21 Okt 2017

SMP Al-Ikhlas Buntet Pesantren Ditengah Berdirinya Gedung Megah


Cirebon, Indomedia – Ironis dan sangat memilukan, kata itu yang mungkin pantas dirasakan oleh pengelola SMP Al-Ikhlas, Buntet Pesantren, Kec. Astanajapura, Kab. Cirebon. Betapa tidak, keberadaan SMP Al-Ikhlas yang sudah berdiri sejak Tahun 2000 dan berada ditengah Kemashuran Pondok Buntet Pesantren, kondisinya sangat memperihatinkan, dan terkesan terpinggirkan.  Keluh kesah tersebut disampaikan oleh Kepala SMP Al-Ikhlas, saat melakukan wawancara dengan Awak Media diruang Kerjanya ( 18-10-2017 ) H. Abdul Wachid. S.Ag , menuturkan  “ kami sangat sedih melihat kondisi Geduang Kelas yang sangat tidak memadai, bahkan salah satu ruangan sudah tidak dapat dipergunakan, karena kondisinya sangat memperihatinkan, hal tersebut sebenarnya sudah sering kali kami sampaikan kepada Dinas Pendidikan, namun sampai saat ini keinginan kami untuk dapat melakukan Perbaikan Sarana dan parasarana tersebut belum juga bisa diwujudkan “ ungkapnya.  Sementara, keberadaan SMP Al-Ikhlas itu sendiri berada tidak jauh dari Lembaga Pendidikan lainnya yang ada di lingkup Pesantren Buntet.  Tentunya ini sangat memilukan, terkesan ada ketidak adilan yang dirasakan oleh Pengelola SMP Al-Ikhlas.  Lebih Lanjut, Kepala SMP Al-Ikhlas menuturkan “ mungkin ini sudah sesuai dengan namanya, yaitu Ikhlas, namun tentunya kami pun memiliki Hak untuk sama-sama diperhatikan oleh Insan Pendidikan, kami ingin menciptakan mutu Pendidikan yang secara Maksimal, namun semua itu bisa terwujud dengan adanya Sarana dan prasarana yang memadai, sedangkan saat ini, kami hanya mampu menampung Siswa Didik dari Kelas 7 sampai Kelas 9 tidak lebih dari 200 Anak, karena keterbatasan dan kondisi Gedung belajar yang tidak layak “ tutur H. Abdul Wachid.  Inilah mungkin salah satu ketidak adilan dalam Dunia Pendidikan, atau mungkin karena Sekolah tersebut tidak menyertakan simbul seperti Sekolah lainnya, semisal NU atau Muhammadiyah dan Simbul lainnya. Namun terlepas dari itu semua, sudah semestinya, Instansi terkait memperhatikan kondisi Sekolah yang semestinya mendapat perhatian khusus, terlebih, Sekolah tersebut, keberadaannya sangat berdekatan dengan kemegahan Sekolah lainnya yang ada di Buntet Pesantren. ( Ags )

Aku dan Sandal japit


Penulis : R.Agus Syaefuddin  ( Aktifis DPP LSM BIN )

Keselarasan dalam hidup dan penilaiyan terhadap sesuatu yang bersifat Fana, merupakan satu persamaan yang berbeda karena dibedakan oleh status dan yang dinamakan mertabat seseorang. Betapa rendah dan tata nya sepasang sandal japit…Hanya dipakai oleh kalangan bawah, karena alasan Harganya yang murah, dan hanya sebagai penghias yang posisi tetapnya di depan sebuah Toilet atau Jamban.  Sementara, keberadaan dan posisi Pantofel, yang terpandang sangat beraneka jenis dengan Bandrol Harga yang bisa mencapai Jutaan Rupiah, seakan keberadaannya sangat tinggi dan Muliya…Pantofel berada diperkantoran dan gedung tinggi menjulang…keluar dari mobil mewah dengan hamparan karpet merah.  Lantas apakah benar, seorang Manusia dihargai hanya karena kepintaran dan kekayaannya…sementara Sendal Japit dan Pantofel , mampu membedakan kedudukan seseorang, bahkan pandangan kita pun kerap merendahkan seseorang yang hanya memakai alas kaki yang bernama Sandal Japit,  sementara tidak sedikit dari kita akan membungkukan badan bahkan rela menyembah jika melihat seseorang yang memakai Pantofel…inilah Hidup dan kehidupan.  Namun betapa kagetnya kita, manakala sepasanga sandal japit mampu masuk kesebuah Gedung atau bahkan Hotel berbintang lima, yang menggunakan aturan dan pengamanan yang sangat super ketat..sementara ada seseorang yang masuk dengan pakaiyan necis dan sepasang Sepatu Pantofel, tertahan hingga tidak bisa memasuki Gedung atau Hotel tersebut..lantas kita berusaha mencari apa gerangan yang sebenarnya terjadi..seorang Necis yang memakai Sepatu Pantofel, ternyata hanyalah seorang Supir Pribadi dari salah seorang Jutawan kaya raya…namun mengapa, Seseorang yang hanya menggenakan sepasang sandal japit, dengan mudahnya bisa memasuki Gedung atau Hotel yang sangat mewah dengan kualitas pengamanan yang sangat ketat…ternyata, sepasang Sandal Japit tersebut, dipakai oleh seseorang yang berpenampilan biasa, namun dia adalah Sosok yang sangat dikenal, dan semua kalangan tahu, bahwa dialah seorang konglomerat, sekaligus Majikan dari seorang Supir Necis yang memakai sepasang sepatu Pantofel..kita Baru sadar, bahwa Mahal dan murahnya sesuatu bukan dinilai dari Harga, namun dari siapa yang memakainya..dan kita baru sadar, penghargaan tersebut tidak dinilai dari apa yang kita kenakan, ..namun dari siapa yang mengenakannya…inilah Hidup..Simbul Sendal Japit dan Sepatu Pantofel, hanyalah sebuah kias untuk kita, agar dapat melihat segala sesuatu bukan hanya sebatas yang kita lihat…nyatanya…semahal apapun Sepatu Pantofel…dan semurah apapun Sepasang Sandal japit…keduanya hanyalah sebuah alas kaki untuk kita, agar tidak merasa sakit jika berjalan diatas kerikil, dan tidak merasa panas jika berjalan diatas Aspal atau trotoar…Lantas…apakah Aku akan merasa Aku, jika Aku bukanlah Apa-apa….