdes Dan keluhkan Siltap yang jalan ditempat


Suara Cirebon- Pemerintah Desa Beringin, Kecamatan Pangenan Kabupaten Cirebon telah melaksanakan musyawarah Desa. Bertempat di aula Desa setempat, membahas skala prioritas program pembangunan ditahun 2018 mendatang.  
Kuwu Desa Beringin, Darkim menjelaskan, prosesi musyawarah Dusun sebelumnya sudah dilakukan dipertengahan Desember ini. Yakni dari dua dusun, dusun 1 dan dusun 2. Selang satu minggu, dilangsungkan kembali musdes, tingkat Desa, yang membahas hasil aspirasi dari masyarakat.
“Kita menempuh Musdes ini, sebelumnya sudah digodog terlebih dulu di dua dusun kami, salah satu bahasannya mengenai Rutilahu, Pengadaan Bumdes, dan Pengadaan Gapura Perbatasan,” paparnya.
Sementara ini, pembahasan musdes ditingkat Desa, lebih mengarah pada program skala prioritas. Karena terang Darkim, tidak semua aspirasi dari masyarakat dapat ditampung semuanya. Makanya pemerintah desa memberlakukan skala prioritas.
“Program skala prioritas seperti pembangunan jalan desa, rabat beton, Saluran Pembuangan Air Limbah (SPAL),” terang dia.
Adapun penempatannya nanti, akan di fokuskan di Blok Karangrahayu. Program ini, terang dia melanjutkan program pembangunan ditahun sebelumnya.
Selain itu, penghasilan tetap (Siltap) pun menjadi pembahasan. Hal itu tidak lepas dari kebutuhan yang terus meningkat, sementara penghasilan kuwu dan perangkat desa tetap berada ditempat, makanya terang Darkim, pihaknya pun menegaskan untuk membahasnya. “Kita juga membahasnya, bahkan kuwu-kuwu sudah lama mengajukan kenaikan siltap, hanya saja belum ada realisasi, akhirnya kita bahas lagi untuk kita salurkan kembali hasil dari bahasannya,” paparnya.
Sementara, Sekretaris Desa Beringin Iyus membenarkan, pihaknya memberlakukan skala prioritas program pembangunan ditahun 2018 mendatang.
“Memang benar, untuk aspirasi warga tidak semuanya bisa direalisasikan, hal itu dikarenakan terjadi benturan anggaran. Makanya, kita informasikan kembali, mudah-mudahan tidak terjadi benturan, kalaupun ada akan diupayakan untuk tidak dihilangkan,” paparnya. (Ags )


Cetak KTP-El Melalui Website Masyarakat semakin disulitkan


Foto : Salah seorang Pegawai Kecamatan Lemahabang Kabupaten Cirebon

Suara Cirebon – Mulai Tanggal 3 Januari 2018 Pemerintah telah membuat aturan bagi Masyarakat yang akan melakukan pembikinan KTP-E  diharuskan mendaftarkan Pencetakan melalui Pendaftaran Online terlebih dahulu. Hal ini sangat disayangkan, kurangnya sosialisasi yang dilakukan oleh Dinas Kependudukan dan Catatan sipil, karena tidak semua Masyarakat mengerti dan memahami system Online.  Hal tersebut seperti yang dikeluhkan oleh salah seorang Warga Desa Sindanglaut, Kecamatan Lemahabang. Kabupaten Cirebon. Dirinya sangat menyayangkan tidak adanya sosialisasi terlebih dahulu kepada Masyarakat  “ kami Masyarakat selalu dibuat bingung oleh aturan dan kebijakan Pemerintah, Belum juga rasa kecewa kami reda, karena sulitnya memperoleh E-KTP, karena beragam alasan, dari mulai kekosongan Blangko dan system Komputer yang kerap kali eror, ditambah lagi, kami harus menggunakan Sistem Online. Kami ini Masyarakt bawah, tidak semuanya mengerti apa itu Online “ keluh Dedi.
Menyikapi hal tersebut, SC mencoba untuk mencari tahu  kepada salah seorang Pegawai Kecamatan yang menangani pembuatan E-KTP. Saat ditanya tentang aturan yang mulai diberlakukan Pada Bulan Januari tersebut, Dirinya menjelaskan  “ Kami ini hanya Pegawai biasa yang harus patuh dengan aturan atasan, mengenai mulai diberlakukannya Sistem Online, memang itu sudah merupakan ketetapan yang harus dilaksanakan, selebihnya kami tidak mengerti “ ungkap Pegawai Kecamatan Lemahabang  yang akrab disapa Jojon, menuturkan.
Keluhanpun disampaikan oleh salah seorang Perangkat Desa Sumurkondang, Kecamatan Karangwaren, Kabupaten Cirebon  “ kami dari Pemerintah Desa, pasti akan menghadapi kendala yang bersinggungan langsung dengan Masyarakat, ada kesan, bahwa Pembutan E-KTP semakin sulit, padahal sudah menjadi kewajiban, bahwa setiap Warga Negara Indonesia harus memiliki KTP “ tegas Wiwin Firmansyah. ( Ags )


Ribuan Masyarakat Desa Sumurkondang Peringati Maulid Nabi Muhammad SAW

Foto : Kuwu Desa Sumurkondang, bersama Habib Miqdad Baharun dan Masyarakat setempat

Karangwareng, SC – Memperkokoh dan meningkatkan kualitas keimanan, tercermin dari antusiasnya Masyarakat Desa Sumurkondang, Kecamatan Karangwareng, Kabupaten Cirebon, dalam melestarikan tradisi Islami, salah satunya dengan memperingati Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW . ( Sabtu. 23/12/2017 ) Hal tersebut disampaikan oleh Kuwu Desa Sumurkondang, Heriyanto. SE kepada SC  “ Acara Peringatan Maulid Nabi ini, diharapkan mampu untuk mempererat silaturahmi antar sesama, selain itu membentengi generasi muda dengan Ahklak dan prilaku yang Islami, dan hal ini sebagai wujud, Bahwa Ummat Islam adalah Ummat yang cinta damai dan kasih sayang “ ungkapnya. Sebelum Acara tersebut dimulai, Masyarakat Desa Sumurkondang menggelar arak-arakan Pawai obor mengelilingi Desa setempat, dan berakhir dihalaman Kantor Desa Sumurkondang. Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW diisi Pengajian umum dan Ceramah keagamaan oleh Habib Miqdad Baharun. Acara yang digelar sejak sore hingga malam Hari tersebut tetap dipadati oleh ribuan Masyarakat setempat, bahkan salah seorang Warga yang tidak bersedia dicantumkan identitasnya menuturkan kepada SC “ kami selaku Masyarakat Desa Sumurkondang, sangat Bangga dan merasa senang dengan digelarnya Acara Peringatan Maulid Nabi ini dengan begitu meriahnya, dan harapannya, Peringatan-peringatan hari Islam lainnya pun tidak kalah meriahnya “ ungkapnya.  Bahkan Kuwu Desa Sumurkondang, menuturkan lebih lanjut  “ Kebanggaan kami sebagai Warga Sumurkondang, adalah tercermin dari membeludaknya warga yang turut mendengarkan tauziyah penuh kekhusuan, dan ini sebagai salah satu bukti, bahwa Warga kami sangat peduli dengan pembekelan Aklak yang Islami sebagai sarana pembelajaran dan pembimbing bagi dirinya sendiri, Keluarga dan Orang lain “ pungkas Kuwu Muda ini mengakhiri perbincangan dengan SC  ( Ags )